news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Histori Letusan Tambora, Memuntahkan Lahar dan Mengubur 3 Kerajaan

Konten Media Partner
11 Juli 2019 20:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kawah Gunung Tambora. Foto: Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Kawah Gunung Tambora. Foto: Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu – Tahun 1815 menjadi tahun penentu bagi sejarah kehidupan di Pulau Sumbawa. Sebab, pada bulan April, Gunung Tambora yang terletak di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), meletus dahsyat. Tambora yang diperkirakan memiliki ketinggian sekitar 4.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu telah memuntahkan laharnya hingga meluluhlantakkan segala hal yang ada di sekitarnya. Kini ketinggian Gunung Tambora hanya tersisa sepertiganya, sekitar 2.851 mdpl dengan kawah berdiameter sekitar 7 kilometer.
ADVERTISEMENT
Lebih dari 200 tahun telah berlalu, masyarakat Dompu terus mengulas kisah meletusnya Tambora dalam bentuk dongeng yang disebut sebagai mpama. Melalui mpama beragam informasi disampaikan oleh orang tua ke anak cucu mereka. Disebutkan dalam salah satu mpama tentang masyarakat yang mengalami penyakit kulit mengenaskan akibat dari letusan Tambora.
Sekian generasi Dompu menerima beragam mpama yang disampaikan para leluhur tentang letusan tersebut, dengan pertimbangan boleh dipercaya kalau ingin, kalau tidak juga tidak mengapa. Namun, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam informasi dan tulisan ilmiah yang tentunya dapat dipercaya kini mulai menguak tentang peristiwa meletusnya Tambora.
Sisi utara Kawah Tambora. Foto: Info Dompu
Buku Dana Dompu karya Setyo Manggala merupakan buku fotografi dan narasi pertama tentang Dompu. Buku ini ditulis dengan menyertakan foto-foto dan fakta sejarah dari berbagai jurnal yang membahas tentang meletusnya Tambora. Penulis pun berbagi mengenai sejarah meletusnya Tambora kepada Info Dompu.
ADVERTISEMENT
“Diperkirakan ada 150 kilometer kubik material bebatuan padat dan partikel vulkanik terlontar dari perut Gunung Tambora. Ini mengacu kepada referensi Haraldur Sigurdsson, yang paling saya percayai karena untuk mempelajari sesuatu perlu intens,” ujar Setyo, saat dihubungi via WhatsApp, Kamis (11/7),
Ia menjelaskan terdapat beberapa versi dari jumlah material vulkanik yang dimuntahkan saat Tambora erupsi, namun yang paling ia percayai adalah seorang ahli vulkanologi bernama Haraldur Sigurdsoon, ahli vesivius yang dipercayai oleh seluruh dunia. Menurut Setyo, ia telah berkeliling Tambora dengan berjalan kaki selama sekitar dua bulan lamanya pada 2015 untuk meneliti Tambora.
“Dia mengatakan kejadian letusan Tambora sangat cepat. Ini berdasarkan penemuannya, bahwa ada sebuah rumah di sekitar Tambora yang di dalamnya ada dua orang yang pada saat itu sedang bersiap untuk makan dan langsung meninggal, jadi cepat banget arus lava pada saat letusannya,” ungkap Setyo.
Sabana Doroncanga. Foto: Info Dompu
Lebih lanjut Setyo mengatakan, letusan tersebut sangat dahsyat, sabana atau savana Doroncanga dulunya adalah semenanjung Sanggar, daerah pepohonan atau daerah hutan yang kemudian tertimbun material padat hasil letusan Tambora sebesar 150 kilometer kubik.
ADVERTISEMENT
“Maka tidak heran pada daerah Sarae Nduha di pantainya saja tinggi material pasirnya adalah sekitar dua meter, dan di antara sabana ada fosil batang pepohonan yang tertimbun material tersebut,” jelasnya.
Hutan di arah utara Gunung Tambora. Foto: Info Dompu
Ia pun mengatakan bahwa material inilah yang mengubur habis Kerajaan Pekat dan Tambora tanpa sisa-sisa. Sedangkan raja Kerajaan Sanggar masih bisa selamat, akibat lahar panas Tambora jatuh lebih cepat ke arah utara dan barat, letak Kerajaan Pekat dan Sanggar.
Sedangkan di bagian selatan yang merupakan letak Kerajaan Sanggar, lahar panasnya melambat akibat ada sedimentasi vulkanik kuno yang menahan laju lahar. Kejadian ini dimanfaatkan oleh raja Sanggar untuk kabur meski kerajaannya juga luluh lantak.
“Ia akhirnya mengungsi di sebuah tempat di Pulau Sumbawa, tapi tepatnya saya tidak tahu di mana karena catatannya belum saya temukan,” pungkas Setyo.
ADVERTISEMENT
Dua kerajaan tertimbun tanpa sisa yaitu Kerajaan Tambora dan Pekat, sedangkan Kerajaan Sanggar porak-poranda. Diperkirakan ada lebih dari setengah populasi yang meninggal akibat letusan Tambora, yaitu sekitar 30 ribu orang dalam jangka waktu dekat, dan total 115 ribu korban akibat keracunan abu vulkanik dan efek setelahnya.
-
Intan Putriani