Kadar Air Tinggi, Harga Gabah Petani di Dompu, NTB Rendah

Konten Media Partner
8 April 2020 9:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Doc Bulog Cabang Bima
zoom-in-whitePerbesar
Doc Bulog Cabang Bima
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Info Dompu - Di tengah-tengah wabah Virus Corona, petani di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap melakukan aktivitas memanen padi. Namun, gabah yang mereka panen kadar airnya masih tinggi sehingga menyebabkan harganya rendah.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bulog Cabang Bima, Sawaludin Susanto dalam rilis hasil pemantauan harga gabah di beberapa wilayah Dompu seperti Kecamatan Hu'u dan Kilo.
"Dengan menggunakan alat tes kadar air, diketahui kadar air rata2 GKP (Gabah Kering Panen, red) adalah di atas 30%. Ini disebabkan, kelembaban lahan yang tinggi. Kelembaban ini dipengaruhi oleh cuaca setempat," ungkapnya, (8/4).
Hal tersebut, menurutnya menyebabkan harga GKP berada di kisaran Rp 4.000 per kilogram. Sedangkan, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 20 tahun 2020 yang mengatur HPP GKP adalah Rp 4.200 untuk kadar air 25% dan biji hampa 10%.
"Kadar bulir hijau dalam karung juga masih tinggi. Ini dilakukan petani karena khawatir tanaman rebah sehingga di panen segera meski bulir belum kuning semuanya," terangnya.
Gabah petani di Dompu. Doc Bulog Cabang Bima
Hal lain yang menurutnya membuat gabah seperti itu, juga karena penggunaan urea yang masih tinggi pada saat pemupukan kedua. Sehingga memperlama hijau bulir di sebagian tanaman walaupun sudah cukup usia panen. Panen juga dilakukan oleh petani untuk menghindari bulir rontok di sebagian tanaman.
ADVERTISEMENT
"Di tahun-tahun sebelumnya, HPP gabah ditetapkan Kementan. Namun untuk tahun 2020 ini, HPP gabah ditetapkan Kemendag. Kelemahan HPP terakhir ini, adalah pengaturan harga tunggal untuk GKP, sehingga memberikan ruang interpretasi sendiri kepada tengkulak untuk harga GKP dengan kadar air di atas 25%," ujarnya.
Fakta lapangan lainnya, saat ini ungkapnya, ternyata banyak tengkulak dari luar Kabupaten Dompu. Sehingga hasil panen tidak menjadi persediaan pangan dalam daerah saja tetapi ke luar daerah.
Selain itu, saat kunjungan pihak Bulog dan beberapa instansi seperti ke lapangan beberapa waktu lalu (3/4), di area panen padi masyarakat di Wilayah Kecamatan Woja saja, sebagai respon atas turunnya harga GKP di tingkat petani hingga di angka Rp 3.700 - Rp 3.900 per kilogram.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, ke depannya Bulog perlu melakukan pendataan pembeli gabah untuk pemikiran pembagian wilayah pembelian dan pembinaan. Hal ini, katanya, dapat melindungi petani dari fluktuasi harga yang terjadi di setiap masa panen.
Sawaludin juga mengharapkan dapat melibatkan dunia usaha dalam pembinaan petani bersama-sama PPL sehingga dapat mendukung ketersediaan bibit, pupuk, obat-obatan, tata kelola tanam sehingga hasil panen sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Untuk konsep ini, menurutnya seperti konsep Tata Niaga Tembakau yang perlu dipelajari lebih lanjut.
-
Intan Putriani