Kesadaran Masyarakat Dompu Memelihara Warisan Sejarah Masih Rendah

Konten Media Partner
5 Juli 2019 14:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
(Situs Doro Bata yang kian sempit karena dijadikan permukiman oleh warga setempat. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu)
zoom-in-whitePerbesar
(Situs Doro Bata yang kian sempit karena dijadikan permukiman oleh warga setempat. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu)
ADVERTISEMENT
Info Dompu – Kesadaran masyarakat di Indonesia untuk memelihara warisan sejarah tampaknya masih kurang. Tak terkecuali di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Hingga kini, Dompu masih berjuang untuk mencari titik terang sejarahnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu, Wahyono Ragil, mengaku prihatin atas rendahnya kesadaran masyarakat dalam memelihara berbagai bukti dan warisan sejarah yang ada di Dompu.
Salah satunya adalah situs Doro Bata, yang terletak di Kelurahan Kandai Satu, Kecamatan Dompu. Hal itu terlihat dari permukiman yang dibangun warga di sekitar area situs tersebut.
Berdasarkan pantauan Info Dompu, area situs seluas satu hektare ini sudah dikelilingi rumah penduduk di empat penjurunya. Padahal, dulunya area ini cukup luas. Kini, menjadi perbukitan yang dikelilingi permukiman warga, sehingga luasnya kian menyempit.
“Padahal radius awalnya cukup luas. Di sisi timur itu berbatasan dengan jalan raya, di sisi barat dan selatan radiusnya mencapai 50-70 meter dari posisi situs ini. Bahkan di sisi utara hingga lapangan sana,” ujar Wahyono sambil menunjuk lapangan bola di sebelah selatan situs, Selasa (2/7).
(Tugu situs Doro Bata di Kandai Satu Dompu. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu)
Menurut mantan penjaga situs Doro Bata, Abdul Muthalib (78), beberapa bagian dan benda dari situs ini, seperti batu bata, sering digali dan diambil warga untuk membangun rumah atau dijual lagi. Aktivitas itu sudah berlangsung sejak 1970-an.
ADVERTISEMENT
“Itu terutama dari sisi selatan gunung (situs, red.) ini,” ujarnya.
Bahkan kata Muthalib, warga pernah menggali hingga kedalaman 6-7 meter di sisi selatan situs. Ada yang menemukan benda seperti keramik dalam ukuran besar yang digunakan untuk membangun masjid. Selain itu, kata Muthalib, ada juga warga yang menggali kuburan-kuburan kuno dengan harapan menemukan emas atau perhiasan di dalamnya.
“Warga berkeyakinan bahwa kalau kuburan orang dulu 'kan pasti dikuburkan bersama perhiasan atau senjatanya, sehingga itu yang mendorong mereka mencarinya,” terangnya.
(Abdul Muthalib, mantan penjaga situs Doro Bata. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu)
Khawatir dengan keberadaan benda-benda di dalamnya, pemerintah kemudian melarang aktivitas warga tersebut. Muthalib mengatakan, pemerintah tingkat kelurahan maupun kecamatan sudah sering mengimbau dan melarang warga menggali di sana. Tapi warga mengabaikannya.
(Tim penggalian Situs Doro Bata. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu)
Menurut Muthalib, bukan hanya warga yang kesadarannya rendah, sebenarnya pemerintah tingkat kelurahan dan kecamatan pun hampir sama begitu. “Dulu awalnya pak lurah dan pak camat juga tidak tahu arti penting keberadaan situs ini. Syukurnya sekarang mereka mulai paham dan tidak menggali lagi,” ujar Muthalib.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana sikap Pemerintah Kabupaten Dompu? Wahyono menjelaskan, sejak 2017, pihaknya telah memasang pagar keliling dan papan penanda terkait keberadaan situs. Wahyono juga mengeluhkan kecilnya anggaran untuk merawat dan memelihara keberadaan situs tersebut.
Kepala Balai Arkeologi (Balar) Nasional Denpasar, I Gusti Made Suarbawa, mengingatkan pentingnya peran aktif dan kepedulian pemerintah daerah dalam menjaga dan mengelola situs.
“Kerja sama dan kepedulian pemda diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberadaan situs,” ujarnya saat 'Diseminasi Hasil Penelitian Arkeologi Pola Ruang Istana Dompu: Studi Kasus Situs Doro Bata' di Hotel Rinjani Dompu, Kamis (4/7).
(Acara diseminasi hasil penggalian Situs Doro Bata. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu)
Di tempat yang sama, aktivis LSM, Muttakun; dan pemerhati budaya, Asikin Ahmad; sama-sama mendesak agar Pemkab Dompu menunjukkan kepedulian terhadap pengembangan seni budaya daerah, termasuk menetapkan status situs Doro Bata sebagai cagar budaya.
ADVERTISEMENT
-
Ilyas Yasin