Konten Media Partner

Kisah Asma Nadia Lahirkan Banyak Karya Sastra

27 Oktober 2019 9:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asma Nadia dalam kegiatan Sastrawan Masuk SekolaH DI Dompu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Asma Nadia dalam kegiatan Sastrawan Masuk SekolaH DI Dompu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Asma Nadia adalah satu novelis Indonesia yang sangat produktif melahirkan karya-karya sastra terutama cerpen dan novel. Hingga kini ia telah menulis tak kurang dari 58 novel fiksi, 10 di antaranya telah diangkat ke layar lebar.
ADVERTISEMENT
Dengan prestasinya itu beragam penghargaan dari dalam dan luar negeri pun berhasil diraihnya. Di antaranya Derai Sunyi terpilih sebagai novel terpuji Majelis Sastra Asia Tenggara 2005, Assalamu alaikum Beijing dan Surga Yang Tak Dirindukan (SYTD) menjadi film terlaris 2015. Sejak 2013 Asma juga tercatat sebagai salah satu dari 500 tokoh paling berpengaruh di dunia.
“Alhamdulillah berkat menulis saya sudah mengunjungi 72 negara dan 500 kota di Indonesia,” ujarnya dihadapan 100 guru dalam kegiatan “Sastrawan Masuk Sekolah” yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di Gedung PKK Kabupaten Dompu, Rabu (23/10).
Sebagai sastrawan, kata dia, dirinya membawa misi dan nilai tertentu dalam melahirkan setiap karya-karyanya. Dalam hal ini ia ingin karya-karyanya membawa kebaikan bagi orang lain, terutama pembacanya.
Berbagai novel terbaru karya Asma Nadia yang jadi display saat kegiatan Sastrawan Masuk sekolah. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
“Jangan sampai kita menyesal karena meninggalkan karya yang buruk karena mengajak orang lain melakukan keburukan,” ujarnya. Secara khusus Asma hendak mendorong dan mendukung kemajuan wanita Indonesia lewat buah penanya.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin perempuan Indonesia itu kuat menghadapi tantangan karena hidup ini bisa menjadi karunia tapi juga bisa jadi tragedi,” tukasnya.
Asma mengakui, tidak jarang orang salah paham dengan nilai-nilai yang terkandung dalam karya-karyanya khususnya dengan alur dan akhir cerita dalam beberapa novelnya. Asma menceritakan novel “Rumah Tanpa Jendela” berawal dari pengalamannya melihat kondisi rumah keluarga miskin di pinggiran Jakarta yang sempit dan sumpek. Begitu sumpeknya hingga rumah-rumah itu tak berjendela.
“Saya lantas membayangkan, alangkah menderitanya jika ada anak kecil yang tinggal di rumah yang tak ada sirkulasi udaranya itu. Sedangkan kita yang dikaruniai keadaan lebih baik kadang kurang bersyukur,” ujarnya. Dia mengharapkan anak-anak remaja terbangun rasa empatinya.
ADVERTISEMENT
Novel “Assalamu alikum Beijing”, kata Asma, juga hendak membawa pesan yang sama yakni meningkatkan rasa syukur atas karunia hidup. “Harapannya ingin meningkatkan rasa syukur. Saya pengen teman-teman yang sakit tetap punya harapan. Saya ingin jomblo tidak gelisah,” ujar Asma disambut tertawa peserta.
Asma Nadia memberikan tandatangannya kepada penggemar saat berada di Dompu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Menebarkan harapan, kata Asma lagi, juga menjadi pesan terpenting dari novelnya yang lain “Pesantren Impian” melalui tokoh Tengku Budiman, seorang mantan preman yang insaf maupun sejumlah tokoh lain dalam cerita novel tersebut. “Bahwa surga bukanlah terlalu buruk buat orang-orang yang pernah bersalah dan tobat dari kesalahannya,” terangnya.
Asma pun membantah anggapan bahwa dirinya menolak poligami melalui novel “Surga yang Tak Dirindukan”. Padahal novel itu bertolak dari hadis Nabi Muhammad SAW, “baiti jannati” (rumahku surgaku). “Saya ingin membangun solidaritas sesama perempuan bahwa puncak keikhlasan perempuan itu bukan pada poligami,” tukasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Asma, berdasarkan hadist Nabi, jika seorang pria yang sudah beristri keluar rumah dan tertarik melihat perempuan lain maka dianjurkan untuk segera pulang ke rumah. “Sebab apa yang ada pada perempuan itu juga ada pada istrinya di rumah,” ujarnya menirukan bunyi sebuah hadis, mengakhiri wawancara.
-
Ilyas Yasin