Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Info Dompu - “Secara umum bayi lahir normal dengan berat di atas 2500 gram atau 2,5 kilogram, sedangkan tinggi badan di atas 50-an sentimeter, jika kurang dari itu berarti tergolong BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah),” begitu penjelasan Bidan Ratu Puspita Loka (20/8) sebagai patokan untuk mengetahui bahwa bayi lahir normal atau mengalami stunting.
ADVERTISEMENT
Di Puskesmas Ranggo, Kecamatan Pajo, tempat ia bekerja, rata-rata bayi lahir dengan paling tinggi 50 cm hingga 48 cm dan jarang mencapai 51 atau 52 cm. Itu artinya mengarah ke stunting karena standar mestinya 50 cm ke atas. Hal ini menunjukan ada indikasi bayi stunting di tempatnya bekerja.
Ia menjelaskan, kalau asupan gizi ibunya sejak remaja bagus, maka itu mempengaruhi kesehatannya saat hamil dan menjadi ibu. Ratu juga mengatakan ada faktor gen dalam mempersoal stunting, walau hasil penelitian menunjukkan persentasenya cukup kecil.
“Idealnya asupan gizi ibu hamil yang harus dipenuhi itu sejak kehamilan tiga bulan pertama karena sudah mulai masa perkembangan, sel saraf terbentuk,” ujar Bidan Ratu.
Karena itu, katanya, dalam kelas-kelas ibu hamil pihaknya selalu menekankan pentingnya asupan gizi terutama protein. Seorang anak yang mengalami stunting, kata Ratu, akan mempengaruhi aspek kecerdasan.
“Kita kan mengalami dua hal yakni tumbuh dan kembang. Anak yang mengalami stunting akan mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangan. Jika tidak berpengaruh di tumbuh kembang maka stunting sebetulnya tidak bermasalah. Kalau pendek gak masalah karena kita orang Asia memang pendek kan? Stunting bermasalah karena berat badan dan tinggi badan tidak seimbang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
-
Ilyas Yasin