Konten Media Partner

Pantai Lakey di Dompu, NTB, Objek Wisata Populer yang Minim Pengunjung

5 November 2019 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pantai Lakey di Dompu, NTB. Foto: Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Lakey di Dompu, NTB. Foto: Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Para pengelola hotel dan restoran di Pantai Lakey, Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluhkan makin berkurangnya jumlah pengunjung, maupun tingkat hunian turis asing dalam dua tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Menurut pemilik salah satu restoran Herman (44), hal itu disebabkan kurangnya rasa aman dan nyaman para tamu bule. Tidak hanya di Pantai Lakey tetapi bahkan sejak dari Bandara Sultan Hasanuddin di Kabupaten Bima.
“Banyak bule yang mengeluhkan, dari bandara ke sini mereka diharuskan memakai mobil yang ada di bandara. Mereka tidak bebas untuk menggunakan mobil yang mereka suka,” ujarnya saat ditemui di restoran miliknya, Sabtu (2/11).
Suasana dan fasilitas di Pantai Lakey Dompu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Akibatnya, kata dia, tamu-tamu asing itu enggan datang ke Lakey dan dari Bali atau Lombok mereka lebih memilih melanjutkan perjalanan langsung ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hal ini menyebabkan pemasukan pengelola wisata otomatis berkurang. Menurut Mulyadin (17), pelayan di restoran milik Herman, berkurangnya pemasukan tersebut cukup drastis. Menurut remaja asal Flores ini, jika sebelumnya pemasukan restoran tempatnya bekerja bisa mendapatkan Rp 25 juta per bulan, kini paling maksimal Rp 5 juta sebulan.
ADVERTISEMENT
Mulyadin membenarkan faktor kenyamanan dan keamanan yang mempengaruhi kunjungan para turis. Selain warga lokal sering terlibat keributan dengan turis di lokasi wisata, tukang ojek juga sering ‘memeras’ para bule yang menyewakan motor mereka.
Penataan tempat partir maupun fasilitas masih berantakan. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Mereka sering menuntut ganti rugi tinggi kepada bule jika motornya lecet atau terjatuh saat disewa. “Meski menurut perjanjian jika motor terjatuh saat dipakai yang bertanggungjawab adalah pemiliknya, tapi mereka kerap minta ganti rugi selangit,” ujar Mulyadin yang sudah tiga tahun bekerja di Pantai Lakey.
Dia lantas menceritakan insiden perkelahian yang mengakibatkan warga lokal babak belur dihajar bule yang ternyata seorang karateka. Tamu-tamu yang berkunjung ke restoran Mulyadin berasal dari beberapa negara seperti Australia, Amerika dan Jepang.
ADVERTISEMENT
Diakuinya, berkurangnya turis juga dipengaruhi oleh cuaca dan gelombang. Sebagai tempat wisata surfing maka kedatangan bule juga ditentukan oleh cuaca. Saat cuaca atau gelombang bagus, kata dia, maka turis juga akan banyak berkunjung.
Salah satu restoran di Pantai Lakey. Foto: Ilyas yasin/Info Dompu
Sementara itu JN (32), mantan pegawai sebuah hotel terkenal di Pantai Lakey mengakui bahwa menurunnya jumlah kunjungan dan hunian turis juga disebabkan oleh layanan yang buruk.
Dia menceritakan, di hotel tempatnya bekerja, banyak hal yang tidak sesuai seperti dijanjikan oleh pihak hotel. “Misalnya chef-nya, mereka gembar-gemborkan berasal chef profesional tapi ternyata chef lokal,” ujarnya kepada media ini, Sabtu (2/11).
Selain itu, kata dia, bahan masakan yang disajikan juga sudah tersimpan terlalu lama di kulkas sehingga mempengaruhi cita rasa. “Harga masakan juga terlalu mahal, padahal itu masakan sekelas kaki lima. Itu sering dikeluhkan para turis,” tukasnya.
Ikon Pantai Lakey yang baru dibuat beberapa waktu ini. Foto: Ilyas yasin/Info Dompu
Manajemen hotel juga dinilai JN cenderung buruk. “Pihak hotel sengaja memangkas jumlah karyawan dan hanya mengandalkan anak-anak SMK yang praktek dan tidak digaji,” akunya sambil menjelaskan, mereka hanya ditanggung penginapan dan makan selama berpraktek.
ADVERTISEMENT
JN sendiri, sebelum memutuskan keluar mengaku hampir 8 bulan gajinya dicicil oleh hotel tempatnya bekerja, padahal gajinya hanya Rp 2,5 juta per bulan. Kini ia tidak bekerja dan membuka kios kelontong.
Ilyas Yasin dan Vani Oktaviani