Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Potret Nur Anisyah, Mahasiswi asal Dompu yang Bercadar dan Berprestasi
20 Desember 2019 8:04 WIB

ADVERTISEMENT
Info Dompu - Meski terlihat berbeda dan asing bagi sebagian orang, tapi bercadar seharusnya tidak boleh menjadi alasan bagi muslimah untuk tidak berprestasi.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, identitas tersebut justru harus memacu para muslimah untuk menunjukkan eksistensi di tengah masyarakat. Demikian simpulan perbicangan media ini dengan Nur Anisyah (23) ketika ditemui di kampusnya, Rabu (18/12). Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester terakhir STKIP Yapis Dompu ini mengaku tidak risih dengan cadar yang dikenakannya.
Baginya busananya tidak menghalangi aktivitas maupun pergaulannya dengan lingkungan sekitarnya. Di kampusnya, Nisa mengklaim mendapatkan beasiswa, aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan bahkan memenangkan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) bersama teman-teman timnya.
Gadis Desa O’o Kecamatan Dompu Kabupaten Dompu, NTB, yang akrab disapa Nisa ini menjelaskan, dia bergaul akrab dengan teman-temannya, termasuk dengan yang tidak bercadar. Baginya bercadar selain untuk keperluan dakwah juga dimaksudkan untuk memperbaiki diri. Sebelum bercadar ia bergaul dengan teman pria yang lain.
ADVERTISEMENT
“Tetapi dengan penampilan seperti ini (bercadar, red) saya harus membatasi diri dan menjaga pergaulan,” ujarnya.
Di sisi lain, terhadap sesama perempuan bercadar juga sebagai bagian dari dakwah. Kata dia, dirinya tidak mengajak teman-temannya memakai cadar secara langsung tetapi dengan menunjukkan keteladanan seperti adab bergaul dan disiplin ibadah.
“Alhamdulillah, dengan pola seperti itu akhirnya ada beberapa teman yang mulai bercadar. Bahkan saat masuk waktu salat mereka bahkan yang mengingatkan saya. Masyaallah,” terangnya.
Untuk menambah pemahaman keislamannya, Nisa juga bergabung dengan kelompok pengajian maupun beberapa komunitas cadar di dunia maya. Meski berusaha konsisten bercadar, tapi dia berpendapat hukum memakaianya mubah, boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan.
“Saya berpendapat cadar itu hukumnya mubah. Tapi saya selalu berusaha istiqomah memakainya,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dengan pandangan itu, ia tidak mempersoalkan jika ada yang melepaskan cadar apalagi dalam situasi tertentu. “Jika untuk keperluan administrasi kependudukan seperti foto KTP (Kartu Tanda Penduduk), tuntutan kerja di lingkungan tertentu atau alasan keamanan saya kira gak masalah cadar dibuka,” ujarnya.
Menjawab pertanyaan tentang pagelaran busana cadar, Nisa juga memperbolehkannya. Baginya kegiatan tersebut justru positif bagi dakwah karena akan mendorong orang untuk belajar Islam khususnya tentang hikmah cadar.
“Jadi, nanti orang akan bertanya mengapa sih cadar harus berwarna hitam? Karena hitam itu bisa menutupi lekuk tubuh dan seterusnya,” katanya menyontohkan.
Manfaat positif cadar, menurutnya, adalah mendorong pemakainya untuk bertanggungjawab terhadap perilakunya, menjadi teladan bagi lingkungannya serta lebih disiplin dalam beribadah. Tapi ia juga tidak menampik adanya beberapa orang yang memakai cadar sekadar ikut-ikutan, coba-coba atau tidak menunjukkan adab yang baik.
ADVERTISEMENT
“Ada sih yang pakai cadar tapi masih teriak-teriak di jalan misalnya hehehe,” ujarnya.
-
Ilyas Yasin