Rawa Mbojo, Kesenian Tradisional Dompu di Tengah Pengaruh Musik Modern

Konten Media Partner
27 Maret 2019 23:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Biola sebagai alat pendamping rawa mbojo. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Biola sebagai alat pendamping rawa mbojo. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Info Dompu - Rawa mbojo merupakan salah satu pagelaran yang bakal tersuguh dalam Festival Pesona Tambora (FPT) 2019 di Kabupaten Dompu, awal April nanti. Kesenian tradisional Bima Dompu berupa patu cambe (berbalas pantun) yang diiringi alat musik biola inilah yang disebut sebagai rawa mbojo.
ADVERTISEMENT
Kesenian ini dimainkan satu orang pria dan satu wanita dewasa. Pria bertindak sebagai pemain biola (violis) dan sesekali menyanyi sedangkan wanita sebagai penyanyi utama. Dalam keadaan tertentu penyanyi utama kadang bisa dua orang wanita bahkan waria yang memiliki kemampuan merangkai kata patu cambe.
Sebelum kedatangan alat musik modern seperti orkes Melayu atau orgen tunggal, rawa mbojo merupakan salah satu kesenian rakyat yang popular pada masanya. Musik ini biasa dipentaskan saat acara pernikahan warga. Seperti halnya pertunjukkan wayang kulit di Jawa, acaranya bisa berlangsung semalam suntuk dan ditonton warga segala usia.
Layaknya pantun, syair-syair dalam patu cambe juga berisi bermacam-macam seperti pantun musa-mudi (asmara), nasihat, jenaka, sindiran hingga kritik. Diperlukan keahlian khusus untuk menjadi bernyanyi patu cambe, termasuk violisnya karena ia pun harus menjawab pantun yang dilempar penyanyi perempuan. ‘Jual-beli’ pantun akan menimbulkan kemeriahan dan sorakan penonton jika salah satu pihak berhasil membalas pantun yang dilempar, begitu pula sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Rawa Mbojo biasanya digelar di rumah pemilik hajatan usai berlangsung acara resepsi formal. Karena dulu acara resepsi digelar di malam hari maka rawa mbojo akan dimulai di atas pukul 19.00 Wita. Tapi sejak kedatangan alat musim modern kesenian rawa mbojo mulai mendapat saingan, baik penampilan pemain musik, penyanyi maupun tata panggungnya.
Mulai era 2000-an rawa mbojo juga mulai mendapat sentuhan dan berkolaborasi dengan alat musik modern yakni orgen tunggal. Pada beberapa kasus alat musik yang digunakan kadang ditambah dengan gendang, gitar, rumbia serta suling.
Masyarakat lokal menyebut musik kreasi baru ini “biola katipu”, mengacu pada kombinasi alat musik biola dan gendang sebagai lambang musik dangdut. Personelnya lebih dari dua orang sesuai dengan alat musik yang dimainkan. Karena berkolaborasi dengan musik dangdut, maka irama dan tempo musiknya relatif cepat dan rancak. Lagu-lagu yang dinyanyikan pun tidak melulu lagu tradisional patu cambe tetapi juga dangdut, termasuk versi koplo atau remix.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, seperti diakui Abdul Hamid Ibrahim (60), pemain biola rawa mbojo, dirinya tidak risau karena persaingan musik beraliran modern. Dia yakin bahwa setiap aliran musik itu ada penikmatnya masing-masing.
Abdul Hamid Ibrahim, Pemain Biola yang masih eksis di Dompu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
“Rezeki itu nggak mungkin tertukar. Rezekinya burung nggak mungkin tertukar sama ayam kan?” ujarnya memberi perumpamaan saat ditemui di rumahnya di Desa Lepadi Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Selasa (26/3).
Ayah empat anak ini yakin tuhan sudah mengatur segalanya sehingga ia tetap optimis dengan masa depan musik rawa mbojo seperti yang dilakoninya lebih dari tiga dasarwarsa ini. Meski begitu dia tetap berharap agar aliran musik rawa mbojo dan dangdut tetap dipisah.
Ditambahkannya, kendati sudah bercampur dengan dangdut modern, namun di beberapa tempat penikmat musik biola tetap meminta dirinya menyanyikan lagu-lagu Bima lama, khusunya kalangan generasi tua.
ADVERTISEMENT
Di Kabupaten Bima penikmat rawa mbojo terdapat di kecamatan Wera, Donggo dan Sape. Mereka biasanya cenderung menyukai lagu-lagu lama. Begitu pula di Dompu seperti di Desa Buncu, Bolonduru atau Sanggopa Sante. Biasanya kalangan tua ini menikmati rawa mbojo di atas pukul 24.00 Wita, sedangkan sebelum itu diperuntukkan kalangan muda.
-
Penulis: Ilyas Yasin