Sanitarian: Banyak Tempat Jual Makanan Tidak Sehat di Dompu, NTB

Konten Media Partner
6 Oktober 2019 22:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustasi makanan sehat. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustasi makanan sehat. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Koordinator Sanitarian dan Kesehatan Lingkungan Puksesmas Dompu Timur Sriatun menjelaskan, banyak tempat pengolahan makanan dan minuman di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak memenuh standar kebersihan dan kesehatan. Begitu pula, masyarakat banyak mengonsumsi produk makanan dan minuman yang tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Standar kebersihan dan kesehatan tersebut dilihat dari beberapa aspek seperti cara pengolahan makanan, alat yang digunakan, kondisi pekerja maupun bahan-bahan yang digunakan. Sriatun, yang juga Koordinator program pengawasan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) yang membawahi tujuh desa di wilayah Kecamatan Dompu menjelaskan, banyak produk makanan dan minuman yang menggunakan bahan tidak aman seperti boraks, formalin maupun cata pewarna.
“Saat kami cek ke lapangan, kami menemukan banyak yang pake pengawet seperti boraks formalin maupun zat pewarna,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Selasa (2/10).
Padahal, katanya, penggunaan bahan tersebut dapat mengganggu kesehatan seperti penyakit liver dan gatal-gatal. Dia juga prihatin karena banyak makanan dan minuman pabrikan yang tidak aman seperti mengandung bahan pengawet dan pewarna yang dikonsumsi anak-anak balita.
ADVERTISEMENT
“Mestinya anak-anak di bawah usia 4 tahun tidak boleh mengonsumsi makanan minuman yang mengandung pengawet dan pewarna,” ujarnya mengingatkan.
Ilustrasi makanan anak-anak. Foto: Pixabay
Dikatakannya, pihaknya banyak menemukan pasien anak-anak balita yang mengalami gatal-gatal di pergelangan tangan karena mengonsumsi makanan dan minuman yang menggunakan bahan pengawet maupun pewarna. Dia menyarankan agar masyarakat, termasuk kantin-kantin sekolah, untuk menyediakan makanan dan minuman olahan rumah tangga. “Itu lebih sehat,” tambahnya lagi.
Dari segi peralatan yang digunakan, kata Sriatun, harus dipastikan dalam kondisi bersih dan sehat. Misalnya saat mencuci tangan, peralatan atau makanan sebelum dimasak harus dicuci di air yang mengalir, bukan dalam wadah seperti baskom atau ember. Pun sabun cuci tangan dianjurkan menggunakan yang sekali pakai seperti cairan, bukan sabun batangan yang digunakan secara bersama-sama karena hal itu justru menyebabkan kuman berpindah. Karyawan, saat bekerja juga harus menggunakan alas kaki seperti sepatu boots dan tidak merokok.
Koordinator Sanitarian dan Kesehatan Lingkungan Puksesmas Dompu Timur Sriatun. Foto: Info Dompu
“Penjamahan juga harus sehat seperti menggunakan kaos tangan maupun menggunakan masker wajah serta penutup kepala,” terang Sriatun.
ADVERTISEMENT
Selain itu, katanya, jika dalam kondisi sakit maka karyawan dilarang bekerja, menyentuh makanan atau terlibat dalam proses produksi untuk menjaga kemungkinan penyebaran virus dan penyakit. Sedangkan tempat sampahnya bukan yang dibuka dengan tangan melainkan yang punya injakan.
Berdasarkan sejumlah kriteria tersebut, sejauh ini kata Sriatun baru satu TPM di wilayah kerjanya yang sudah memenuhi kriteria layak sehat. “Kami juga sudah menerbitkan sertifikat layak sehat,” ujarnya.
Ditambahkannya, tidak mudah untuk menerbitkan sertifikat sehat tersebut karena pihaknya harus melakukan pemantauan selama dua tahun, melakukan pengawasan, pengambilan dan uji sampel di laboratorium. Setelah melewati semua tahapan itu baru diterbitkan sertifikat yang menyatakan bahwa makanan dan minuman tersebut aman dikonsumsi.
Saat ini, kata Sriatun, pihaknya harus bekerja keras melakukan advokasi dan pendampingan agar TPM yang ada mencapai standar kesehatan yang ditetapkan. “Kebetulan kami juga baru mendapatkan sanitasi kit-nya dua pekan lalu dan langsung kami operasikan. Selain itu, uji sampel harus dilakukan di Mataram, tapi sekarang sudah ada di Bima sehingga lebih cepat mengetahui hasilnya,” ujarnya riang.
Ilustrasi makanan sehat. Foto: Pixabay
Sriatun juga menjelaskan, dalam melakukan pendampingan terhadap TPM pihaknya menerapkan ‘intimidasi positif’ agar para pemiliknya bersedia berubah dan memenuhi standar kesehatan yang ada. “Kami menyebutnya intimidasi positif maksudnya menyampaikan bahwa jika produk mereka kurang sehat nanti nggak ada yang mau beli,” ujarnya menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Ditambahkannya, terdapat tujuh desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Dompu Timur yakni Desa O,o, Manggeasi, Katua, Kareke, Dorebara, Karamabura dan Manggenae. Selain bakso, jenis TPM lainnya adalah pembuatan tahu dan donat. Dari total 36 TPM hanya terdapat 26 TPM yang benar-benar aktif.
-
Ilyas Yasin