Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Stromatolit, dari 4,5 Milyar Tahun Lalu Masih Hidup di Dompu
26 April 2019 22:49 WIB

ADVERTISEMENT
Info Dompu - Stromatolit hidup di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) tepatnya berada di Pulau Satonda, yang masuk dalam wilayah administasi Desa Nangamiro, Kecamatan Pekat.
ADVERTISEMENT
Organisme stromatolit pada 4,5 milyar tahun lalu memenuhi hampir seluruh samudera bumi dan berfungsi sebagai pembentuk komposisi kimiawi atmosfer. Pembentukan stromatolit sendiri telah mengoksidasi atmosfer bumi hingga memiliki oksigen yang cukup memulai perkembangan evolusi fauna bersel tunggal yang membutuhkan oksigen.
Stromatolit yang berada di Dompu saat ini adalah hasil simbiosis antara ganggang bersel satu dengan sedimentasi vulkanik pulau satonda. Cyanobacteria pembentuk stromatolit merupakan mahluk hidup yang berfotosintesis dan saat ini masih hidup dengan memenuhi seluruh danau air asin yang terletak tepat di tengah-tengah Satonda.
Hanya ada sekitar 5 titik keberadaan stromatolit di seluruh dunia saat ini, begitu ungkap Setyo Manggala (25) yang merupakan peneliti dari Universitas Indonesia, Rabu (24/04). Adapun kelima titik itu disebutkan Setyo yaitu di Australia, Amerika, dua titik di Eropa dan satu titik yang baru diketahui di Indonesia adalah di Dompu, NTB.
ADVERTISEMENT
Setyo juga menjelaskan meski masih ada beberapa titik adanya organisme ini di seluruh dunia, pembentukan stromatolit Satonda memakan waktu sekitar 4.000 tahun.
"Stromatolit adalah organisme yang hanya bisa ditemukan sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu. 10.000 tahun yang lalu Pulau Satonda adalah gunung berapi yang pada saat itu dapur magmanya runtuh, di mana Danau Satonda adalah kawah vulkanik yang sempat diisi oleh air tawar, kemudian 4.000 tahun yang lalu ada aktivitas tektovulkanik yang menyebabkan salah satu dinding kawah atau dinding danau runtuh hingga menyebabkan air laut masuk, namanya marine flooding" jelas Setyo.
Setyo pun mengungkapkan bahwa air asin dan air tawar pada 4.000 tahun lalu di Danau Satonda bercampur, seiring waktu air di danau menjadi lebih asin dan terjadi peningkatan dinding kawah yang menyebabkan air tersebut terkurung di danau Pulau Satonda. Tingkat keasinan di danau yang begitu tinggi menyebabkan tidak ada mahluk hidup yang bisa bertahan kecuali ikan-ikan kecil di atas permukaan dan terjadilah stromatolit.
ADVERTISEMENT
Pulau Satonda yang menjadi lokasi hidupnya mahluk purba ini seperti sebuah "Jendela ke Zaman Paleozoikum", tulis Setyo dalam bukunya yang berjudul Dana Dompu. Satonda adalah pulau vulkanik non-aktif yang memiliki kedalaman 69 meter dengan diameter sekitar 1,2 kilometer.
Stromatolit tentu perlu dijaga bersama, baik oleh pengunjung, penjaga pulau dan generasi muda Dompu secara umum, misalnya dengan tidak merusak ekosistem kehidupan organisme ini seperti berenang di danau dan menginjaknya.
Danau air asin di pulau Satonda memiliki keindahan yang sangat menakjubkan, menyaksikan dengan mata saja sudah sangat membuat perasaan menjadi puas. Terlebih jika mengetahui bahwa mahluk hidup ini persis dengan yang hidup pada 4,5 milyar tahun lalu dan hanya ada satu tempat yang baru diketahui keberadaannya di Indonesia yaitu di Pulau Satonda.
Pengunjung Pulau Satonda yang ingin berenang di danau disarankan untuk tidak melakukannya, tapi pengunjung bisa memuaskan diri dengan mencoba alternatif berenang di luar lingkaran bukit danau yaitu di laut yang menjadi pintu masuk pulau.
ADVERTISEMENT
Pemandangan laut utara Semenanjung Sanggar yang memiliki air begitu jernih dengan dermaga yang baru dibangun sebagai salah satu ikon pulau sangat mendamaikan terutama di saat menjelang sore. Bawah lautnnya juga tak kalah menakjubkan dengan terumbu karang dan ikan-ikan kecil berwarna warni yang bisa menjadi pilihan bagi para pecinta snorkeling atau diving.
-
Penulis: Intan Putriani