Uma Panggung, Bangunan Tradisional Dompu yang Tahan Gempa

Konten Media Partner
5 April 2019 15:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah Panggung Orang Dompu. Foto: Syatriadin Yosan/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Rumah Panggung Orang Dompu. Foto: Syatriadin Yosan/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Uma Panggung atau Uma Haju adalah rumah tradisional Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang telah dibangun sejak zaman nenek moyang suku Dompu.
ADVERTISEMENT
Uma dalam bahasa daerah berarti rumah, Uma Panggung berarti rumah yang dibangun seperti panggung. Sedangkan haju berarti kayu yang artinya rumah yang terbuat dari kayu-kayu pilihan. Uma Panggung adalah rumah yang semua bahan bangunannya berasal dari haju atau kayu.
Jenis Uma Panggung ada dua yaitu uma ceko yang merupakan bangunan asli Dompu dan uma pa'a sakolo yang merupakan bangunan yang jenis konstruksinya dibawa oleh masyarakat Bugis yang migrasi ke Dompu.
Uma Panggung memiliki banyak manfaat, begitu menurut Miskan (35), warga Manggelewa. Seumpama panggung, rumah-rumah ini memiliki tiang penyangga, di mana kolong rumah biasanya akan dipagar keliling menggunakan bambu atau kayu papan dan diberi pintu masuk untuk dijadikan lumbung padi bagi masyarakat Dompu yang bekerja sebagai petani. Selain menyimpan hasil pertanian, kolong rumah ini juga dijadikan tempat menampung ternak pada malam hari, sebelum siangnya dibiarkan hidup liar di alam.
ADVERTISEMENT
Selain kolongnya, bangunan utama rumah dibuat menyesuaikan kondisi lingkungan Dompu yang kadang mengalami gempa bumi. Meski tidak sesering gempa seperti wilayah lain di NTB, nyatanya bangunan Uma Panggung tak perlu membuat takut pada saat gempa terjadi.
Miskan menyebutkan Uma Panggung sangat tahan gempa. "Jika terjadi gempa bumi, rumah panggung tidak terasa ada guncangan. Sementara jika menggunakan rumah batu guncangan sangat dahsyat," ujar Miskan saat berbincang dengan Info Dompu, Selasa (2/4).
Uma panggung masyarakat Dompu. Foto Syatriadin Yosan/Info Dompu
Keberadaan Uma Panggung kini mulai terancam, bangunan tradisional ini perlahan tergantikan oleh rumah batu, yaitu rumah yang konstruksi utamanya dari bata merah. Miskan menyebutkan bahwa membangun rumah panggung membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lebih lama dari membangun rumah batu.
ADVERTISEMENT
Pembuatan rumah panggung ini memakan waktu hingga berbulan-bulan. Karena proses mulai dari pengambilan bahan baku hingga pemasangan. Kayu yang digunakan adalah kayu pilihan, rata-rata rumah panggung ini dibuat dengan menggunakan kayu jati yang sudah keras atau menghitam.
"Rumah yang saya tempati ini dulunya dibeli Rp 30 juta," tuturnya.
Jika ada warga yang ingin membangun atau memiliki rumah panggung saat ini, jelas harga belinya lebih mahal tergantung dari kondisi kayu yang ada pada rumah tersebut. Jika kayu-kayu rumah masih baru, jelas akan meningkatkan harga jual rumah.
Bagi masyarakat Dompu yang mampu secara ekonomi di zaman dahulu, bangunan rumah yang kayunya sudah memasuki usia lapuk akan segera direnovasi dan diganti kayu-kayunya. Kemudian akan dicat agar terkesan lebih modern dan berwarna.
ADVERTISEMENT
Rumah dengan jenis yang masih sangat kokoh dengan kayu-kayu yang masih baru biasanya berharga ratusan juta.
"Kalau rumah mewah memang sampai ratusan juta, tapi kalau rumah biasa berkisar Rp 50 juta-an,” kata Syahbudin (80), warga Desa Soro, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu. Ia juga menjelaskan bahwa pada zaman dulu pemilik rumah yang berukuran besar itu pertanda status sosial tinggi.
Dibandingkan dengan konstruksi rumah batu bata, Uma Panggung jauh lebih kuat dan lebih aman saat gempa bumi terjadi. Bangunan tradisional Dompu ini mampu berdiri hingga puluhan tahun.
“Dulu rumah saya bertahan hingga 97 tahun lamanya. Kayu yang digunakan adalah kayu hutan yang sudah mengeras layaknya kayu asam,” kata Syahbudin.
-
Penulis: Syatriadin Yosan
ADVERTISEMENT