Wau Mbenggo: Menangkap Cacing Warna-Warni yang Kaya Gizi di Pantai Lakey, Dompu

Konten Media Partner
15 Februari 2020 7:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Antusiasme warga Dompu menangkap cacing warna-warni di Pantai Lakey. Foto: Syahril
zoom-in-whitePerbesar
Antusiasme warga Dompu menangkap cacing warna-warni di Pantai Lakey. Foto: Syahril
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Wau mbenggo dalam bahasa Dompu berarti menangkap cacing warna-warni yang biasanya muncul di pantai selatan Dompu yaitu Pantai Lakey di Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu.
ADVERTISEMENT
Hewan laut jenis plankton ini muncul sekali setahun pada setiap bulan Februari. Selain di Dompu, plankton ini juga muncul di daerah lain di Nusa Tenggara Barat (NTB) seperti di Lombok. Jika di Dompu dikenal sebagai wau mbenggo, di Lombok dikenal sebagai bau nyale.
Pemerintah Provinsi NTB bahkan menetapkan bau nyale sebagai momen tahunan yaitu Festival Bau Nyale. Jika di Lombok bau nyale memiliki hubungan dengan tradisi dan legenda Putri Mandalika, maka di Dompu juga punya legenda yang menandai kehadiran cacing warna-warni ini.
Cacing warna-warni yang muncul di Pantai Selatan Dompu pada setiap pertengahan bulan Februari. Foto: Info Dompu
Sebagian masyarakat Dompu percaya, legenda cacing nyale ala Dompu merupakan jelmaan dari Putri Fiva Kafirli yang cantik jelita. Sang putri merupakan putri dari ncuhi atau Raja Hu'u yang rela melarungkan dirinya ke laut karena tidak ingin diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan, lalu jadilah sang putri sebagai cacing warna-warni yang disebut mbenggo.
ADVERTISEMENT
Mbenggo atau nyale miliki kandungan gizi yang tinggi. Sebuah penelitian dari Dosen Universitas Mataram, Prof. Seolistya Dyah Jekti dalam bukunya menyebutkan bahwa nyale memiliki kandungan protein sebesar 43,84 %. Lebih tinggi bila dibandingkan dengan kerang bulu dan kerang hijau yang hanya 18,5 %, ataupun telur penyu laut dengan kandungan protein 10,94 %. Maka tidak heran jika cacing warna-warni ini diburu penikmat kuliner yang sudah turun temurun.
Olahan mbenggo dengan cara dipepes dengan berbagai bumbu tradisional lalu disimpan di atas nasi hangat. Foto: Info Dompu
Warga lokal Dompu biasanya mengolah mbenggo dengan cara dipepes atau digoreng kering dan ditumbuk lalu dimakan dengan nasi panas. Bahkan ada doyan memakan hewan ini secara langsung atau dimakan mentah, ataupun dengan difermentasi terlebih dahulu.
Tingginya kandungan protein yang dimiliki mbenggo bahkan membuat hewan ini sedikit lengket karena berminyak saat disentuh. Meski tampak menggelikan, sebenarnya tidak perlu takut menyentuhnya. Hewan ini dikenal mudah terpotong atau hancur bahkan dengan satu sentuhan.
ADVERTISEMENT
-
Intan Putriani