Kebakaran di Taman Nasional Tanjung Puting Mencapai 239 Hektare

Konten Media Partner
30 Agustus 2019 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kebakaran di Taman Nasional Tanjung Puting. (Foto: BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Kebakaran di Taman Nasional Tanjung Puting. (Foto: BNPB)
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Area yang terdampak kebakaran hutan di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, terus mengalami peningkatan. Tercatat, konsentrasi titik api dan kebakaran hutan berada di dua lokasi, yaitu Resort Telaga Pulang SPTN Wil I di Pembuang Hulu dan SPTN Wilayah III Tanjung Harapan.
ADVERTISEMENT
Menurut Kepala Sub Bagian Tata Usaha (KSBTU) Balai TNTP, Eko Susanto, penanggulangan kebakaran di kawasan tersebut masih belum menunjukkan perkembangan yang baik.
Minimnya sumber air, sulitnya medan, terbatasnya peralatan dan sumber daya manusia, serta faktor cuaca menjadi kendala untuk memadamkan api.
"Hingga saat ini, hasil digitasi di atas peta yang dilakukan GIS officer kami menyatakan kurang lebih 239 hektare area TNTP terdampak kebakaran hutan, dengan mayoritas tutupan lahan semak belukar," ujar Eko, Jumat (30/8).
Eko meneruskan, luasan tersebut belum final. Sebab, kata dia, api masih membakar di dua area yang saat ini jadi konsentrasi munculnya titik api dan kebakaran hutan.
"Upaya Balai TNTP dalam melakukan penanggulangan sudah sangat optimal dalam seminggu terakhir, akan tetapi karena upaya mandiri belum berhasil, maka kami segera akan meminta dukungan personel dan peralatan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Barat dan Manggala Agni Daops Pangkalan Bun, serta tetap mengharapkan dukungan water bombing dari Satgas Karhutla Kotawaringin Barat," kata Eko.
ADVERTISEMENT
Menurut Eko, kebakaran hutan yang terjadi pada 2015 juga turut andil dalam kebakaran tahun ini. Sisa-sisa tunggak, dahan, dan ranting pepohonan yang tumbang di atas gambut yang kering menjadi bahan bakar sempurna bagi api untuk menjalar.
Malah, kata Eko, alang-alang dan semak belukar yang tumbuh membuat kecepatan api sulit untuk ditanggulangi.
"Sesuai dengan analisis potensi kemudahan terjadinya kebakaran Satgas Karhutla Kalimantan Tengah, bahwa wilayah Taman Nasional Tanjung Puting dan sekitarnya berada pada zona merah, yaitu sangat mudah terbakar dan sangat sulit pengendaliannya," ujar Eko.
Sekali lagi, lanjut Eko, sangat penting untuk menjaga dan merestorasi fungsi hidrologi kawasan TNTP. Sebab, keberadaan air tanah berfungsi untuk menjaga kelembaban di lantai hutan, khususnya di areal yang bergambut, utamanya untuk menjadi penghalang terjadinya kebakaran besar di saat kemarau.
ADVERTISEMENT
Apalagi kata Eko, prediksi BMKG menyatakan puncak kemarau akan terjadi pada September. Ia juga mengimbau agar warga tidak beraktivitas yang dapat merugikan kawasan hutan.
"Masih terbuka kesempatan bagi seluruh otoritas terkait, bersama seluruh lapisan masyarakat untuk saling mengimbau dan mengingatkan agar tidak menggunakan api dalam aktivitas-aktivitas pembukaan lahan untuk ladang, kebun, dan pemukiman agar langit menjadi biru dan bernapas tetap lega," pungkasnya. (Joko Hardyono)