Kisah Pilu Kakek di Kobar: Hidup Sebatang Kara dan Idap Kanker Hati

Konten Media Partner
17 Juni 2021 12:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kakek Yani tinggal seorang diri di sebuah gubuk sempit. Foto: Aio Tanoto.
zoom-in-whitePerbesar
Kakek Yani tinggal seorang diri di sebuah gubuk sempit. Foto: Aio Tanoto.
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT- Kakek Yani atau orang-orang sekitar memanggilnya Kakek Banjar berusia 74 tahun merupakan seorang pemulung, warga Desa Pasir Panjang, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah ini tak punya keluarga dan tinggal sebatang kara. Yani tinggal di sebuah gubuk kecil dan sempit, gubuk tersebut di bangun di tanah milik orang lain. Tak hanya kecil dan sempit dindingnya hanya terbuat dari kayu, selain itu gubuk tersebut tanpa penerangan, jika malam hari ia hanya menggunakan lampu minyak tentu saja ini cukup beresiko.
ADVERTISEMENT
Gubuk dengan ukuran 2x3 meter itu penuh dengan gelas plastik, botol bekas, bahkan tempat tidurnya hanyar kasur tipis yang ia lapisi dengan tikar, namun sayang Yani luput dari perhatian pemerintah Desa Pasir Panjang.
Tempat Yani tinggal yang jauh dari kata layak. Foto: PMI Kobar
Untuk mencukupi kebutuhanya Yani hanya mendapatkan uang dari hasil mulungnya yang tidak menentu, jika ada uang ia belikan untuk makan sehari-hari, jika tidak ada uang Yani hanya mengkonsumsi air putih saja. Di tengah kondisinya yang serba kekurangan ada yang berbaik hati membantu Yani selain orang-orang sekitar tempat tinggal Yani, salah satunya dari PMI Kotawaringin Barat yang sering menjenguknya dan membawakan makanan juga menemani ia Berobat ke rumah sakit usai dirinya divonis kanker hati dan batu ginjal.
Diusia yang sudah tua Yani tidak begitu sehat lagi, sudah hampir sebulan ini ia tidak memulung lantaran penyakit yang ia derita, tidak heran jika badan Yani semakin kurus. Bahkan untuk berjalan keluar gubuknya ia merasa pusing bahkan tidak mampu.
ADVERTISEMENT
Perihal keluarga, Yani enggan bercerita banyak, mungkin ada kesedihan yang tidak bisa diungkapkan, ia bersyukur meskipun hidup seoarang diri dengan keadaan yang serba kekurangan ia masih diberi nafas oleh sang pencipta.
Karena tinggal di atas tanah milik orang lain, Yani sama sekali tidak mempunyai WC. Jadi, jika ia ingin buang air besar atau air kecil Yani mengumpulkannya kedalam plastik lalu ia buang.
Melalui PMI Kotawaringin Barat dan Karang Taruna Arut Selatan akan mencari solusi untuk Yani kedepan terkait listrik, MCK, dan air.
"Setelah melihat langsung kita rundingkan untuk kedepannya seperti apa, melihat kondisi beliau yang sudah tua terlebih sakit-sakitan. Kita usahakan terkait air, MCK, dan listrik terutama ya, kasihan juga sudah tua tinggal sendirian, mohon doanya semoga kakek Yani sehat selalu ya," ujar Ketua Karang Taruna Arsel, Riska Agustina.
ADVERTISEMENT