Konten Media Partner

Kisah Tugu Palagan Sambi di Kobar, Saksi Bisu Penerjunan Pertama di Indonesia

30 Mei 2022 8:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasukan penerjun pertama Indonesia saat memasuki pesawat RI-002 untuk menjalankan misi infiltrasi ke kalimantan pada tahun 1947. Pasukan penerjun ini didominasi oleh pemuda kalimantan. Foto: IST/InfoPBUN
zoom-in-whitePerbesar
Pasukan penerjun pertama Indonesia saat memasuki pesawat RI-002 untuk menjalankan misi infiltrasi ke kalimantan pada tahun 1947. Pasukan penerjun ini didominasi oleh pemuda kalimantan. Foto: IST/InfoPBUN
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Berlokasi di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kotawaringin Barat, berdiri sebuah monumen bersejarah. Monumen ini dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan Tugu Palagan Sambi.
ADVERTISEMENT
Terdapat cerita heroik dibalik berdirinya tugu berwujud patung seorang penerjun yang diresmikan oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Rilo Pambudi pada 17 Oktober 1995.
Kisah ini berawal dari sebuah peristiwa yang terjadi sekitar 75 tahun silam, tepatnya pada tanggal 17 Oktober 1947. Kala itu, usia NKRI kurang dari 3 tahun, namun di waktu yang sama kembali mendapat ancaman penjajahan lewat Agresi Militer Belanda.
Sebab di masa itu pengaruh Belanda di Kalimantan masih kuat, sehingga perlu disusun taktik gerilya bersama pejuang di daerah, sekaligus membuka pemancar radio sebagai sarana komunikasi.
Untuk membebaskan pulau kalimantan, Gubernur Kalimantan yang kala itu, Ir Mohammad Noor meminta Pimpinan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AURI), Suryadarma melatih para pemuda kalimantan.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 13 orang akhirnya terpilih untuk menjalankan misi berangkat ke kalimantan. Diblokadenya jalur laut dan sungai oleh tentara NICA, membuat satu-satunya upaya infiltrasi mau tidak mau harus dilakukan melalui jalur udara.
Adapun ketigabelas pasukan yang diberangkatkan tersebut yaitu Kapten Hari Hadisoemantri, Letda Iskandar, Serma Kosasih, Kapten FM Soejoto, Bachri, J Bitak, C Willem, Imanuel Nuhan, Mika Amirudin, Ali Akbar, Letda M Dachlan, JH Darius, dan Marawi. Pasukan ini dipimpin oleh Tjilik Riwut.
Untuk mengenang momen bersejarah penerjunan pertama di Indonesia didirikan monumen Tugu Palagan Sambi di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kotawaringin Barat. Foto: IST/InfoPBUN
Tepat pada waktu dini hari, pasukan ini kemudian bertolak dari Lanud Maguwo (Yogyakarta) menuju kalimantan dengan menaiki pesawat RI-002 yang dipiloti oleh Robert Earl Freeberg, pilot berkebangsaan Amerika Serikat.
Memasuki waktu subuh, pesawat RI-002 telah mencapai langit kalimantan. Awalnya mereka direncanakan terjun di Lapangan Sepanbiha, Rantau Pulut (kini Seruyan). Namun lantaran kondisi hari masih gelap, ketigabelas pasukan penerjun terpaksa harus mendarat di sekitar Kampung Sambi, Kotawaringin (kini Kotawaringin Barat).
ADVERTISEMENT
“Akan tetapi 10 menit kemudian di sebelah bukit kecil yang dimaksudkan itu kami tidak ada melihat suatu apapun kampung atau lapangan,” kenang Tjilik Riwut dalam bukunya, Kalimantan Memanggil.
Pendaratan tersebut tidak mudah, beberapa di antara pejuang bahkan sempat tersangkut di rerimbunan pohon yang menjulang. Kendati demikian, mereka semua berhasil selamat.
Setelah 35 hari bertahan di lebatnya hutan kalimantan, keberadaan mereka terendus juga oleh tentara NICA. Tentara NICA langsung menyerbu ke lokasi dan menghujani mereka dengan peluru.
Akibat peristiwa ini membuat tiga orang penerjun gugur. Mereka adalah Iskandar, Achmad Kosasih, dan Hari Hadisumantri. Suyoto tertawan, sementara sisa pasukan yang selamat langsung menyelamatkan diri.
Sebagai bentuk apresiasi sekaligus pengingat sejarah, nama Iskandar kini diabadikan menjadi nama Pangkalan Udara (Lanud) Iskandar di Kota Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, peristiwa penerjunan pertama di Sambi ini menjadi cikal bakal hari lahirnya pasukan elit TNI AU Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat), yang sebelumnya sempat bernama Kopaskhas.
Sementara pesawat RI-002 yang digunakan oleh pasukan penerjun, kini berada di tengah kota Pangkalan Bun, berdiri kokoh tak jauh dari Bundaran Pancasila.