news-card-video
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

Masjid Jami Nurul Huda, Masjid Pertama di Kota Pangkalan Bun

26 September 2021 8:12 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid pertama yang didirikan oleh Sultan ke-9 Kesultanan Kutaringin, Sultan Imanudin di Pangkalan Bun. Sementara Masjid Tertua di Kotawaringin Barat yaitu Masjid Kyai Gede di Kotawaringin Lama. Foto: Lukman Hakim/InfoPBUN
zoom-in-whitePerbesar
Masjid pertama yang didirikan oleh Sultan ke-9 Kesultanan Kutaringin, Sultan Imanudin di Pangkalan Bun. Sementara Masjid Tertua di Kotawaringin Barat yaitu Masjid Kyai Gede di Kotawaringin Lama. Foto: Lukman Hakim/InfoPBUN
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Masjid Jami' Nurul Huda, mesjid yang beralamat di Jalan Pangeran Antasari Komplek Pasar Lama, Kelurahan Raja, Kotawaringin Barat itu merupakan masjid pertama yang dibangun di Kota Pangkalan Bun.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan literatur sejarah, pembangunan masjid itu dilakukan pasca adanya pemindahan ibukota pemerintahan Kesultanan Kutaringin, dari Kotawaringin Lama ke Pangkalan Bun pada tahun 1814 oleh raja ke-9 Sultan Imanudin.
Meski didirikan oleh Sultan Imanudin, pembangunan mesjid ini terus berlanjut di bawah kepemimpinan Sultan ke-10, Sultan Ahmad Hermansyah dan baru rampung di era Sultan ke-11, Sultan Pangeran Ratu Anum Kusuma Yudha (1972-1904).
Tokoh Masyarakat yang juga pernah menjadi Imam Masjid Nurul Huda di tahun 70 sampai 80-an, Amir Husin (72 th) mengungkapkan jika Masjid Nurul Huda merupakan rumah ibadah yang kaya akan nilai sejarah.
Amir menceritakan, dulu bangunan masjid ini hampir keseluruhan materialnya menggunakan material kayu ulin dengan model panggung. Masyarakat bisa berlalu lalang dibawah lantai mesjid karena jarak antara lantai dan tanah terbilang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
Menurut Amir, selain bergaya panggung, Mesjid Nurul Huda juga memiliki ciri khas lain yakni mempunyai empat pilar utama di tengah mesjid. Pilar itu setinggi kurang lebih 16 meter dengan diameter berkisar 50-80cm.
Empat pilar itu terbuat dari pohon ulin utuh yang dihiasi dengan ukiran kaligrafi khas Jepara.
" Empat pilar itu diambil dari Sungai Bulin, lokasinya kada(tidak) jauh dari Korindo, dulu di sekitar situ memang banyak pohon Bulin"
"Raja saat itu memang spesial mendatangkan tukang ukir dari jepara, untuk menghias mesjid dengan kaligrafi," ungkap Amir Husin.
Menurut Amir, pada zaman dahulu masyarakat memiliki kepercayaan yang cukup unik berkaitan dengan keberadaan pilar mesjid tersebut, yakni barang siapa yang berhasil memeluk pilar sampai jari tangan kiri dan kanan bertemu maka diyakini akan berangkat haji semasa hidupnya.
ADVERTISEMENT
"Kalo bisa memeluk tiang, ruas jari ketemu jari dipercaya akan naik haji,"tandasnya.
Namun sangat disayangkan bangunan asli mesjid Nurul Huda terkena musibah kebakaran sebanyak dua kali yakni di era tahun 60an dan 80an.
Seperti diketahui, juh sebelun kemerdekaan, masjid ini memiliki nama lain yaitu Masjid Al Hambra. Informasi nama ini didapat dari dokumen peta milik Belanda yang ada di Universitas Leiden. Hingga kini, belum diketahui penyebab perubahan nama masjid ini.