Operasi Bayi Kembar Siam di Kalteng Harus Menunggu Usia 8 Bulan

Konten Media Partner
6 Februari 2020 18:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi kembar siam M. Abdullah dan M. Ibrahim dirawat di RSSI Pangkalan Bun. (Foto: RSSI Pangkalan Bun)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi kembar siam M. Abdullah dan M. Ibrahim dirawat di RSSI Pangkalan Bun. (Foto: RSSI Pangkalan Bun)
ADVERTISEMENT
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Bayi kembar siam dempet dada dan perut yang lahir di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun, Sabtu, 4 Januari 2020 lalu yang diberi nama Muhammad Abdullah dan Muhammad Ibrahim masih menunggu observasi Tim dokter bedah RSUD dr Soetomo Surabaya.
ADVERTISEMENT
Bayi kembar yang lahir dengan berat badan 4,3 kilogram, kini beratnya mencapai 5,6 kilogram. Kondisi kesehatannya normal layaknya bayi bayi normal yang biasa di rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun.
"Perkembangannya baik, berat badan naik, dan ibunya pun Istiharoh sudah mulai normal kondisinya," ujar Direktur RSSI Pangkalan Bun dr Fachruddin, Kamis (6/2).
Fachruddin meneruskan, tim dokter bedah RSUD dr Soetomo Surabaya menyarankan untuk fokus pada perawatan bayi si kembar siam.
"Karena operasi pemisahan juga menunggu cukup umur, sekitar 6 sampai 8 bulan," tandasnya.
Bayi kembar dempet jantung dalam perawatan di ruang perinatologi level 2 di RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Dok: Joko Hardyono/InfoPBUN
Untuk mengetahui kondisi jantung bayi apakah memiliki 2 jantung menjadi satu atau hanya satu jantung saja, diperlukan pemeriksaan alat echokardiography khusus anak.
ADVERTISEMENT
"Sebenarnya kami ingin memeriksa kondisi jantungnya ke Surabaya karena alatnya lengkap, tetapi disarankan nanti saja menunggu usianya cukup dan tidak perlu buru-buru," imbuhnya.
Untuk menunggu 8 bulan, lanjut Fachruddin, bayi kembar siam tersebut telah di tempatkan pada ruangan khusus bersama ibu bayi, agar dapat merawat dengan baik.
"Mereka sudah kami sediakan ruang khusus jadi si ibu bisa tidur bersama anaknya sambil memberikan susu," bebernya.
Sebenarnya, tambah Fachruddin, bayi kembar siam tersebut diperbolehkan untuk pulang, namun ia menyarankan untuk tetap di rawat di RSSI Pangkalan Bun agar kesehatan dan kondisinya dapat terpantau dengan baik.
"Kita khawatir kalau nanti di bawa pulang, bayi bisa terinfeksi virus yang menyebabkan kondisi kesehatan bayi menjadi menurun," tandasnya.
ADVERTISEMENT
Dana yang terkumpul sementara untuk bayi sebanyak Rp 50 juta dari donasi tim medis dan karyawan RSSI Pangkalan Bun, selain itu juga ada dari relawan dan Yayasan Bayi Kembar yang belum diketahui jumlah donasi yang terkumpul sementara.