Konten Media Partner

Pelem Belikahan, Populerkan Bahasa Teringin Hingga Internasional

24 Februari 2019 22:18 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Para pemain film Belikahan (Foto: Dian Lika)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain film Belikahan (Foto: Dian Lika)
InfoPBUN, KOTAWARINGIN BARAT - Film Belikahan mengambil lokasi syuting di Desa Riam Tinggi, Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) karena pesona alamnya yang bagus dan budaya masyarakat disana masih sangat kental, ditambah lagi warganya sangat jenaka.
ADVERTISEMENT
Banyak yang bertanya "Kenapa tidak mengambil lokasi di Kotawaringin Barat?," Lonce Marlonce yang sekaligus Produser di film ini menjawab "Karena hanya Riam Tinggi yang menerima kami. Untuk wilayah Kobar, saya buta akses. Harus kemana? Menghubungi siapa? Sangat beda sama ucapan pejabat yang hadir saat kami tasyakuran di Varcube Pangkalan Bun yang bilang akan mendukung dan mempermudah proses produksi kami. Namun kenyataannya malah susah dihubungi," ujar Lonce, Minggu (24/2) kepada InfoPBUN.
Hutan yang masih alami di Desa Riam Tinggi
Tujuan dibuatnya Pelem Belikahan, Lonce menerangkan, tujuan utamanya tidak lain untuk mempopulerkan bahasa teringin yang sudah sedikit sekali generasi milenial yang menggunalan bahasa teringin dalam kesehariannya. Selain itu juga membantu mengenalkan wisata dan budaya Riam Tinggi ke mancanegara karena memang benar-benar masih alami.
ADVERTISEMENT
"Kami juga ikut dalam Festival Film Asia Tenggara yang diadakan oleh kampus National University Singapore dan mendapat tempat ke lima dengan jumlah penonton sebanyak 5200 orang dalam 7 hari pemutaran," terangnya.
Proses Syuting Film Belikahan
Tidak selamanya proses produksi berjalan mulus, Lonce mengungkapkan ketika selesai syuting pertama (Desember 2018) kami mendapat ujian pertama. Banyaknya adegan yang harus di sensor oleh Lembaga Sensor Film membuat kami harus syuting lagi (Januari 2019) dan mengejar tanggal 2 Februari 2019 (Festival Film dimulai 2-9 Februari 2019) dan biaya produksi kami sangat terbatas.
"Beruntung, kegiatan kami di bantu oleh Bupati Lamandau atas nama pribadi sehingga syuting kedua untuk perbaikan pun berjalan lancar dan dapat tayang tepat waktu," tandasnya. (Joko Hardyono)
ADVERTISEMENT