Konten dari Pengguna

Ilmu Pengetahuan dan Realitas : Pendekatan Filosofis dalam Memahami Dunia

Inggit Nandia Ellentinna
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
10 Juni 2024 11:11 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inggit Nandia Ellentinna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : pexels
zoom-in-whitePerbesar
sumber : pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa itu ilmu pengetahuan?
Ilmu pengetahuan adalah cabang pengetahuan yang menggunakan data empiris untuk menentukan validitasnya dan memperoleh pengetahuan melalui metode ilmiah. Keberadaan manusia dan ilmu pengetahuan merupakan bukti rasa ingin tahu tentang apa saja yang ada di muka bumi ini. Adanya ilmu pengetahuan membuat manusia berpikir tentang makna hidup, bagaimana memahami diri sendiri, dan meresapi nilai nilai kehidupan dengan baik. Manusia memiliki masalah dan merenungkannya, kemudian mencari solusi untuk semua masalah kehidupan. Pada akhirnya, manusia berkembang menjadi makhluk yang dapat menemukan dan mengetahui tentang kebenaran dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, pengetahuan berasal dari keingintahuan alami manusia untuk menemukan kebenaran. Bahkan, kebenaran dalam bentuknya yang paling murni, tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Sebuah kebenaran dapat bersifat mutlak atau relatif ketika diuji terhadap dua fakta yang identik. Oleh karena itu, untuk setiap kebenaran mutlak atau ketidaksesuaian, perlu untuk melihat sumber dan alasan di baliknya, dan bagaimana untuk mengatasinya sehingga kebenaran, yaitu faktanya dapat terpenuhi.
Proses dan cara menemukan kebenaran dalam filsafat ilmu pengetahuan memungkinkan manusia untuk menyaksikan kemajuan peradaban. Pengetahuan adalah proses keilmuan manusia. Demikian pula, kegiatan ilmiah dimasukkan ke dalam tindakan dan perilaku metodis yang kemudian disebut sebagai metode ilmiah. Metode-metode ini meliputi analisis data, observasi, rumusan masalah, dan penemuan fakta. Agar manusia dapat secara pribadi menyaksikan kemajuan peradaban, ilmu pengetahuan berfungsi sebagai alat dan metode untuk menemukan kebenaran.
sumber : pexels
Proses pencarian keilmuan ini yang menuntun manusia mendapatkan pengetahuan. Pada dasarnya, filsafat memainkan peran yang cukup besar dalam ilmu pengetahuan. Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk menjelaskan, sedangkan tujuan filsafat adalah untuk menggambarkan fenomena alam semesta. Dengan kata lain, filsafat memberikan penjelasan tentang kebenaran yang didapat dari hasil pengalaman pengalaman sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Menurut penelitian oleh Hasan & Pananrangi (2019), memahami kebenaran dari sudut pandang filosofis melibatkan penyelidikan sifat dan standar kebenaran di samping isu-isu mengenai metode dengan mana kita dapat memperoleh pengetahuan sejati. Tujuan dari filsafat realitas adalah untuk memahami apa dunia ini sebenarnya, serta bagaimana kita dapat berhubungan dan memahami itu. Mengeksplorasi sifat sejati dunia di mana kita hidup, termasuk isu-isu keberadaan, realitas, dan interaksi pikiran dan materi, adalah fokus dari filsafat realitas.
Satu-satunya realitas yang sempurna, benar, abadi, dan tidak dapat diubah adalah dunia bentuk murni, atau pikiran. Pada saat yang sama, lingkungan di mana kita hidup dan segala sesuatu di dalamnya adalah duplikat dari dunia bentuk murni, yang tidak terlihat oleh indera manusia. (Aryati, 2018). Alih-alih terbatas pada wacana abstrak sebagai sumber kekayaan bagi manusia, realitas diserap sebagai kepuasan dari kebutuhan sendiri. Manusia secara alami adalah makhluk yang membutuhkan, dan karena itu, mereka terus-menerus memiliki kebutuhan yang mendorong mereka untuk mencari hal-hal untuk memenuhi kepuasan mereka.
sumber : pexels
Manusia dan segala realitas kehidupan
ADVERTISEMENT
Komponen penting dari ego manusia adalah realitas. Dasar dan titik awal untuk munculnya pikiran dan konsep yang mendefinisikan dan mempromosikan kreativitas adalah realitas. Namun, realitas dunia yang dialami setiap orang juga membedakan mereka satu sama lain. Jika seseorang memeriksa manusia dengan hati-hati, mereka akan melihat bahwa ia adalah cerminan dari realitas. Manusia adalah indikasi dari realitas. Sebagai penanda realitas, kemanusiaan adalah keberadaan manusia di samping manusia lain, menunjukkan perbedaan yang jelas dalam perspektif, cara berpikir, dan pola perilaku.
Selain mempengaruhi persepsi dan pemahaman kita, unsur-unsur objektif, bahasa, budaya, dan norma sosial juga mempengaruhi realitas. Menurut Immanuel Kant, kategori dan struktur tertentu – seperti ruang dan waktu, penyatuan objek menjadi satu, dan penyebab – merupakan inheren dari pikiran manusia. Klasifikasi ini mempengaruhi bagaimana kita menafsirkan informasi sensorik dan menyediakan struktur untuk pemahaman kita tentang realitas. Dengan demikian, cara hal-hal di luar pikiran kita berinteraksi dengan struktur mental kita menghasilkan realitas yang kita alami. Kant menekankan bahwa pengetahuan kita tentang realitas terbatas pada apa yang telah kita alami. Sedangkan Heidegger berpendapat bahwa manusia secara aktif berpartisipasi dalam memberikan makna dan interpretasi dunia selain menjadi pengamat pasifnya.
ADVERTISEMENT
Rasionalisme menempatkan penekanan yang kuat pada penggunaan logika dan pertimbangan untuk mencapai pengetahuan yang objektif, yang mencakup semua. Rasionalisme berpendapat bahwa selain pengalaman sensorik, kesimpulan logis, analisis konseptual, dan penerapan prinsip-prinsip rasional dapat digunakan untuk memahami realitas sejati. Menurut perspektif ini, pengetahuan yang berasal dari alasan lebih kuat dan valid daripada pengetahuan yang datang dari pengalaman empiris murni. (Pananrangi & Hasan, 2019). Menurut rasionalisme, ada konsep dasar atau prinsip-prinsip – seperti prinsip logis, matematika, dan etika – yang merupakan bagian dari akal manusia dan dapat diterapkan untuk memahami realitas yang lebih kompleks.
gambar : Rene Descartes
René Descartes adalah tokoh penting dalam rasionalisme, setelah memperkenalkan konsep “Aku berpikir, maka Aku ada” (cogito ergo sum) dan metode keraguan sistematis. Descartes berpendapat bahwa akal manusia adalah sumber pengetahuan yang paling dapat diandalkan dan bahwa orang dapat mencapai pengetahuan tertentu dengan menggunakan alasan logis dan alasan deduktif. Perspektif rasional berpendapat bahwa realitas dapat dirasakan melalui lebih dari sekedar pengamatan empiris atau pengalaman sensorik langsung. Alasan dan pemikiran terstruktur adalah cara lain yang dapat kita pahami mengenai realitas. Akibatnya, rasionalisme memiliki kecenderungan untuk menolak perspektif empiris, yang melihat pengalaman indera sebagai sumber eksklusif pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Manusia selalu menggunakan tiga perspektif filosofis ketika terlibat dalam aktivitas kognitifnya dengan materi filosofis. Pertama, manusia melihat realitas secara ontologis yaitu mengacu pada sesuatu yang sudah ada dan logos yang mengacu kepada logika, manusia selalu melihat realitas dengan cara ini. Keberadaan Tuhan, alam semesta, dan manusia menetapkan kebenaran mereka. Pandangan ini sering menggunakan pendekatan metafisika. Seperti Tuhan, alam semesta, dan manusia sebagaimana mereka berada.
Kedua, manusia menggunakan epistemologi – yang diterjemahkan menjadi “pengetahuan” dari episteme ke “logika” – untuk menyadari realitas. Manusia menilai, menghakimi, dan membuktikan kebenaran yang ia lihat dengan bantuan pengetahuan. Pandangan ini mencari dan menemukan makna pengetahuan. Karena kebenaran tentang benda-benda material hanya dapat dinyatakan dengan tepat melalui pengetahuan yang benar. Ketiga, manusia memiliki perspektif aksiologis tentang realitas, logos berarti logika, sedangkan axion berarti nilai. Menurut perspektif ini, filsafat melayani kemanusiaan dengan baik dan berharga. Jadi, pengetahuan harus memiliki manfaat bagi manusia.
ADVERTISEMENT
Tujuan utama studi filsafat adalah untuk menyelidiki dan berpikir kritis tentang sifat realitas sementara juga menguji teori yang sudah ada. Seorang filsuf mengeksplorasi pertanyaan fundamental tentang realitas melalui refleksi kritis. Mereka berpikir kritis dan menantang asumsi yang mendasari realitas daripada hanya menerima sebagai suatu kebenaran dan diterima secara luas begitu saja. Filsafat melihat dan mengangkat pertanyaan-pertanyaan penting sebagai sarana untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang realitas. Melalui pemikiran kritis dan filosofis, studi membantu dalam pengembangan pemahaman yang lebih dalam tentang realitas dan memotivasi kita untuk terus mengeksplorasi kebenaran yang lebih mendalam.
Referensi
Rokhmah, D. (2021). Ilmu dalam tinjauan filsafat: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 7(2), 172-186.
ADVERTISEMENT
Suwarlan, E., Anggoro, T., & Widiawati, Y. (2023). Filsafat ilmu.
Natasya, A., Putri, T., Siahaan, R. P. J., & Khoirunnisa, A. (2022). Filsafat ilmu dan pengembangan metode ilmiah. Mahaguru: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3(1), 167-179.
Basuki, B., Rahman, A., Juansah, D. E., & Nulhakim, L. (2023). Perjalanan menuju pemahaman yang mendalam mengenai ilmu pengetahuan: studi filsafat tentang sifat realitas. Jurnal ilmiah global education, 4(2), 722-734.
Nggili, R. A. (2022). Filsafat: Ruang Refleksi Memahami Realitas. Langkibo.