Manifestasi Dunia Pendidikan: Maju atau Mundur?

Ingrit Dilla Farizna
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
14 Januari 2022 12:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ingrit Dilla Farizna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/photos/sekolah-sedang-belajar-grafis-2761394/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/photos/sekolah-sedang-belajar-grafis-2761394/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap manusia berhak mendapatkan pengajaran yang baik supaya dirinya bisa menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Maka dari itu, masyarakat seringkali mempercayakan peran pendidikan sebagai usaha dari membentuk karakter seperti ini. Pendidikan seringkali dipandang mampu untuk mengatasi permasalahan sosial, seperti membina perilaku anak dan menyadarkannya dalam bertindak. Ya, seharusnya memang demikian.
ADVERTISEMENT
Senada dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif bisa mengembangkan potensi dirinya ke arah suatu pencapaian.
Tentu saja pendidikan diharapkan bisa membawa peserta didik berprestasi tidak hanya pada bidang akademiknya saja, tetapi juga berprestasi dalam berbudi luhur, siap bersaing di era globalisasi, dan mampu mengabdikan dirinya untuk masyarakat.
Akan tetapi, pandangan saya terhadap realita yang terjadi saat ini begitu sangat miris, mengapa demikian? Hal tersebut tidak lain karena banyaknya masalah yang melatar belakangi munculnya kesenjangan pendidikan kita.
Kita telah dibuat kewalahan oleh zaman, di mana pada abad ini telah banyak terjadi perubahan pada sekian masyarakat dan pola hidup di belahan dunia, lantas sudah sejauh mana kontribusi pendidikan kita dalam menyeimbangi fenomena kewalahan tersebut?
ADVERTISEMENT
Kita dan Dunia Pendidikan
Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, tak dapat dipungkiri lagi bahwa itu semua disesuaikan dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia yang semakin maju. Begitupun suatu negara, ia tidak bisa bergerak maju selama negara tersebut belum memperbaiki sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita untuk berpikir kritis, kreatif, dan produktif.
Setiap manusia memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan, seharusnya. Namun sayang, hal tersebut semata-mata hanya angan belaka. Berbagai kesenjangan terjadi di dalam sistem pendidikan kita, di mana detensi hak warga negara atas pendidikan seringkali menimbulkan konflik yang tak berkesudahan.
Begitu juga dengan berbagai permasalah di bidang pendidikan yang masih banyak kita jumpai sampai hari ini. Tercermin dari beberapa hasil temuan kunjungan kerja wakil Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih saat memberikan pendapatnya mengenai evaluasi pendidikan dasar dan menengah. Menurutnya, pendidikan kita masih diwarnai dengan kualitas siswa yang masih rendah, pengajar kurang profesional, jumlah guru terbatas, biaya pendidikan yang masih mahal, sarana dan prasarana yang tidak memadai, serta angka putus sekolah yang juga masih tinggi.
ADVERTISEMENT
Seringkali sistem pendidikan kita dibanjiri oleh kritikan-kritikan dari berbagai berbagai pihak. Itu menjadi tanda bahwa masalah pendidikan kita sebenarnya adalah masalah yang benar-benar krusial.
Menurut saya, bahwa kondisi seperti di atas merupakan kondisi dari sebuah kemirisan, di mana dunia pendidikan kita sedang mengalami yang namanya darurat pendidikan. Tanpa kita sadari juga, dunia pendidikan kita perlahan-lahan masuk ke dalam proses disprogressitas (tidak bergerak maju).
Tentu saja bukan tanpa alasan disprogressitas muncul di dalam masyarakat. Mengingat masalah tersebut timbul akibat kecerobohan diri kita sendiri, seperti permasalahan kurangnya kedisipilinan, kebobrokan pemerintah dalam mengayomi rakyat, disorientednya aparatur represif, maraknya koruptor yang menjadi tren pejabat, dan buruknya moral anak muda yang selama ini bisa kita temui di mana-mana, dan itu semua yang menjadi manifestasi dari kegagalan sistem pendidikan kita.
ADVERTISEMENT
Permasalahan dalam proses pendidikan begitu kompleks mengingat banyak sekali faktor yang berperan secara inhiren juga di dalamnya. Faktor tersebut juga bisa berasal dari pengajar, peserta didik, atau materi pengajarannya, sehingga bisa menjadi pengaruh besar terhadap kesulitan dari masalah dunia pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan dari guru ke murid harus benar-benar diperhatikan. Karena jika tidak diperhatikan, setiap faktor yang di sebutkan tadi tidak lepas untuk bisa sama-sama mengalami degradasi.
Seorang tokoh pendidikan asal Brasil, Paulo Frier telah memperingati dunia pendidikan kita untuk tidak sembarangan dalam memberikan pengajaran. Dalam tulisannya, ia menegaskan bahwa dunia pendidikan bukanlah dunia perbankan. Maka dari itu, untuk memberikan pengajaran yang baik kepada murid, seorang guru harus menjauhkan dirinya dari praktik mengajar ala bank; asal transfer ilmu yang penting murid sekadar tahu dan ujiannya bisa, bukan lagi soal nilai mengerti apalagi memahami.
ADVERTISEMENT
Saat ini wajah dunia pendidikan kita bisa dikatakan telah keluar dari proporsi atau standar idealnya, tentu saja jika kita melihat kembali pada batasan dasar dari "pendidikan" itu sendiri. Hal tersebut tidak lepas dari adanya faktor hegemoni negara yang seringkali bersinggungan dengan kebijakan pendidikan, dan sebaiknya pula kekuasaan dan pendidikan harus benar-benar dipisahkan dan tidak terlibat sama sekali dengan mata rantai kepentingan politik.
Sampai hari ini, bahkan kita sendiri juga menyaksikan banyak dari teman-teman kita, adik-adik kita masih ada yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak, pendidikan yang tinggi, bahkan sama sekali tidak merasakan yang namanya bangku sekolahan karena faktor ekonomi dan semacamnya.
Jika demikian, bukankah sistem pendidikan kita sudah tidak memperlakukan manusia secara merata? Karena masih banyak orang-orang di luar sana yang belum bisa mencicipi apa yang dinamakan "dunia pendidikan".
ADVERTISEMENT
Pendidikan yang Sehat
Pendidikan seharusnya menjadi hak dasar semua rakyat, tentu saja tidak boleh dimonopoli, dieksploitasi, dan dikotori oleh berbagai macam sistem eksternal dan internal. Sehingga pendidikan bisa dirasakan secara nikmat oleh setiap manusia.
Sejak abad ke-19 sekolah ditunjuk sebagai tempat pengembangan pendidikan anak. Tetapi, kondisi pendidikan kita hari ini sangatlah ironis. Mengingat banyak sekali kasus demi kasus yang kita rasakan di dalam ranah pendidikan kita.
Tentu saja problematika tersebut perlu untuk dituntaskan sampai ke akar-akarnya dan sudah seharusnya pula kita kembali membangun kuda-kuda yang lebih kokoh dalam mencetak benih-benih unggul untuk masa depan yang cemerlang.
Oleh karena itu, dengan meningkatkan kembali sistem pendidikan kita sebagai langkah awal, sama halnya kita telah membuka wajah baru pada dunia pendidikan kita; untuk bergerak maju dan meningkatkan kualitas mutu pendidikan kita di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Tentu saja prakarsa perbaikan mutu sekolah ini harus bisa memanfaatkan sumber daya pendidikan yang berasal dari keluarga, masyarakat, badan-badan layanan sosial, dan organisasi sekitar sekolah (baca: Strategi Pendidikan).
Dalam mewujudkan prakarsa perbaikan mutu sekolah, akan sangat baik lagi jika penerapannya dilakukan dengan adanya kerja sama antara kehidupan nyata sekolah dan masyarakat. Dikarenakan kerja sama seperti inilah yang bisa memfasilitasi strategi-strategi perbaikan yang simultan dan multilateral.
Kerja sama seperti ini juga bisa menyatukan dan memobilisasi tenaga pendidik, kaum profesional di masyarakat, keluarga, dan pihak lainnya. Melalui kerja sama tersebut kebutuhan sekolah untuk melakukan perbaikan akan terasa lebih mudah karena dibantu oleh orang-orang yang berbeda. Bila kerja sama tersebut berjalan efektif maka semua pihak akan mendapat manfaatnya.
ADVERTISEMENT