Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Evakuasi Gaza berdasarkan Nash Syariat
24 April 2025 13:08 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ressy Nisia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Rencana Presiden Prabowo Subianto evakuasi 1000 warga Gaza ke Indonesia menuai kontroversi. Rencana evakuasi yang diungkapkan Prabowo pada 9 April 2025 tersebut dianggap blunder. Ketika seluruh ulama dunia menyeru jihad, Prabowo seolah-olah menampakan dukungannya atas rencana AS dan Israel untuk evakuasi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya pada 4 April 2025, seperti dilansir Middle East Eye, Ali al-Qaradaghi selaku Sekretaris Jenderal International Union of Muslim Scholar (IUMS) atau Persatuan Ulama Muslim Internasional, mendesak seluruh negara Muslim melakukan intervensi secara militer, ekonomi dan politik untuk menghentikan genosida dan penghancuran yang telah terjadi di Gaza.
Senada dengan IUMS, Ketua Majelis Ulama Indonesi (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja sama International, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, menyebut fatwa IUMS sejalan dengan Keputusan Ijtima' Ulama MUI. Sudarnoto juga menekankan pentingnya konsolidasi negara-negara Muslim untuk mengambil langkah tegas. (mui.or.id)
Pernyataan kontroversi Prabowo dianggap menyelisihi kesepakatan ulama internasional dan dukungan fatwa tersebut oleh MUI. Banyak yang menilai pernyataan tersebut menyakiti warga Gaza, karena secara tidak langsung upaya tersebut merupakan bentuk kecondongan Prabowo atas rencana AS dan Israel. Bahkan pengamat Timur Tengah, Smith Alhadae mengatakan pernyataan tersebut merupakan bagian dari upaya lobi atas kenaikan tarif Trump terhadap Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Prabowo menganggap ini kesempatan bagaimana bernegosiasi dengan Trump dengan menjadikan Palestina sebagai instrumen, yaitu dia mau menerima pengunsi Palestina," kata Smith yang merupakan penasihat The Indonesia Society for Middle East Studies. (BBC.com, 11/4)
Di sisi lain, upaya evakuasi ini juga memunculkan asumsi jika pernyataan tersebut merupakan bentuk nirempati pada warga Indonesia. Di tengah kondisi ekonomi yang terpuruk, mengevakuasi 1.000 warga Gaza dinilai langkah yang tidak tepat.
Namun, dukungan juga datang dari mereka yang beranggapan adanya keharusan menolong warga Gaza dalam bentuk apa pun seperti yang dilansir berbagai media.
Evakuasi Warga Gaza Berdasarkan Nash Syariat
Menilik berdasarkan nash Syariat, proses evakuasi warga Gaza tidak diperbolehkan dengan 3 alasan :
ADVERTISEMENT
1. Mengevakuasi warga Gaza sama dengan meninggalkan kewajiban jihad. Padahal telah jelas dalilnya bahwa jihad adalah kewajiban, sebagaimana yang telah diejawantahkan dalam QS Al-Baqarah ayat 190, "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,".
2. Mengevakuasi warga Gaza merupakan bentuk ketundukan pada AS dan Yahudi. Pelaksanaan evakuasi warga Gaza akan membuka jalan bagi kaum kafir menguasai kaum Muslimin, terutama Pelastina. Hal ini sejalan dengan QS An-Nisa' ayat 141, "Allah swt telah mengharamkan adanya suatu jalan bagi kaum kafir untuk menguasai kaum muslimin,".
3. Adanya larangan meninggalkan Syam (Suriah, Lebanon Yordania dan Palestina) dalam teks syariat khusus. Salah satunya adalah hadits dari Abu Umamah al-Bahili ra, yang diriwayatkan Hakim ra, Rasulullah saw bersabda, "Syam adalah pilihan Allah di antara negeri-negeri-Nya, akan menuju ke sana hamba-hamba-Nya yang terpilih. Barangsiapa yang keluar dari Syam menuju negeri lainnya maka itu terjadi dengan kemurkaan-Nya. Dan barangsiapa masuk dari negeri lainnya, maka itu terjadi dengan rahmat-Nya,".
ADVERTISEMENT
Berdasarkan nash-nash syariat di atas, maka kaum Muslimin terutama penguasa Muslim perlu untuk menolak keras dan tidak tunduk pada rencana keji tersebut.
Polarisasi Umat dalam Memandang Konflik Gaza
Kaum Muslimin yang terpolarisasi merupakan konsekuensi dari penerapan sekularisme (pemisahan kehidupan dari agama) dan sekat bangsa. Negeri-negeri Muslim disibukkan dengan kepentingan dalam negerinya masing-masing, sehingga menggagap persoalan Gaza adalah perosoalan yang jauh dari jangakauan.
Konflik kepentingan di antara negeri-negeri Muslim menjadikan para pemimpin negeri Muslim blunder dalam membela saudara Muslimnya. Selama ini bantuan hanya terbatas pada kecaman, bantuan kemanusiaan (makanan, obat, pakaian, dan lainnya) serta narasi evakuasi. Padahal, setiap hari nyawa mereka terbunuh, rumah mereka di rusak, kehidupan mereka dihancurkan.
ADVERTISEMENT
Yang warga Gaza butuhkan saat ini adalah bantuan pasukan tentara untuk mengusir penjajah dan melindungi warga Palestina. Namun meskipun jumlah kaum Muslimin di dunia ada 2,5 miliar, alutsista negeri-negeri Muslim sudah mutakhir, tidak ada satu negara pun yang mampu mendatangkan tentara untuk berjihad mengusir penjajah di tanah Palestina.
Syam merupakan tanah kharajiyyah, tanah milik kaum Muslimin sampai hari kiamat nanti. Maka, bagi kaum Muslimin hanya ada dua pilihan, bertahan dan jihad. Mempertahankan Syam adalah takwa dan harga diri umat.
Dorongan jihad ulama sudah seharusnya mendapat respons dari para pemimpin negeri-negeri Muslim. Konsolidasi ulama dan pemimpin negeri-negeri Muslim yang terintegrasi untuk mengirimkan tentara ke Gaza merupakan solusi nyata bagi persoalan warga Gaza.
ADVERTISEMENT
Seandainya setiap negeri Muslim mampu mengirimkan minimal 5000 tentara, ada setidaknya 250.000 tentara yang siap mengusir Israel dari tanah Palestina. Seandainya 2,5 miliar kaum Muslimin bersatu, maka 8 juta penduduk Israel tidak akan berkutik. Persatuan umat ini hanya akan terjadi dengan menjadikan syariat sebagai landasan yang shahih, melalui penyatuan pemikiran umat dan perasaan umat yang diikat dengan aturan sesuai dengan fikrah (pemikiran) dan thariqah (metode) yang Allah swt perintahkan dan apa yang telah Rasulullah saw contohkan.
Konflik Gaza bukan hanya konflik kemanusiaan, Syam (termasuk Gaza) adalah amanah dari Allah swt. Kepentingan kita akan Gaza bukan hanya perasaan kemanusiaan, tetapi kebutuhan akan negeri akhirat. Sudah siapkah kita ketika kelak anak-anak Gaza meminta pertanggungjawaban kita dan bertanya, "Dimana saudaraku (kaum Muslimin) saat aku dan seluruh warga Gaza dibantai?"
ADVERTISEMENT
Wallahu a'lam bishawab.