Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.2
Konten dari Pengguna
Indonesia Gelap : Upaya Menghalau Otoritarianisme Kompetitif
26 Februari 2025 11:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ressy Nisia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Analisis Data dan Democracy Research Hub mencatat lebih dari 3 ribu tagar Indonesia Gelap mendominasi platform X yang hingga 3 juta postingan. (Tempo.co, 24/02)
ADVERTISEMENT
Co-Director Data & Democracy Research Hub, Ika Idris, mengatakan aksi protes di media sosial merupakan upaya publik dalam menyampaikan pendapat. Menurut Ika, aksi itu juga sebagai penilaian dari implementasi kebijakan yang dibuat Presiden Prabowo.
Berdasarkan temuan Drone Emprit, tagar Indonesia Gelap pertama kali digunakan dalam platform X oleh akun @barengwarga dan @BudiBukanIntel. Akun tersebut mengungkapkan keresahan atas situasi negara saat ini yang kemudian diikuti oleh warga platform X lainnya. Mereka bergerak secara organik membentuk konsolidasi mahasiswa bersama warga sipil dan pekerja kampus melakukan aksi demo Indonesia Gelap di berbagai daerah pada tanggal 17-20 Februari 2025.
Mahasiswa melalui BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) menyampaikan tuntutan terhadap pemerintah diantaranya adalah efisiensi Kabinet Merah Putih secara struktural dan teknis; mendesak Prabowo keluarkan Perpu Perampasan Aset; tolak revisi UU TNI, Polri, Kejaksaan; evaluasi total pelaksanaan Makan Bergizi Gratis(MBG); penciptaan pendidikan gratis; tolak revisi UU Minerba; hapuskan dwifungsi militer di sektor sipil; hingga reformasi Polri. (Tempo.co, 17/2)
ADVERTISEMENT
Otoritarianisme Kompetitif
Pemerintahan Prabowo yang militeristik serta estafet pelemahan demokrasi yang diwariskan Joko Widodo akan berpotensi melahirkan otoritarianisme kompetitif. (Tempo.co, 2/2)
Otoritarianisme kompetitif berbeda dengan otoritarianisme konvensional. Otoritarianisme kompetitif merupakan kawin silang antara pemerintahan otoritarian dengan demokrasi elektoral. Dalam prosesnya, masih terdapat pemilihan meski calon telah dimiringkan, adanya keterlibatan oposisi meski dibatasi, adanya penindakan terhadap oposisi yang tidak terlalu represif dan adanya kontrol rezim atas media.
Indikasi menguatnya militer dan melemahnya supremasi sipil dikhawatirkan akan makin menguatkan otoritarian. Berkaca pada pengalaman sebelumnya, saat proses elektoral dibumbui akrobat politik dengan kendaraan pembentukan regulasi baru, serta demokrasi tertutup yang hanya berputar di antara para elite politik, oligarki dan pemilik modal, maka pergerakan mahasiswa dalam Indonesia Gelap dianggap merupakan reaksi yang tepat.
ADVERTISEMENT
Kondisi negara saat ini mencukupi untuk dikatakan sebagai neoliberalisme. Paham kebebasan yang menjadikan negara sebagai alat para elite politik dan oligarki. Mereka membangun konsensus tertutup dengan aktor yang itu-itu saja demi kepentingan modal. Rakyat menjadi terpinggirkan karena serangkaian kebijakan dibuat untuk melanggengkan kepentingan oligarki dan pemilik modal dalam mengeksploitasi berbagai alat dan sumber daya negara yang seolah-olah diperuntukan bagi rakyat.
Pemuda Pilar Umat
Diriwayatkan Imam Ahmad ra, Rasulullah saw "Rabbmu, kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah (kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran)"
Dalam membentuk kepribadian Islami, pemuda wajib mendasari aqliyah dan nafsiyahnya sesuai hukum syara'. Sebagai pilar umat, pemuda diharapkan mampu berkontribusi dalam membangun negara melalui kacamata dan tuntunan Islam, mengkritisi jalannya pemerintahan serta beramar ma'ruf nahyi munkar dengan dasar hukum Islam.
ADVERTISEMENT
Islam mendorong pemuda berdaya serta berkarya dengan pemikiran, perasaan dan aturan Islam, agar napas perjuangan dan potensi cemerlang pemuda mengarah pada cahaya kegemilangan, bukan kegelapan. Sehingga sikap kritis dan kepedulian pemuda akan nasib umat terarah, tidak berhenti karena reaktivitas semata.
Sejarah mencatat, penerapan Islam secara menyeluruh terbukti mampu menjadikan Islam berjaya selama lebih dari 1300 tahun dan unggul dalam kepemimpinan, berbagai penemuan dan ilmu pengetahuan.
Keletihan dan pesimisme pada aturan manusia, diharapkan mampu mendorong pemuda untuk mencari aturan yang hakiki, yaitu aturan yang bersumber dari Allah swt. Sebuah aturan yang komprehensif tentang tata kelola kehidupan manusia, dari mulai bangun tidur hingga bangun negara. Aturan yang mencakup masalah individu, ibadah, muamalah hingga negara.
ADVERTISEMENT
Kekacauan sistem aturan buatan manusia menyadarkan kita bahwa manusia terbatas, lemah dan tidak mampu berdiri sendiri. Karenanya aturan produk akal manusia seringkali keliru bahkan mendatangkan bencana bagi umat manusia itu sendiri.
Wallahu a'lam bishawab.