Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kebenaran Al-Qur'an dan Konsekuensi Iman terhadap Al-Qur'an
19 Maret 2025 13:19 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ressy Nisia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
"Al-Quran tidak hanya memberi kepuasan bagi umat di masa Nabi. Saat ini Al-Quran juga memberi kepuasan intelektual bagi masyarakat di era AI (Kecerdasan Buatan)," ujar Menteri Agama Nasaruddin Umar saat Peringatan Nuzulul Qur'an Kenegaraan di Kantor Kementerian Agama, di Jakarta. (Antara, 18/3)
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Nasaruddin menyampaikan kemajuan teknologi semakin mengungkap kebenaran ilmiah yang terkandung dalam Al-Quran. Salah satu contohnya temuan ilmuan William Brown yang menyebut bahwa dedaunan mengeluarkan getaran dan getaran tersebut ketika direkam menggunakan AI menghasilkan pola bertuliskan "Allah". Menurutnya, temuan ini menjadi bukti bahwa seluruh alam bertasbih kepada Allah swt sebagaimana tertuang dalam Al-Qur'an.
Nasaruddin mengatakan Al-Qur'an diturunkan untuk membimbing manusia kembali kepada fitrah keilahiannya.
Kebenaran Al-Qur'an
Al-Qur'an merupakan kitab suci berbahasa Arab asli (fushah), yang diturunkan di Arab, kepada orang Arab yaitu Rasulullah Muhammad saw.
Fakta-fakta tersebut memunculkan dugaan Al-Qur'an merupakan karangan orang Arab. Namun hal ini terbantahkan dengan turunnya QS Hud ayat 13 yang menyatakan tantangan Allah swt untuk membuat 10 surat yang menyamainya, serta tantangan untuk membuat 1 surat yang menyamainya dalam QS Al-Baqarah ayat 23. Pada faktanya, tidak ada satu pun yang mampu membuat ayat serupa dengan Al-Qur'an.
ADVERTISEMENT
Adapun upaya Mushailamah al-Kadzdzab dalam membuat tandingan QS Al-'Ashr yang berbunyi, "Hai kelinci, hai kelinci; sesungguhnya kamu mempunyai dua telinga dan satu dada; dan membuat jenismu suka membuat lubang". Namun petikan syair tersebut tidak mampu menandingi ketinggian bahasa Al-Qur'an.
Bahkan tokoh Arab sastrawan Quraisy Walid bin Mughirah mengatakan, "Aku adalah orang yang paling tahu tentang syair Arab, tidak ada yang lebih pandai tentang itu kecuali aku. Sungguh apa yang dikatakan Muhammad itu bukan ucapan manusia. Dia itu tinggi, tidak ada yang lebih tinggi darinya".
Ucapannya tersebut semakin menguatkan bahwa Al-Qur'an bukan ciptaan orang Arab, apalagi isi Al-Qur'an banyak bertentangan dengan adat kebiasaan bangsa Arab yang saat itu masih jahiliyah.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Al-Qur'an juga tidak mungkin karangan Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw merupakan seorang yang buta huruf, kemudian bahasa Al-Qur'an dan hadis memiliki gaya bahasa yang berbeda.
Hal lain yang menjadi kebenaran Al-Qur'an adalah tercantumnya kisah para Nabi, Maryam, Ashabul Kahfi serta berbagai penemuan modern. Al-Quran menjelaskan tentang sistem tata surya, proses hujan, proses kehamilan dan beberapa fakta modern yang saat itu tidak mampu digali tanpa teknologi.
Serangkaian fakta ketinggian bahasa, kisah masa lalu, penemuan modern hingga negeri akhirat menakwilkan bahwa Al-Qur'an tidak mungkin diciptakan oleh manusia. Tidak mungkin ada yang mampu mengetahui banyak hal secara jelas dan terperinci kecuali Sang Pencipta alam semesta, Allah swt.
Konsekuensi Iman terhadap Al-Qur'an
ADVERTISEMENT
Iman adalah kebenaran yang pasti sesuai fakta dan berdasarkan dalil.
Perintah iman terhadap Al-Qur'an tercantum dalam QS Al-Baqarah ayat 208, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu".
Perintah mengimani Al-Quran secara menyeluruh ini memiliki makna kita wajib mengimani semua isi Al-Qur'an tanpa tapi. Sebagaimana kita meyakini kewajiban atas salat, zakat dan puasa. Maka kita juga wajib menerapkan muamalah dan 'uqubah sesuai syariat. Dengan menjauhi riba, judi, zina, korupsi, menghilangkan nyawa seseorang tanpa hak serta berbagai muamalah dan 'uqubah yang dilarang oleh syariat yang terdapat di dalam Al-Qur'an.
Termasuk mengimai hal gaib, seperti asma wa sifat Allah, adanya malaikat, qadha qadar, Nabi dan Rasul, serta keberadaan Hari Akhir.
ADVERTISEMENT
Dan yang paling utama Al-Qur'an wajib untuk diamalkan, bukan sekedar dibaca dan dihafalkan. Penerapannya merujuk pada Rasulullah saw sebagai role model.
Akhlak Rasulullah saw merupakan Al-Qur'an, oleh sebab itu kita didorong untuk menjadikan role model akhlak beliau dalam berbagai peran, seperti ketika beliau berakhlak terhadap dirinya sendiri, sebagai ayah, suami, pemimpin perang hingga pemimpin negara.
Ketinggian akhlak beliau inilah yang menjadikan beliau sebagai orang paling berpengaruh nomor satu di dunia versi buku "The 100: A Ranking Of The Most Influential Person In History" Karya astrofisikawan Yahudi-Amerika, Michael H. Hart.
Dengan menjadikan A-Qur'an sebagai akhlak, Rasulullah saw berhasil menjadi orang yang paling menginspirasi banyak orang hingga kini, menjadikan Al-Qur'an yang menjadi mukjizatnya sebagai buku dengan penjualan terbesar di dunia, serta mengantarkan Islam pada masa kejayaannya selama hampir 14 abad lamanya.
ADVERTISEMENT
Kegemilangan Islam yang dihantarkan Rasulullah saw tidak hanya semata karena akhlak lemah lembutnya, tetapi juga cara Rasulullah saw mendakwahkan ajaran Islam secara menyeluruh. Menjadikan dakwah Islam sebagai sarana untuk memperbaiki masyarakat dalam berbagai tatanan kehidupan, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bahkan negara.
Dorongan ketaatan terhadap Allah swt, serta mengimani akhlak Rasulullah saw sebagai role model mengantarkan kaum muslimin mampu mengatasi berbagai persoalan multidimensi dan bertolak dari masa jahiliyyah meraih kegemilangan pada masanya.
Demikianlah konsekuensi dari keimanan terhadap Al-Qur'an, yaitu dengan mengamalkan Al-Qur'an secara menyeluruh, menjadikan Rasulullah saw sebagai role model serta "sami'na wa atha'na" (kami mendengar dan kami taat).
Semoga momen Nuzulul Qur'an mampu mengembalikan kesadaran kaum muslimin untuk menjalankan konsekuensi keimananannya terhadap Al-Qur'an dalam meningkatkan ketakwaan dan mendorong kaum muslimin keluar dari krisis multidimensi dengan pengamalan Al-Qur'an di seluruh aspek kehidupan.
ADVERTISEMENT
Wallahu a'lam bishawab.