Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Peristiwa Isra' Mi'raj dan Historiologi Rajab bagi Kaum Muslimin
14 Januari 2025 11:09 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Ressy Nisia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan Rajab dalam kalender Hijriyah terletak antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban. Bulan Rajab menjadi istimewa karena termasuk ke dalam bulan haram sama seperti Muharram, Dzulqa'dah dan Dzulhijjah. Bulan haram yang Alloh swt istimewakan, dengan adanya larangan keras melakukan maksiat serta anjuran untuk memperbanyak amal shalih.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana firman Alloh swt, ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (Q.S At-Taubah: 36)
Bulan Rajab disebut juga as-Sumun yang berarti tuli. Makna tuli di sini adalah tidak dapat mendengar bunyi senjata dikarenakan peperangan diharamkan sepanjang bulan Rajab.
Peristiwa Penting di Bulan Rajab
Bulan Rajab lekat sekali dengan peringatan Isra’ Mi’raj. Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan Rasulullah saw dalam satu malam dari Masjidil Haram Mekah ke Masjidil Aqsa Palestina (Isra'), sampai ke Sidratul Muntaha (Mi’raj).
Yang diejawantahkan dalam firman Alloh swt, “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat” (Q.S Al-Isra’: 17)
ADVERTISEMENT
Peristiwa Isra’ Mi’raj pada tahun ke-10 kenabian dilatari oleh amul huzn (tahun kesedihan) bagi Rasullullah saw, setelah dalam setahun mengalami duka karena pemboikotan kaum Quraisy kepada Bani Hasyim, wafatnya Abu Thalib (paman Rasulullah saw) serta wafatnya Siti Khadijah ra (istri tercinta Rasulullah saw). Isra’ Mi’raj merupakan hadiah dari Alloh swt untuk menghibur Rasulullah saw yang tengah dirundung duka.
Mukjizat Isra’ Mi’raj saat itu menjadi ujian seleksi keimanan bagi pengikut Rasulullah saw, karena hanya orang-orang yang yakin kepada kebesaran Alloh swt dan kebenaran Rasulullah saw yang mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj. Banyak yang menjadi murtad setelah Rasulullah saw menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj. Namun ada pula yang semakin bertambah keimanannya setelah mendengarcerita Isra’ Mi’raj, Abu Bakar ra contohnya, ia merupakan orang pertama yang mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj sehingga ia mendapat gelar ash-Shidiq.
ADVERTISEMENT
Dalam peristiwa tersebut, Rasulullah saw mengalami perjalanan spiritual. Rasulullah saw bertemu dan mengimami shalat para Nabi pendahulunya, Rasulullah saw diperlihatkan surga dan neraka, Rasulullah saw diberi air susu dan khamr namun Rasulullah saw memilih susu, kemudian Rasulullah juga mendapat perintah shalat lima waktu.
Selain Isra’ Mi’raj, ada kemenangan Perang Tabuk pada tahun 9 Hijriyah atau 650 Masehi. Kemenangan Perang Tabuk menjadikan posisi kaum Muslimin kuat di Jazirah dan ditakuti oleh bangsa Romawi sekaligus menjadi titik balik kabilah-kabilah Arab mendukung Rasulullah saw. Kemenangan Perang Tabuk juga berimpilikasi pada pembersihan kaum munafik dengan dihancurkannya Mesjid Dhirar (masjid yang dibangun dan dijadikan markas orang munafik), serta larangan menshalatkan jenazah, memberi shadaqah, mendoakan dan meminta ampun untuk kaum munafik.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya pada bulan Rajab 582 Hijriyah, Shalahudin al-Ayyubi membebaskan kembali al-Quds dari tentara Salib setelah mengalahkan Reynald de Chatillon dalam Perang Hithin.
Pesan Historiologi Rajab
Rangkaian peristiwa penting di bulan Rajab, memberi pesan tersendiri bagi kaum Muslimin. Gambaran Rasulullah saw memilih susu daripada khamr merupakan fitrah manusia untuk menjauhi yang haram dan cenderung pada kebaikan. Sementara perintah shalat lima waktu merupakan hadiah bagi kaum Muslimin, melalui shalat kaum Muslimin dapat berdo’a secara langsung kepada Alloh swt yang sebelumnya hanya menyampaikan do’a melalui Rasulullah saw. Pilihan lima waktu dalam sehari merupakan batas kesanggupan dan kemampuan manusia.
Dua hal tersebut merefleksikan aturan Islam bukan hanya taqlid buta. Islam merupakan agama yang sesuai fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan hati.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, historiologi kemenangan kaum Muslimin mengajarkan bahwa penerapan Islam secara Kaffah dan persatuan umat merupakan kunci kejayaan kaum Muslimin. Lihat bagaimana hebatnya kaum Muslimin berhasil memenangkan banyak perang hingga berjaya selama 13 abad lamanya. Keimanan terhadap Alloh swt dan Rasulullah saw membuat orang-orang terdahulu bersemangat mengorbankan harta benda hingga jiwa raga. Kaum Muslimin secara tegas memerangi para musuh Islam dan orang munafik. Mereka tidak gentar dan bersatu di bawah kepemimpinan Rasulullah dan para Khalifah setelahnya.
Hal ini juga menjadi muhasabah bagi kaum Muslimin ditengah krisis multidimensi saat ini. Kerusakan iklim, krisis ekonomi, keterbelakangan pendidikan dan kesehatan, penjajahan, berbagai penyakit masyarakat hingga perpecahan umat menjangkiti kaum Muslimin saat ini. Keterpurukan kaum Muslimin mendorong umat bersegera kembali pada aturan yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan hati. Aturan yang berdaulat kepada Alloh swt, yang menjadikan akhirat sebagai visi dan dunia sebagai misi.
ADVERTISEMENT
Penegakkan aturan Islam ini hanya bisa terwujud melalui persatuan umat seperti yang dicontohkan Rasulullah saw dan para Khalifah setelahnya. Sebagaimana diisyaratkan dalam Isra’ Mi’raj ketika Rasulullah saw mengimami para Nabi dari berbagai suku, ras dan negara, gambaran tersebut merupakan simbolisasi perlunya kepemimpinan yang mampu mempersatukan berbagai perbedaan dan penegak aturan. Risalah Islam yang dibawa Rasulullah saw mendorong bersatunya umat yang beraneka ragam dari berbagai belahan dunia dengan visi dan misi yang sama, yang diikat oleh aturan Islam, bukan yang lainnya.
Bulan Rajab memberikan pesan bahwa perubahan komprehensif hanya bisa dicapai melalui perubahan fundamental, yaitu mengembalikan kesadaran umat untuk ber-Islam secara Kaffah. Bulan Rajab mendorong umat untuk meningkatkan kecerdasan dan kesadaran politik yang selanjutnya akan berimplikasi pada perjuangan politik Islam menuju tegaknya kepemimpinan global yang Islami untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan dan keamanan bagi dunia.
ADVERTISEMENT
Wallahu a’lam bishawab.