Konten dari Pengguna

Perbandingan Karya Sastra: Animal Farm VS Kereta Semar Lembu

Rahma Palaraya
Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jakarta
25 Desember 2024 9:27 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rahma Palaraya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: https://www.istockphoto.com/id
zoom-in-whitePerbesar
sumber: https://www.istockphoto.com/id
ADVERTISEMENT
Setiap karya sastra memiliki tujuan dan peranannya masing-masing dalam masyarakat. Tak jarang karya sastra menjadi cerminan dari kehidupan yang dialami oleh penulisnya. Dengan adanya perbedaan latar belakang kehidupan setiap orang, tentunya karya sastra yang dihasilkan menjadi begitu beragam. Kali ini, kita akan membandingkan dua karya sastra yang walaupun ditulis oleh penulis yang berbeda dan dengan latar belakang budaya yang juga berbeda, dapat memiliki beberapa kemiripan. Dua karya itu adalah Novel Animal Farm karya George Orwell, yaitu seorang penulis asal Inggris, dan Novel Kereta Semar Lembu karya Zaky Yamani, seorang penulis asal Indonesia. Dengan perbedaan letak geografis dan latar belakang sosial budaya, mereka sama-sama mengangkat isu sosial yang ada di sekitar mereka dengan mengeksplorasi tema kekuasaan, ketidakadilan, dan perjuangan individu dalam masyrakat.
ADVERTISEMENT
Novel Animal Farm yang diterbitkan pada tahun 1945, merupakan sebuah alegori dari Revolusi Rusia dan kritik terhadap totalitarianisme, menggambarkan bagaimana idealisme dapat terdistorsi oleh ambisi pribadi dan kekuasaan. Di sisi lain, Novel Kereta Semar Lembu yang diterbitkan pada tahun 2022 menyajikan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia pasca-kemerdekaan, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh individu dalam mencari identitas dan keadilan sosial di tengah perubahan yang cepat. Esai perbandingan karya sastra ini akan digunakan untuk menganalisis kedua karya sastra di atas melalui beberapa aspek, seperti tema utama, karakter, serta pengaruh konteks sosial-politik terhadap kedua karya tersebut untuk mengungkapkan relevansi mereka dalam memahami dinamika kekuasaan dan kehidupan manusia.
Masuk pada pembahasan pertama, yaitu mengenai tema yang diangkat oleh kedua karya tersebut. Animal Farm berfokus pada tema kekuasaan dan perjuangan melawan kediktatoran. Novel ini menggambarkan bagaimana suatu kekuasaan dapat korup. Hewan-hewan di peternakan pada awalnya berjuang bersama untuk meraih kebebasan dari “tirani manusia”, tetapi pada akhirnya justru jatuh ke dalam tirani yang lebih buruk di bawah kepemimpinan sesama hewan, yaitu para babi. Tidak jauh berbeda, Kereta Semar Lembu juga mengangkat tema ketidakadilan dan dinamika masyarakat. Novel ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat kelas bawah dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Dengan karakter-karakter yang beragam pula, novel ini turut menggambarkan perjuangan individu dalam menemukan tempat mereka di budaya yang kompleks.
ADVERTISEMENT
Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai karakter dalam kedua karya sastra tersebut. Di sini terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Animal Farm menggunakan karakter alegorisnya dengan hewan-hewan di peternakan yang mewakili tokoh-tokoh sejarah dari Revolusi Rusia. Contohnya, Babi bernama Napoleon yang mewakili Joseph Stalin dan babi bernama Snowball yang mewakili Leon Trotsky. Berbeda dengan Animal Farm, Kereta Semar Lembu menggunakan karakter manusia yang menggambarkan berbagai lapisan masyarakat. Nah, walaupun menggunakan karakter yang berbeda, tetap ada kesamaan dalam penggambaran kekuatan kolektif ataupun komunitas, yang menunjukkan pentingnya solidaritas serta dukungan sosial dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Karakter para hewan yang berjuang bersama untuk kebebasan mereka hingga berhasil mengusir pemiliki manusia mereka, menunjukkan adanya perjuangan kolektif walaupun pada akhirnya terjadi perpecahan, dan hal itu mencerminkan realitas politik yang pelik. Begitupun dengan karakter dalam Kereta Semar Lembu, dimana para pekerja yang membangun rel kereta serta para pelacur hidup berdampingan dan saling mengisi untuk menyambung kehidupan menunjukkan adanya nilai solidaritas dalam suatu komunitas.
ADVERTISEMENT
Hal yang mendasari keputusan saya dalam membandingan kedua karya sastra ini adalah konteks sosial politik yang terdapat dalam kedua karya sastra ini. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Novel Animal Farm merupakan sebuah alegori politik yang merupakan suatu kritik tajam terhadap totalitarianisme dan pengkhianatan terhadap revolusi. Orwell menggunakan karakter hewan-hewan di peternakan untuk menggambarkan bagaimana idealisme revolusi dapat berubah menjadi tirani dan betapa bahayanya kekuasaan yang absolut. Setiap karakter hewan mewakili tokoh-tokoh sejarah dalam Revolusi Rusia, seperti Napoleon yang melambangkan Joseph Stalin dan Snowball yang mewakili Leon Trotsky. Berlatar di sebuah peternakan kecil Inggris, novel ini mengikuti sekelompok hewan pekerja yang memberontak dari peternaknya, namun ketika mereka berhasil menggulingkan "tirani manusia" justru para babi itu mengeksploitasi mereka lagi, dan membuat mereka bekerja keras dengan menyedihkan hari demi hari dengan keyakinan bahwa mereka sedang membangun kembali peternakan itu sebagai sebuah republik yang merdeka dari manusia. Hal ini menunjukkan bagaimana kekuasaan dapat korup dan bagaimana pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip awal revolusi dapat terjadi sehingga mengubah cita-cita sosial menjadi alat penindasan dan menghancurkan kebebasan individu. Satu kalimat dalam novel yang dapat membuat kita merenungkan kembali perbuatan kita masing-masing, yaitu: "Makhluk-makhluk di luar memandang dari babi ke manusia, dan dari manusia ke babi lagi; tetapi mustahil mengatakan mana yang satu dan mana yang lainnya." Begitulah George Orwell dengan sukses mengakhiri novel Animal Farm dengan ungkapan yang sempurna untuk mendeskripsikan situasi politik yang masih relevan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Adapun dalam Novel Kereta Semar Lembu, digambarkan keadaan Indonesia khususnya di Pulau Jawa sejak era kolonialisme Belanda hingga Orde Baru di mana masyarakatnya masih berjuang menemukan identitas dan keadilan sosial di tengah perubahan yang cepat. Novel ini menyorot lima peristiwa besar yang terjadi pada masa kolonialisme Belanda hingga Orde Baru, yaitu tanam paksa, kerja paksa, revolusi kemerdekaan, pergerakan PKI dan tragedi 1965, serta pelanggaran HAM pada masa Orde Baru, khususnya penembakan misterius. Dengan menggambarkan kelima peristiwa ini melalui sudut pandang tokoh imajiner yaitu Semar Lembu sebagai penyintas. Sama halnya dengan George Orwell yang melayangkan kritik terhadap totalitarianisme dan pengkhianatan terhadap revolusi, Zaky Yamani juga mengankat isu sosial politik dalam novel ini untuk menyuarakan problem dehumanisasi yang terjadi secara berkelanjutan, sekaligus memberi kritik terhadap pihak-pihak tertentu dalam peristiwa sejarah.
ADVERTISEMENT
Perbandingan antara Animal Farm karya George Orwell dan Kereta Semar Lembu karya Zaky Yamani ini menunjukkan bahwa meskipun kedua karya ini berasal dari penulis dengan latar belakang budaya dan konteks sejarah yang berbeda, keduanya memiliki kesamaan dalam menggambarkan tema kekuasaan, ketidakadilan, dan perjuangan individu dalam masyarakat. Novel Animal Farm berfungsi sebagai alegori untuk kritik terhadap totalitarianisme dan pengkhianatan idealisme, sementara Kereta Semar Lembu mencerminkan perjuangan masyarakat Indonesia dalam menghadapi ketidakadilan sosial dan pencarian identitas pasca-kemerdekaan. Keduanya mengajak para pembaca untuk merenungkan dampak dari kondisi sosial-politik terhadap kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Kedua karya ini mengajak kita, para pembaca untuk merenungkan peran kita dalam masyarakat, serta mengingatkan kita agar selalu waspada terhadap pemerintahan maupun penguasa. Dengan demikian, baik Animal Farm maupun Kereta Semar Lembu tidak hanya berfungsi sebagai karya sastra, tetapi juga sebagai cermin bagi realitas kehidupan manusia. Karya sastra yang baik adalah yang dapat membuka mata kita dalam melihat dunia melalui tulisan tersebut.
ADVERTISEMENT