Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Rumah Makan Tanjakan: Optimistis Memulai dari Nol Pascabencana Lombok
6 November 2018 14:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Inisiatif Zakat Indonesia IZI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Apa yang ada dibenak kalian ketika mendengar kata "Tanjakan"? Tanjakan memiliki sifat naik ke atas, sebagaimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V yang salah satu artinya adalah jalan yang mendaki.
ADVERTISEMENT
Jika berkunjung ke Dusun Dangiang Timur Tengah, Desa Dangiang, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara, kita dapat menemukan rumah makan bernama "Rumah Makan Tanjakan" yang secara harfiah memang berada tepat di atas tanjakan jalan. Namun, omset rumah makan tersebut mengalami penurunan hingga berkali-kali lipat.

Bencana gempa yang menimpa Lombok beberapa waktu lalu menjadi penyebabnya. Sebelum gempa terjadi, rumah makan ini dapat meraup untung hingga Rp1 juta selama sebulan, sedangkan pascagempa penghasilan Rp300 ribu saja sudah dirasa maksimal.
Rumah Makan Tanjakan kembali berdiri semenjak Oktober kemarin. Berkat sisa-sisa bahan bangunan yang selamat dari gempa berkekuatan 7,0 magnitudo tersebut, Masturiah dan Muhammad Nur mulai menyusun kembali bangunan tempat mereka mencari nafkah. Mereka berdua tidak patah semangat meski masih banyak kekurangan di sana-sini.

Sisa tabungan miliknya digunakan untuk melengkapi kekurangan tersebut. Hasilnya, cukup lumayan. Terbukti, beberapa pelanggan dari berbagai dusun dapat berteduh di bawah seng-seng yang mereka beli seharga total Rp1,5 juta.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, sisa tabungan itu hendak mereka gunakan untuk membayar kredit usaha Rumah Makan Tanjakan. Jumlah pinjaman yang mereka ambil adalah sebesar Rp10 juta dengan jangka waktu 1,6 tahun, besar cicilan Rp760 ribu per bulannya.

Kehadiran bencana pada 5 Agustus 2018 itu membuat Masturiah harus memutar otak lebih cepat karena sudah tiga bulan ia menunggak cicilan, yaitu cicilan bulan Agustus, September, dan Oktober. Baginya, tak mengapa menunggak tiga bulan kepada kreditur, asalkan sisa modal di tangan bisa berputar terlebih dahulu.
"Karena gempa, kami harus memulai usaha dari nol kembali, pak," tutur Masturiah.

Perekonomian Desa Dangiang boleh saja memburuk akibat dampak bencana gempa, tetapi harapan harus tetap dipupuk. Beberapa hari setelah pendiriannya kembali, Rumah Makan Tanjakan dibanjiri pesanan nasi dari para relawan maupun hajatan warga. Walau Rumah Makan Tanjakan belum mampu melayani dan memenuhi pesanan pelanggan secara maksimal, tetapi mereka tetap optimis untuk bangkit kembali.
ADVERTISEMENT
Penulis: Dzul Ikhsan
Editor: Ricky IZI Pusat