Puasa Melatih Kepekaan Sosial

Ahmad Hadi Ramdhani
Penulis lepas
Konten dari Pengguna
17 April 2021 11:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Hadi Ramdhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi puasa. Foto: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi puasa. Foto: Shutterstock.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kita sedang berada di dalam bulan yang dimuliakan oleh Allah serta Nabinya. Di bulan ini umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan salah satu rukun Islam yakni puasa. Puasa menjadi salah satu ritual yang unik, karena tidak seperti ibadah lainnya, ibadah puasa selalu mengundang kebahagian serta dinanti kedatangannya oleh jutaan umat Islam diseluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Di tengah pelaksanaan ibadah puasa, di tempat lain saudara-saudara kita sedang dalam kesedihan ditimpa bencana alam. Banjir bandang di Bima dan NTT dan gempa bumi di Malang, Jawa Timur. Lalu bagaimanakah seharusnya kita memaknai puasa di tengah musibah yang melanda negeri?
Puasa sebagai sebuah ritual memiliki dua dimensi sekaligus. Pertama, dimensi teologis yaitu puasa sebagai medium mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub ilallah). Sebagaimana difirmankan dalam Al-Quran diwajibkan nya puasa bertujuan untuk "Laallkum Tattaqun" (Al Baqarah: 183). Ketakwaan merupakan dimensi spiritual yang membutuhkan kesalehan secara teologis. Dimensi ini bersifat vertikal dari seorang hamba kepada tuhannya, dan bahkan lebih privat.
Kedua, dimensi sosiologis yaitu sebagai medium melatih kepekaan sosial kita. Sadar atau tidak puasa melatih setiap individu untuk lebih peduli dengan kondisi sosial mereka. Perintah untuk menahan diri dari makan dan minum seharian merupakan bentuk latihan fisik dan psikis supaya kaum muslimin bisa merasakan bagaimana rasanya saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan makanan karena terkendala kondisi finansial.
ADVERTISEMENT
Di dalam surat Al Maun bahkan dijelaskan bahwa orang yang mendustakan agama adalah orang-orang yang tidak memiliki kepekaan sosial. Bahkan Nabi Muhammad SAW dengan tegas mengatakan bahwa, "Tidaklah beriman orang yang tertidur dalam keadaan kenyang namun tetangganya masih kelaparan (HR. Muslim)."
Maka, seyogyanya kedua dimensi puasa ini harus menjadi indikator keberhasilan puasa kita. Sehingga madrasah ramadhan menghasilkan lulusan yang tidak hanya saleh secara spiritual tetapi juga saleh secara sosial.
Akhirnya puasa tidak hanya menjadi ritual tahunan dengan segala pernak-pernik ekspresi penyambutannya saja. Namun lebih jauh puasa juga menjadi medium transformasi kepekaan kita kepada sesama. Semoga puasa kita tahun ini mampu mendidik kita menjadi pribadi-pribadi yang paripurna di sisi Allah SWT.
ADVERTISEMENT