Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengajar Bukan Hanya Transfer Pengetahuan
30 April 2021 19:01 WIB
Tulisan dari Syarifuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengajar bukan hanya tentang proses mentransfer pengetahuan atau konten saja, juga bukan tindakan di mana guru memberikan bentuk, gaya, atau jiwa pada tubuh atau pada diri peserta didik akan tetapi lebih dari itu, guru harus mampu mengakomodir dan memberikan ruang berpikir dan berdiskusi yang cukup bebas kepada peserta didik dalam mengkonstruksi dan mengembangkan pengetahuannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Guru harus terbuka dan menerima setiap pertanyaan, kritikan, dan masukan dari setiap siswa. Guru juga harus siap dengan ide-ide baru dan gagasan baru yang sudah diperoleh dari pengalaman belajar mereka dahulu, bukan hanya menyampaikan pesan yang ada di dalam teks atau buku, atau mengulangi penyampaian-penyampaian guru sebelumnya, lebih daripada itu guru harus kreatif dan mampu menjelaskan pelajaran sesuai dengan konteks dan realitas yang dihadapi siswa saat ini.
Pada hakikatnya tidak ada pengajaran tanpa belajar, di mana guru dipaksa untuk belajar dan mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum mengajar. Mengajar bukan hanya tentang tugas yang melekat pada proses pembelajaran, akan tetapi bagaimana menciptakan nuansa belajar yang interaktif dan kreatif yang dapat mendukung siswa dalam membentuk pengetahuannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Guru Sebagai Fasilitator
Seorang guru harus mampu menghormati dan menghargai setiap pendapat dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, jika pendapat atau pengetahuan yang dimiliki oleh siswa salah maka tugas guru adalah meluruskannya bukan malah menyalahkan atau bahkan menganggap bahwa siswa tersebut bodoh dan tidak bisa. Guru harus mampu memposisikan diri sebagai seorang fasilitator bukan malah bersifat otoriter dan merasa paling benar sendiri.
Guru harus mampu menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif dan ikut andil dalam mengkontruksi dan memproduksi pengetahuannya sendiri. Siswa bukan objek pasif yang hanya menerima dan menuruti semua materi yang disampaikan oleh guru. Karena pada hakikatnya setiap siswa memiliki kapasitas dan kompetensi untuk berkembang dan memahami pengetahuannya melalui interaksi yang mereka lakukan dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Selain itu guru juga harus mampu mengakomodir setiap perbedaan dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Meskipun setiap siswa memiliki kemampuan dan kapasitas diri untuk berkembang tetapi kemampuan dan potensi yang mereka miliki berbeda-beda. Di sinilah peran guru diperlukan agar siswa dapat berkembang dan membentuk pengetahuan mereka masing-masing sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
Peran guru sebagai fasilitator diimplementasikan dengan memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar dapat dengan mudah mengembangkan potensi dan pengetahuan yang mereka miliki. Selain itu, peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi pada hubungan dan cara mengajar guru terhadap siswa, di mana dalam hal ini guru harus menganggap siswa sebagai mitra dalam proses pembelajaran. Dalam suasana kemitraan ini guru bertindak sebagai pendamping dan pembimbing para siswa dalam menciptakan proses pembelajaran yang demokratis dan menyenangkan.
Mengajar Sebagai Kontruksi Pengetahuan
ADVERTISEMENT
Mengajar adalah menciptakan kemungkinan untuk mengkonstruksi dan memproduksi pengetahuan, bukan hanya sekadar mentransfer pengetahuan. Untuk itu guru harus terbuka terhadap ide-ide baru, gagasan baru dan terhadap keingintahuan siswa. Karena hal ini dapat membantu siswa dalam menghasilkan pengetahuan baru, bukan pengetahuan yang diberikan begitu saja oleh guru.
Pengetahuan yang diperoleh dari seorang guru yang mengajar hanya sekadar transfer pengetahuan, tidak akan berlangsung lama berada di dalam struktur kognitif siswa dan siswa juga akan mudah melupakannya, karena pengetahuan tersebut merupakan pengetahuan hafalan, bukan pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sendiri yang dilakukan oleh siswa.
Untuk mengetahui dan mengimplementasikan model mengajar bukan hanya proses transfer pengetahuan merupakan suatu hal yang sulit, bahkan hal itu bisa menjadi beban yang harus dipikul bersama antara guru dan siswa. Karena untuk membuat pembelajaran yang bermakna dan bukan hanya transfer pengetahuan dibutuhkan kemampuan penerimaan dan penemuan dari siswa, sehingga informasi atau pengetahuan baru yang diterima dapat diintegrasikan dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa.
ADVERTISEMENT
Masih banyak ditemui di lapangan bahwa guru mengajar hanya sekadar transfer pengetahuan dan terpaku pada teks dan buku paket saja tanpa ada eksplorasi dan pengembangan pengetahuan yang dimilikinya. Proses mengajar seperti itu, hanya akan menjadikan pengetahuan sebagai barang atau benda yang ditransmisikan atau dipindahkan dari satu orang ke orang lainnya. Jika demikian, maka yang akan terjadi adalah peserta didik tidak akan berkembang dan akan menjadi manusia yang pendiam dan patuh pada apa yang disampaikan oleh guru.
Proses pembelajaran seperti itu menurut Paulo Freire dianggap sebagai proses pembelajaran yang tidak memanusiakan manusia. Proses terjadinya perubahan dalam pembelajaran dapat dilihat dari proses menemukan kembali, menciptakan kembali dan menuliskan kembali pengetahuan siswa. Jelas bahwa pengetahuan itu bukan barang yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain, akan tetapi pengetahuan itu diciptakan dan dibangun ulang oleh guru dan siswa.
ADVERTISEMENT