Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
2 Contoh Khutbah Idul Fitri 2024 yang Singkat dan Penuh Makna
4 April 2024 10:28 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Contoh khutbah Idul Fitri 2024 yang penuh makna bisa disampaikan seusai melaksanakan salat Idulfitri. Khotbah yang berisi materi penuh makna bisa menjadi cara untuk meningkatkan iman dan takwa dalam diri setiap muslim.
ADVERTISEMENT
Khotbah Idulfitri menjadi salah satu rangkaian ibadah yang dilakukan saat melaksanakan salat Idulfitri. Khotbah ini disampaikan oleh khotib setelah mengerjakan salat id sebanyak dua rakaat.
Contoh Khutbah Idul Fitri 2024 sebagai Referensi
Khotbah Idulfitri bisa berisi berbagai tema. Jika mencari referensi, berikut adalah beberapa contoh khutbah Idulfitri 2024 yang singkat dan penuh dengan makna dikutip dari situs islam.nu.or.id.
1. Khotbah 1: Evaluasi Capaian Ibadah di Bulan Ramadan
Ma’asyiral Muslimin jemaah shalat Idulfitri yang dirahmati Allah, Alhamdulillah merupakan kata kunci pertama yang harus kita tanamkan dalam jiwa kita sebagai bentuk syukur dan terimakasih kepada Allah Swt., yang masih berkenan memberikan kita semua kenikmatan-kenikmatan yang tidak terhitung jumlahnya.
Di antaranya adalah memberikan kita kesempatan untuk bisa berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah salat sunah hari raya bersama-sama. Shalawat dan salam mari kita mohonkan agar terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. beserta para sahabat dan pengikutnya.
ADVERTISEMENT
Melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jemaah yang turut hadir pada pelaksanaan salat Idulfitri ini, untuk kembali melakukan evaluasi terkait ibadah dan tanggung jawab di bulan Ramadan. Sudahkah semua hak-hak bulan Ramadan kita penuhi dengan tepat dan benar. Harapannya bisa menjadi perantara untuk kembali menyadarkan kita semua perihal pentingnya menjadi manusia bertakwa, yang selalu mengerjakan kewajiban dan tanggung jawabnya.
Saat ini kita semua baru saja berpisah dengan bulan Ramadan. Ia telah pergi dan kita tidak tahu apakah masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berjumpa kembali dengannya atau tidak. Sebab kematian tidak ada yang tahun kapan waktunya. Bisa saja, ia lebih dahulu menjemput kita semua sebelum datangnya bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Ma’asyiral Muslimin jemaah salat Idulfitri yang dirahmati Allah, dalam melakukan evaluasi capaian di bulan Ramadan, setidaknya ada dua golongan yang bisa kita renungi.
Pertama, yaitu orang-orang yang mengerti dan memenuhi hak-hak Ramadan sebagaimana mestinya. Orang-orang ini menjalankan puasa di siang harinya, beribadah di malam harinya, makan dari harta yang halal, menjauhi larangan-larangan Allah. Mereka melakukan ibadah dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ridha dari Allah Swt., dan tentu akan mendapatkan balasan dari-Nya.
Kelompok pertama ini merupakan golongan yang sangat beruntung. Mereka akan menjadi orang istimewa di sisi Allah dengan mendapatkan balasan dan pahala yang sangat banyak dari-Nya. Ibaratnya, mereka akan memanen hasilnya di akhirat dari tanaman yang pernah ia tanam di dunia. Peluh keringat ibadah yang mereka lakukan di dunia, akan dibayar gajinya dengan bayaran yang berlipat ganda oleh Allah Swt.. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya, yaitu:
ADVERTISEMENT
وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
Artinya: “Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan.” (QS Ali ‘Imran: 185).
Merujuk pendapat Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatihul Ghaib, puncak balasan atas ibadah yang dilakukan oleh setiap manusia adalah akhirat. Mereka akan mendapatkan balasan yang sangat istimewa dari Allah atas capaiannya selama di dunia, berupa surga yang dipenuhi dengan kenikmatan di dalamnya. Mereka akan mendapatkan kebahagiaan tanpa kesedihan, aman tanpa rasa takut, dan kesenangan tanpa rasa takut hilangnya nikmat tersebut.
Semua ini akan diberikan kepada kelompok pertama, yaitu orang-orang yang mengerti dan memenuhi hak-hak Ramadan dengan tepat dan benar. Mereka menjalankan puasa di siang harinya, beribadah di malam harinya, makan dari harta yang halal, dan menjauhi larangan-larangan Allah.
ADVERTISEMENT
Ma’asyiral Muslimin jemaah salat Idulfitri yang dirahmati Allah, kedua adalah kelompok orang-orang yang tidak menghormati bulan Ramadan dan tidak memenuhi hak-haknya. Mereka tidak memenuhi hak-haknya dan tidak mengindahkan perintah Allah karena sombong. Mereka tidak menunaikan puasa dan lain sebagainya karena tidak percaya kepada perintah-Nya dan faktor keangkuhan mereka. Kelompok seperti ini sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur’an, yaitu:
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
Artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat.” (QS Al-A’raf: 40).
ADVERTISEMENT
Mengutip Syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi dalam tafsirnya, Tafsir wa Khawatirul Umam, orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Allah, tidak menjalankan perintah-Nya karena sombong dan tidak percaya pada ayat-ayat-Nya, maka mereka akan mendapatkan siksa yang sangat pedih. Mereka tidak akan merasakan surga dan segala kenikmatannya, bahkan dimasukkan ke dalam neraka yang penuh siksa.
Mudah-mudahan kita semua digolongkan oleh Allah Swt. sebagai golongan pertama, yaitu orang-orang yang benar-benar memenuhi semua hak-hak Ramadan, sehingga bisa mendapatkan balasan yang istimewa dari-Nya, dan dijauhkan dari golongan yang kedua, yaitu orang-orang yang tidak memenuhi kewajibannya dan menyombongkan diri pada ayat-ayat-Nya.
Ma’asyiral Muslimin jemaah salat Idulfitri rahimakumullah, itulah dua golongan yang bisa kita jadikan cerminan dalam melakukan evaluasi capaian ibadah selama bulan Ramadan. Lantas, kita ada di bagian yang mana? Jawaban dari pertanyaan tersebut ada dalam diri kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Demikian khutbah hari raya Idulfitri pada pagi hari ini. Semoga bermanfaat dan membawa keberkahan kepada kita semua, serta menjadi penyebab diterimanya semua amal ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadan.
2. Khotbah 2: Mudik ke Surga
Jemaah yang dimuliakan Allah Swt., marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Swt. serta salawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw., juga kepada keluarganya, dan sahabatnya. Semoga, kita semua selaku umatnya mendapatkan berkah dan syafaatnya.
Tak lupa, khatib mengajak jemaah sekalian untuk dapat meningkatkan takwa kita semua kepada Allah Swt. Ketakwaan kita juga yang menjadi kunci untuk memuluskan kita agar mendapat rahmat-Nya sehingga kita bisa masuk ke dalam surga-Nya yang penuh kenikmatan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah Swt., Idulfitri yang kita rayakan hari ini sejatinya merupakan momentum yang sangat tepat bagi kita untuk dapat kembali ke jalur yang benar untuk mudik ke tempat tinggal kita sesungguhnya, yaitu surga. Sebagaimana diketahui bersama, pada mulanya, manusia kali pertama diciptakan tinggal di surga, yaitu Nabi Adam As. Kemudian, Nabi Adam diturunkan ke bumi sampai lahir kita saat ini. Turunnya manusia ke muka bumi itu dijadikan oleh Allah Swt. sebagai khalifah, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30 berikut.
ADVERTISEMENT
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Jemaah salat Idulfitri yang berbahagia, apa itu yang dimaksud khalifah? Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan, bahwa khalifah yang dimaksud adalah manusia merupakan pengganti Allah Swt. di muka bumi untuk berlaku adil terhadap makhluk-makhluk ciptaan Allah Swt. yang lainnya. Mengutip Muhammad bin Ishaq, Imam Ibnu Katsir mengungkapkan makna lain dari khalifah, yaitu orang yang tinggal dan memakmurkan bumi.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika Allah Swt. menciptakan sosok manusia yang dijadikan sebagai khalifah, malaikat tidak ada yang percaya. Menurut mereka, nantinya makhluk yang diciptakan ini justru merusak dan menumpahkan darah.
Dalam kitab Tafsir Jalalain, disebutkan bahwa merusak yang dimaksud adalah dengan melakukan berbagai maksiat. Lebih terang, Imam al-Shawi menegaskan bahwa merusak yang dimaksud adalah dengan keputusan kekuatan syahwat, sedangkan menumpahkan darah merupakan ekspresi dari keputusan kekuatan amarahnya.
Mendengar protes malaikat itu, Allah Swt. menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui atas keputusan-Nya itu. Dijelaskan lebih lanjut oleh Imam al-Shawi, bahwa ada satu potensi manusia yang tidak dilihat malaikat, yaitu keputusan akalnya yang melahirkan keutamaan dan kesempurnaan. Imam Jalaluddin al-Suyuthi menambahkan bahwa hal yang tidak diketahui malaikat itu adalah kemaslahatan yang dilahirkan dari Nabi Adam.
ADVERTISEMENT
Jemaah salat Idulfitri yang dimuliakan Allah Swt., oleh karena itu, kita sebagai anak cucunya, harus dapat menjadi khalifah dari Nabi Adam, penggantinya yang meneruskan dan menjaga bumi sebagai langkah untuk mudik kembali ke surga, tempat kita berpulang. Sebab, hanya orang-orang yang dapat menjaga nafsunya yang dapat kembali mudik ke tempat asalnya, dalam hal ini surga.
Yaitu orang yang tidak merusak bumi, baik secara lahir dengan membuang sampah sembarangan, menebang pohon seenaknya, dan lainnya, ataupun dengan perilaku maksiat. Juga orang yang tidak menumpahkan darah, baik secara lahir dengan seenaknya menumpahkan darah orang lain, ataupun secara yang lebih sederhana, yaitu mudah mengeluarkan amarahnya.
Allah Swt. dalam Al-Qur’an surat Al-Fajr ayat 27-30 telah menegaskan siapa yang dipersilahkan untuk memasuki surga-Nya,
ADVERTISEMENT
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْࣖ
Artinya: “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku!”
Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan jiwa yang tenang? Siapa pemilik jiwa yang tenang? Lalu, siapa hamba-hamba-Ku yang dimaksud pada ayat tersebut? Imam Jalaluddin al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain menegaskan bahwa pemilik jiwa yang tenang ialah orang yang beriman.
Diperjelas dalam kitab Hasyiyah al-Shawi, bahwa jiwa yang tenang itu bukan saja orang yang beriman, melainkan ada juga yang menyebutnya orang yang rida atas ketetapan Allah Swt. ataupun orang yang selalu menenangkan jiwanya dengan berzikir atau menyebut asma-Nya.
ADVERTISEMENT
Rasulullah saw bersabda,
ذِكْرُ اللّٰهِ عَلَمُ الْإِيْمَانِ وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ وَحِصْنٌ مِنَ الشِّيْطَانِ وَحِرْزٌ مِنَ النِّيْرَانِ
Artinya: “Dzikir kepada Allah merupakan tanda iman, pembebas dari kemunafikan, benteng dari setan, dan penjaga dari neraka.”
Adapun yang dimaksud dari hamba-hamba-Ku yang disebut akan membersamai orang berjiwa tenang adalah orang-orang saleh, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Tafsir Jalalain dan Tafsir Marah Labid.
Oleh karena itu, mari kita memperbanyak dzikir, mengurangi maksiat, meminimalkan perilaku merusak bumi, dan membatasi amarah kita. Dengan begitu, kita semua menjadi bagian dari pemilik jiwa yang tenang, yang dipanggil Allah Swt. dan dipersilakan untuk memasuki surga-Nya bersama hamba-hamba-Nya yang saleh.
ADVERTISEMENT
Itu dia dua contoh khutbah Idul Fitri 2024 yang bisa dijadikan sebagai referensi. Pastikan untuk menyampaikan khotbah yang penuh makna untuk kebaikan setiap muslim. (PRI)