Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
3 Kata-Kata Bijak Menyindir dalam Bahasa Jawa
2 April 2022 20:17 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Salah satu budaya Jawa adalah falsafah adiluhung yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang Jawa mampu membentuk kreativitas dalam format sindiran untuk manusia yang berperilaku tidak normatif. Meski hanya berasal dari permainan kata-kata bijak menyindir, namun dibaliknya terkandung makna yang berarti.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Jawa sangat kental dengan nasihat leluhur atau istilahnya disebut pitutur luhur. Seperti halnya nasihat, sapa ngalah bakal luhur wekasana yang berarti siapapun yang mengalah pasti akan tinggi derajatnya. Namun ketika berbeda pada kehidupan manusia, maka nasihat diatas pun berubah menjadi sebuah sindiran, sapa ngalah bakal dhuwur rekasane. Artinya, orang yang mengalah akan sangat menderita.
Sindiran atau bisa juga disebut satire ini tidak bermaksud merendahkan makna falsafah Jawa. Kata-kata bijak menyindir orang ini merupakan upaya untuk mengingatkan agar kembali ke tatanan pribumi yang sarat akan budi pekerti.
Kata-kata Bijak Menyindir dalam Bahasa Jawa
Dikutip dari Buku Tresna Jalaran Saka Arta, oleh Gesta Bayuadhy, DIVA PRESS 2016, berikut contoh 3 kata-kata bijak dalam Bahasa Jawa yang bermakna untuk menyindir orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaan dan kewenangannya.
1. Becik ketampik, ala ketampa
ADVERTISEMENT
Makna dari kata-kata sindiran ini adalah orang yang berbuat baik ditolak namun sebaliknya orang yang berbuat jahat diterima. Sindiran tersebut berawal dari falsafah Jawa yang berbunyi, becik ketitik ala ketara. Artinya, orang yang baik akan kelihatan dan orang yang jahat akan tampak.
2. Ing Ngarsa Ngusung Bandha
Makna kata-kata bijak menyindir ini tentang keserakahan manusia yang menyelewengkan kekuasaan ketika menjadi pemimpin. Sindiran tersebut juga bisa berarti, pemimpin mengumpulkan kekayaan sebanyak banyaknya. Atau ditujukan untuk menyindir pemimpin yang menimbun harta dengan cara membabi buta. Berbeda dari makna falsafah sebenarnya, ing ngarsa sung tuladha, yang berarti pemimpin yang memberi contoh baik bagi anak buahnya.
3. Tut Wuri Hanjegali
Kata-kata bijak sindiran ini mempunyai makna, kelicikan yang menghambat segalanya. Berbeda dari kata-kata bijak sebenarnya yang berbunyi, Tut Wuri Handayani, berarti mendukung kesuksesan dengan memberi dorongan dari belakang. Namun pada bentuk sindirannya kata-kata ini ditujukan kepada orang-orang yang berbuat licik untuk menghalangi keberhasilan bersama.
ADVERTISEMENT
Silahkan gunakan kata-kata bijak bahasa Jawa diatas untuk menyindir orang-orang yang tidak berbudi pekerti luhur di sekitar Anda.(Lia/IJ)