
5 Puisi Perpisahan untuk Guru yang Pindah Tugas

1. Sajak untuk Bapak dan Ibu Guru Tercinta
Hadirmu laksana secercah cahaya
Yang memberikan sinar di dalam gulita
Adamu bagaikan tetesan embun pagi
Yang memberikan sejuk pada nurani
Bapak dan ibu guru
Adamu sungguh sangat berharga
Jasamu sungguh mulia
Ajarmu memberiku cahaya
Dari gelapnya kebodohan dunia
Bapak dan ibu guru
Engkau adalah pahlawan bagi hidupku
Saatnya tiba untuk perpisahan denganmu
Namun jasamu akan selalu di hatiku
Terima kasih bapak dan ibu guru
2. Guru
Oh guruku kau sangat berarti untukku
Guruku adalah sosok pahlawan di mataku
Kau membimbingku dengan kasih sayang kepada diriku
Tak kenal lelah kau mengajariku
Guru jasamu sangat besar di hidupku
Kau bagaikan matahari yang menyinariku
Kau selalu memberi motivasi kepadaku
Guru kaulah pahlawan di mataku
Kau yang mengajarkanku membaca
Dari aku tidak bisa membaca
Sampai aku bisa membaca
Kaulah guruku yang paling mulia
Sehat selalu untuk guruku tercinta
Kau mencerdaskan anak bangsa
Terima kasih guruku
Kau pahlawan tanpa tanda jasa
3. Guruku Sayang
Wahai guruku sayang
Aku tak buta
Namun mengapa gulita melanda
Aku tak bisu
Namun mengapa sulit bertegur sapa
Aku tak tuli
Namun mengapa dunia terasa sepi
Aku tak lumpuh
Namun mengapa sulit melangkah
Wahai guruku sayang
Selamatkan aku dari gulita
Kan kupanjatkan syukur atas keindahan dunia
Ajari aku bertegur sapa
Kan kuceritakan bahwa kau telah menghebatkanku
Bantu aku mengusir sepiku
Kan kupersembahkan bait puisi untukmu
Bimbinglah beban langkahku
Kan kugapai cita-citaku
Wahai guruku sayang
Suatu saat nanti
Kan kusampaikan pada Illahi Rabbi
Bahwa guru hebatku sangat merindukan surga-Nya
4. Perajut Asa Penyambung Mimpi
Setiap harimu berdiri
Memandangi jiwa penuh mimpi
Beralun kata penuh makna
Membuka jalan penuh asa
Segelas ilmu yang tersaji
Seteguk amal yang kunikmati
Subuhul pesan berbalut kasih
Merajut harap menutup perih
Kadang bibirmu bergetar hebat
Meneriaki ketidaktahuanku yang lambat
Meski lelah ucapanmu membimbing
Keputusan mu tak bergeming
Wahai insan perajut asa
Meski diri kadang tak berkuasa
Memendam amarah menggambar murka
Namun hati masih terbuka
Kini, asaku tegap beriri
Mimpiku nyata di sisi
Sepuluh jari tangan kususu
Kalimat cintamu telah dihimpun
5. Pelita Senja di Jembatan Asa
Tatapan keruh air mata
Sarat kalimat tersirat
Tercekat di kerongkongan tanpa kata
Melebur, cairan itu melesat
Lihat, tubuh ringkih itu mendekat
Dengan sentuhan akhir lengkung parabola
Senyum yang berpaut palung cacat
Tak pernah gagal mengusir lara
Satu setengah dekade berlalu
Kita bertemu di pangkal jembatan yang bernama ada
Irisku berbinar lugu
Berbekalkan kanvas kosong tanpa tinta
Jendela mimpiku menampakkan celah
Sebelumya butaku menghambatku melihat cahaya
Tunjuk ajarmu tak membuatku lelah
Setelah kau bisikkan tentang sang surya
Bagaimana?
Bagaimana bisa kubayangkan senja?
Tanpa kukenal pelita di kala kelam datang
Satu-satunya yang memberiku terang
Hingga bingar dunia mengecohkan
Keberadaanmu makin sulit kutemukan
Melampirkan kasih dalam haru
Sosok bergelarkan guru
Aku masih berada di tengah
Di ujung sana lambaian itu melemah
Langit jingga pun kelabu
Beruntungnya lentera pemberianmu menerangi jendelaku