Konten dari Pengguna

Contoh Ceramah Singkat yang Penuh Makna dan Mudah Dipahami

Inspirasi Kata
Menyajikan artikel berisi kata-kata, kutipan, dan kalimat yang menginspirasi pembaca.
18 Juli 2024 18:34 WIB
·
waktu baca 15 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi contoh ceramah singkat. Foto: Pexels/Alena Darmel
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi contoh ceramah singkat. Foto: Pexels/Alena Darmel
ADVERTISEMENT
Contoh ceramah singkat yang mengandung kata-kata penuh makna dan mudah dipahami seringkali dicari oleh kebanyakan orang sebagai bentuk komunikasi lisan yang memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, memengaruhi pendengar, atau menginspirasi mereka.
ADVERTISEMENT
Biasanya, teks ceramah dibawakan untuk berbagai kegiatan, mulai dari kultum selepas salat hingga acara pengajian.
Ada banyak topik ceramah yang bisa dipilih sesuai dengan peristiwa atau momen tertentu. Misalnya, memilih topik-topik ibadah yang berkaitan dengan keikhlasan maupun bersedekah, sehingga dapat meningkatkan keimanan seseorang.

Pengertian Ceramah

Ilustrasi contoh ceramah singkat. Foto: Unsplash/Muhammad Adil
Mengutip dari buku Pendidikan Karakter Islam karya Hilyah Ashoumi, M.Pd.I., Habil Syahril Haj (2023: 81), ceramah merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pendidikan karakter Islam sebagai cara untuk menyampaikan informasi mengenai pengetahuan agama di hadapan banyak orang.
Ceramah ini bisa ditujukan sebagai pengingat bahwasannya berbuat baik harus terus dilakukan oleh umat Islam dalam setiap keadaan.
Sementara mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ceramah adalah pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar tentang suatu hal, pengetahuan, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Tema yang dapat dibawakan dalam ceramah pun bervariasi, mulai dari mengangkat topik berupa sikap ikhlas, salat, kematian, hingga sedekah.
Mengutip dari buku Cara Cepat Menguasai Bahasa Indonesia karya Tomi Rianto, pengertian teks ceramah adalah teks yang bertujuan untuk memberikan nasihat dan petunjuk-petunjuk kepada para pendengar.
Teks ini digunakan oleh pembicara atau penceramah sebagai panduan untuk menyampaikan pesan secara lisan. Tak hanya terkait agama, teks ceramah juga dapat disiapkan untuk berbagai macam topik lain, seperti pendidikan, motivasi, politik, atau ilmu pengetahuan.

Ciri-Ciri Teks Ceramah

Ilustrasi contoh ceramah singkat. Foto: Pexels/irwan zahuri
Teks ceramah memiliki beberapa ciri-ciri yang patut diketahui banyak orang. Ciri inilah yang membedakan antara teks ceramah dengan teks lainnya, antara lain:
ADVERTISEMENT

Struktur Teks Ceramah

Ilustrasi contoh ceramah singkat. Foto: Unsplash/Raka Dwi Wicaksana
Selain memahami ciri-cirinya, berikut ini struktur teks ceramah yang harus diperhatikan sebelum memulai membuat naskah atau berceramah.

1. Tesis atau Pendahuluan

Bagian pendahuluan atau tesis bertujuan untuk memperkenalkan tema atau topik yang dibicarakan, serta dapat memikat perhatian audiens.
Ini dapat berupa kutipan, anekdot, pertanyaan retoris, atau fakta menarik yang relevan dengan topik yang akan dibahas.
Selain itu, juga dapat berisi pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan pembicara tentang topik yang sedang dibicarakan.

2. Rangkaian Argumen atau Isi

Pada bagian ini merupakan inti dari ceramah yang berisi rangkaian argumen pembicara berkaitan dengan tesis atau topik yang sedang dibahas.
Biasanya, akan diungkapkan sejumlah fakta yang memperkuat argumen pembicara, seperti memberikan ilustrasi, atau bukti untuk mendukung gagasan utama yang ingin disampaikan.
ADVERTISEMENT

3. Penegasan Ulang atau Penutup

Bagian penutup merupakan kesimpulan dari ceramah dan berfungsi untuk merangkum pokok-pokok penting yang telah dibahas sebelumnya.
Di bagian akhir ini berisi hasil penalaran, penegasan kembali, kesimpulan, maupun saran dari pembicara kepada pendengar. Selain itu, juga dapat berisi ajakan untuk tindakan atau pesan penutup yang menginspirasi audiens.

Fungsi Teks Ceramah

Ilustrasi contoh ceramah singkat. Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dalangan
Selain ditujukan untuk mengisi suatu acara, teks ceramah memiliki berbagai macam fungsi layaknya jenis teks lainnya, diantaranya:

1. Mengedukasi

Teks ceramah dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada audiens.
Melalui ceramah, pembicara dapat menjelaskan berkaitan dengan konsep yang kompleks, membagikan penemuan baru, atau memberikan wawasan tentang topik tertentu.

2. Menginspirasi

Ceramah juga dapat menginspirasi ataupun mempengaruhi pikiran, sikap, dan tindakan audiens atas topik yang sedang dibicarakan.
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan argumen yang kuat, alasan yang logis, dan teknik persuasif, pembicara dapat mempengaruhi pendengar untuk mengadopsi pandangan baru, mengubah perilaku, atau mengambil tindakan tertentu.

3. Hiburan

Selain itu, ceramah juga dapat berfungsi sebagai sumber hiburan, melalui penggunaan cerita, humor, atau narasi yang menarik yang dapat membuat audiens terhibur dan terus terlibat dalam ceramah.

Contoh Ceramah Singkat

Ilustrasi contoh ceramah singkat. Foto: Pexels/Alena Darmel
Ada beberapa contoh ceramah singkat yang dapat dijadikan sebagai inspirasi sebelum berceramah. Di sisi lain, terdapat banyak topik yang digunakan dalam teks ceramah, terutama naskah yang mengandung kata-kata penuh makna dan mudah dipahami, antara lain:

1. Teks Ceramah: Bersedekah, Jalan Menuju Kebahagiaan

Maha Suci Allah Swt yang telah menurunkan Al Quran sebagai pedoman bagi umat Islam. Di dalamnya telah di atur segala urusan, baik tentang muamalah, ubudiyah, akidah, dan lain sebagainya. Al Quran adalah kitab suci yang benar-benar komprehensif, serasi, dan penuh dengan keajaiban-keajaiban.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang paling detail diterangkan di dalam Al Quran adalah terkait dengan ubudiyah. Ubudiyah tersebut diklasifikasikan menjadi dua, ada yang bersifat individual maupun sosial. Sifat individual, misalnya salat, haji, dan sebagainya. Sedangkan, ibadah sosial seperti zakat dan sedekah.
Dalam tatanan masyarakat, ibadah sosial memiliki lebih banyak manfaat daripada ibadah yang bersifat individual, karena kemanfaatannya memang bisa dirasakan oleh orang lain. Maka dalam kaidah hukum Islam, ibadah sosial memiliki lebih banyak pahala daripada ibadah yang bersifat individual.
Di dalam Al Quran sendiri, salah satu ibadah sosial yang diterangkan adalah sedekah. Terdapat beberapa ayat yang secara khusus dan jelas menyebutkan tentang keutamaan sedekah.
Al Quran memang memberikan porsi lebih terhadap sedekah, sebab sedekah adalah sesuatu yang dirasa sangat penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan maupun keagamaan.
ADVERTISEMENT
Dengan sedekah akan sangat mungkin terjadi keseimbangan antara si miskin dan si kaya, serta dapat pula memberikan nafas pada penyiaran agama Islam secara terus-menerus.
Berbicara mengenai sedekah, banyak manfaat maupun pahala yang bisa dirasakan, sehingga menjadikan banyak kaum muslimin yang saling berlomba-lomba dalam kebaikan dengan muslim lainnya, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah bersedekah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat al-Hadid (57: 18):
إِنَّ الْمُصْدِقِينَ وَالْمُصْدِقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أجر كريم
"Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak."
Sesuai dengan janji Allah Swt yang Maha Dermawan tersebut, siapapun yang bersedekah niscaya akan diganti oleh Sang Maha Pemberi dengan berlipat ganda.
ADVERTISEMENT
Allah Swt selalu melimpahkan kasih-Nya kepada umat-Nya, maka barang siapa berderma kepada para hamba Allah, niscaya akan dianugerahi kebaikan dan pahala yang berlipat. Balasan itu senantiasa dikaruniai dengan amalan yang sudah diperbuat. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Ali-Imran (3: 92):
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
"Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya."
Ayat ini dengan terang menjelaskan, bahwa kita sebagai umat Islam hendaknya mendermakan harta kita kepada yang lain, salah satunya seperti dengan bersedekah kepada yang membutuhkan.
Namun, sedekah tidak hanya melulu soal harta belaka, namun dengan kita berbuat baik kepada sesama, sudah termasuk sedekah. Mengingat bahwa sedekah adalah ibadah yang bersifat sosial, kita mafhum dengan istilah "Senyum itu adalah sedekah".
ADVERTISEMENT
Sedekah dapat diartikan sebagai pemberian seorang muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa pamrih.
Sedekah lebih luas, tidak hanya sekadar zakat maupun infaq, karena sedekah tidak hanya soal mengeluarkan atau menyumbangkan harta, tapi cakupannya sungguh luas termasuk amal dan perbuatan baik.
Dengan begitu, bersedekah tidak harus menunggu kaya, sebab orang miskin pun mampu melakukan hal tersebut. Perbuatan sedekah sangat dianjurkan.
Banyak keutamaan yang akan kita dapatkan, seperti sedekah akan menghapus dosa-dosa, menolak bala, memelihara kesehatan, dipermudah untuk mendapat jodoh. Selain itu, sedekah dapat menjauhkan diri dari api neraka, menghadirkan kebahagiaan, rezeki menjadi berkah, dan lainnya.
Dalam persoalan lain, sedekah merupakan sikap mental yang dapat memberikan hal-hal baik terhadap sesama dan jalan kehidupan.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, jika setiap orang enggan memberi dengan hal-hal baik, tidak saling peduli, saling menjatuhkan, saling bersaing untuk mendominasi, saling memaksakan kehendak, saling menghancurkan, saling membohongi, maka hidup di dunia akan semakin buruk.
Impian untuk mewujudkan kehidupan dunia yang baik, Allah Swt seyogyanya sudah memberikan pintu meraihnya, yaitu melalui bersedekah dengan memberi tanpa pamrih.
Maka dari itu, sebagai seorang muslim yang sadar akan tanggung jawab agama dan tanggung jawab sosial, patut kiranya kita dituntut untuk melaksanakan ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya.
Dengan melaksanakan ibadah yang bersifat individual dan sosial secara seimbang. Bersedekah akan mengimbangi ibaadah salat kita. Selain itu, sedekah memiliki dampak positif begitu nyata, yakni dapat meringankan beban sesama manusia. (Kumpulan Kultum Ramadhan terbitan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga: M Toriq Nurmadiansyah)
ADVERTISEMENT

2. Teks Ceramah: Berbakti kepada Orang Tua

"Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Israa': 23).
Kedua orang tua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri seseorang. Allah Swt telah memerintahkan dalam berbagai ayatNya di dalam Al Quran agar kita berbakti kepada mereka.
Dalam beberapa ayat-Nya, Allah Swt menyebutkan perintah tersebut beriringan dengan pentauhidan-Nya. Seakan-akan Allah Swt berpesan kepada kita bahwa kedudukan mereka adalah yang kedua setelah kita mentauhidkan-Nya.
Setelah hak Allah Swt terpenuhi, maka hak terbesar setelahnya adalah hak kedua orang tua kita yang wajib untuk ditunaikan, baik ketika keduanya masih hidup atau telah wafat.
Bahkan, keridhaan mereka adalah penentu keridhaan Rabb kita, Allah. Rasulullah bersabda, "Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua." (HR. Tirmidzi).
ADVERTISEMENT
Dan kedurhakaan kepada mereka adalah di antara dosa yang paling besar. Rasulullah bersabda, "Maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar?" Beliau bertanya sampai 3 kali. Para sahabat berkata, "Tentu, ya, Rasulullah." Rasulullah bersabda, "Syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang tua." (HR. Bukhari dan Muslim).
Di antara hak orang tua ketika masih hidup adalah:
Pertama, orang tua berhak untuk ditaati selama perintahnya tidak dalam rangka tidak mendurhakai atau mempersekutukan Allah Swt.
Allah Swt berfirman, "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya." (QS. Luqman: 15).
Rasululah bersabda, "Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah Swt. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan." (HR. Bukhari dan Muslim).
ADVERTISEMENT
Kedua, orang tua berhak untuk mendapat perilaku yang baik dan hormat. Allah Swt berfirman, "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu bapaknya." (QS. Al-Ahqaf: 15).
Perintah berbuat baik ini lebih ditekankan jika usia kedua orangtua semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya.
Allah Swt berfirman, "Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya,
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al-Isra': 23-24).
ADVERTISEMENT
Dalam ayat ini, berbuat baik kepada Ibu Bapak merupakan perintah, dan perintah disini menunjukkan kewajiban, khususnya, karena terletak setelah perintah untuk beribadah dan meng-Esa-kan (tidak mempersekutukan) Allah Swt, serta tidak didapatinya perubahan (kalimat dalam ayat tersebut) dari perintah ini.
Di dalam sebuah hadisnya, Rasulullah Saw bersabda, "Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga." (HR. Muslim).
Ketiga, orang tua berhak untuk mendapat kata-kata yang lembut ketika kita berbicara kepada mereka. Berbicara dengan lembut merupakan kesempurnaan bakti kepada kedua orang tua dan merendahkan diri di hadapan mereka.
Allah berfirman, "Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Israa': 23).
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, berbicaralah kepada mereka berdua dengan ucapan yang lemah lembut dan baik serta dengan lafazh yang bagus.
Keempat, orang tua berhak untuk mendapat harta dari kita. Seorang laki-laki pernah menemui Nabi dan berkata, "Ayahku ingin mengambil hartaku." Maka Nabi bersabda kepadanya, "Kamu dan hartamu milik ayahmu." (HR. Ahmad dan lainnya).
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang tidak bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya, yaitu orang tuanya.
Kelima, orang tua berhak dimintai izin. Wajib bagi kita untuk meminta izin mereka sebelum bepergian. Seorang laki-laki berhijrah dari negeri Yaman, kemudian Nabi bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kerabat di Yaman?" Laki-laki itu menjawab, "Masih, yaitu kedua orang tuaku."
ADVERTISEMENT
Rasulullah Saw kembali bertanya, "Apakah mereka berdua mengizinkanmu (hijrah ke Madinah)?" Laki-laki itu menjawab, "Tidak." Lantas, Nabi bersabda, "Kembalilah kamu kepada mereka dan mintalah izin dari mereka. Jika mereka mengizinkan, maka kamu boleh ikut berjihad, namun jika tidak, maka berbaktilah kepada keduanya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, al-Hakim dan ia menshahihkannya).
Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, "Aku datang membaiatmu untuk hijrah dan kutinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan mereka menangisi kepergianku."
Maka Nabi bersabda, "Pulanglah dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis." (HR. Abu Dawud).
Keenam, tidak mencela orang tua atau tidak menyebabkan mereka dicela orang lain. Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah bersabda, "Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya."
ADVERTISEMENT
Para Sahabat bertanya, "Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?" Beliau menjawab, "Ada. la mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. la mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Di antara hak orang tua setelah mereka meninggal adalah:
Pertama, menyalati mereka. Maksud menyalati di sini adalah tidak semata menyalati jenazah, tetapi lebih dari itu yaitu mendoakan keduanya, karena salat juga bermakna doa.
Oleh karena itu, seorang anak hendaknya senantiasa mendoakan kedua orang tuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup.
Apabila anak itu mendoakan keduanya, niscaya kebaikan mereka berdua akan semakin bertambah. Rasulullah bersabda, "Apabila manusia telah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo'akan dirinya." (HR. Muslim).
ADVERTISEMENT
"Termasuk di dalamnya adalah beristighfar untuk mereka. Allah menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al Quran, di mana beliau berdoa, 'Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku.'" (QS. Ibrahim: 41).
Kedua, menunaikan janji dan wasiat mereka, dan melanjutkan kebiasaan baiknya. Hendaknya seseorang menunaikan wasiat orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya.
Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak mereka.
Ketiga, memuliakan teman mereka di masa hidupnya. Memuliakan teman kedua orang tua juga termasuk berbuat baik kepada orang tua. Ibnu Umar pernah berpapasan dengan seorang Arab Badui di jalan menuju Makkah.
Kemudian, Ibnu Umar mengucapkan salam kepadanya dan mempersilakannya naik ke atas keledai yang ia tunggangi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, ia juga memberikan sorbannya yang ia pakai. Ibnu Dinar berkata, "Semoga Allah memuliakanmu. Mereka itu orang Arab Badui dan mereka sudah biasa berjalan."
Ibnu Umar berkata, "Sungguh dulu ayahnya adalah teman Umar bin al-Khaththab (ayah Ibnu umar) dan aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal." (HR. Muslim).
Keempat, menyambung tali silaturrahim dengan kerabat mereka. Hendaknya seseorang menyambung tali silaturrahim dengan semua kerabat yang silsilah keturunannya bersambung dengan ayah dan ibu, seperti paman dari pihak ayah dan ibu, bibi dari pihak ayah dan ibu, kakek, nenek, dan anak-anak mereka semua.
Bagi yang melakukannya, berarti ia telah menyambung tali silaturahim kedua orang tuanya dan telah berbakti kepada mereka.
ADVERTISEMENT
Rasulullah Saw pernah bersabda, "Barangsiapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal" (HR. Ibnu Hibban).
Berbakti kepada kedua orang tua tentu saja merupakan amalan yang sangat mulia. Allah Swt memberikan keutamaan yang besar bagi mereka yang mampu melakukannya.
Abdullah bin Mas'ud pernah bertanya kepada Rasulullah, "Apakah amalan yang paling dicintai oleh Allah?" Rasulullah bersabda, "Salat tepat pada waktunya" Kemudian beliau bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah bersabda, "Berbuat baik kepada kedua orang tua". Kemudian beliau bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah bersabda, "Berjihad di jalan Allah." (HR. Bukhari dan Muslim).
Berbakti kepada kedua orang tua, merupakan salah satu sebab diampuninya dosa. Allah Swt berfirman, "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya..."
ADVERTISEMENT
Kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya, "Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga. Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka." (QS. Al-Ahqaf 15-16).
Diriwayatkan oleh ibnu Umar, bahwasannya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah sesungguhnya telah menimpa kepadaku dosa yang besar, apakah masih ada pintu taubat bagi saya?"
Maka Rasulullah bersabda, "Apakah Ibumu masih hidup?", dia berkata, "Tidak." Rasulullah bersabda, "Bagaimana dengan bibimu, masih hidup?", dia berkata, "Ya." Maka Rasulullah bersabda, "Berbuat baiklah kepadanya". (HR. Tirmidzi).
Berbakti kepada kedua orang tua, juga termasuk sebab masuknya seseorang ke surga. Abu Hurairah berkata, "Saya mendengar Rasulullah bersabda, 'Celakalah dia, celakalah dia'. Rasulullah ditanya, "Siapa wahai Rasulullah?" Rasulullah bersabda, "Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surga." (HR. Muslim).
ADVERTISEMENT
Dalam riwayat lainnya, Jaahimah pernah datang kepada Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang (ke sini) untuk minta nasehat pada Anda."
Maka Rasulullah bersabda, "Apakah kamu masih memiliki Ibu?" Dia berkata, "Ya". Rasulullah bersabda, "Tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu dibawah telapak kakinya." (HR. Nasa'i dan Ahmad.)
Demikian. Semoga kita mampu berbakti kepada kedua orang tua, saat mereka masih hidup dan setelah meninggal dunia. Wallahu a'lam. (Kumpulan Materi Kultum, Ceramah, dan Khutbah: Abu Mujahid)
Itulah contoh ceramah singkat yang penuh makna dan mudah dipahami pendengar ataupun pembaca. Lengkap dengan penjelasan ciri-ciri, fungsi, hingga struktur teks ceramah.
(SUCI)
ADVERTISEMENT