Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Contoh Khutbah Jumat Awal Tahun 2025 tentang Muhasabah Diri
30 Desember 2024 22:36 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menjelang awal tahun 2025, semua orang berlomba-lomba untuk membangun semangat baru beserta dengan harapan-harapan baru. Pada saat itu juga biasanya dalam pelaksanaan solat Jumat , khutbah Jumat awal tahun 2025 mengangkat tema tentang muhasabah diri.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari Jurnal AL-QALAM, Usman Suparman. (1995), khutbah merupakan bentuk kegiatan ibadah yang dilaksanakan dan diikuti oleh umat Islam setiap satu minggu sekali pada hari Jumat dan dua kali dalam setahun pada Idul Fitri dan Idul Adha.
Khutbah dilaksanakan denan cara menyampaikan nasihat, informasi, ajakan, atau peringatan melalui lisan oleh Khatib kepada jamaah pada kegiatan ibadah tersebut. Pada hari Jumat pertama di tahun baru, biasanya diisi dengan motivasi agar lebih bersemangat untuk ibadah.
Khutbah Jumat Awal Tahun 2025 tentang Muhasabah Diri
Mengutip dari website nu.or.id, berikut adalah contoh khutbah Jumat awal tahun 2025 tentang muhasabah diri:
Khutbah pertama
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي الْقُرْآنِ العَظِيْمِ: ياأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَصُوْحاً عَسٰى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْحَبِيْبُ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
ADVERTISEMENT
Kepada hadirin jamaah solat Jumat yang berbahagia, pertama-tama marilah kita panjatkan rasa puji syukur alhamduliallahi rabbil alamin kepada Allah Swt.
Atas segala nikmat, anugerah, dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua sehingga kita bisa berkumpul bersama dalam kesempatan yang berbahagia ini, serta bisa senantiasa istiqamah dalam menunaikan ibadah kepada-Nya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan ke hadirat junjungan kita nabi agung, Nabi Muhammad saw, panutan kita, manusia sempurna yang telah menjadi teladan dalam segala aspek kehidupan, tak terkecuali dalam mengevaluasi diri terhadap segala amal perbuatan di dunia.
Jamaah solat Jumat yang dirahmati Allah Swt
Saat ini kita tengah berada di awal tahun 2025, artinya kita sudah melewati banyak hari yang begitu panjang dengan berbagai kegiatan dan aktivitas, baik yang telah direncanakan atau disengaja maupun yang terjadi secara kebetulan, baik itu yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia biasa, tentunya kita tidak pernah luput dari yang namanya kelalaian, dan juga mampu melaksanakan kebajikan meskipun belum bisa istiqamah.
Dari banyaknya perbuatan yang kita jalani, di antaranya ada yang sejalan dengan perintah agama Islam, ada juga yang melanggar, dan bahkan terkadang ada yang menyimpang dari syariat agama.
Ada yang bermanfaat bagi sesama, da nada juga yang menjerumuskan, merugikan, bahkan bisa sampai membahayakan.
Dalam agama Islam, kita dianjurkan untuk bermuhasabah diri, introspeksi dan mengevaluasi diri dari segala macam perbuatan yang sudah pernah dilakukan.
Jika kita mampu melakukan refleksi dan introspeksi diri, maka kita tergolong dalam orang-orang yang cerdas.
Sebaliknya, orang-orang yang tidak mampu bermuhasabah atas perilaku yang telah dilakukannya, maka orang tersebut tergolong orang-orang yang lemah. Hal ini seperti sabda Rasulullah saw yang termaktub dalam sebuah hadis yang berbunyi:
ADVERTISEMENT
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللّٰهِ
Artinya, “Orang yang cerdas adalah orang yang mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah.” (HR. Ahmad).
Lalu, bagaimana cara bermuhasabah diri yang sesuai dengan syariat agama Islam? Yang pertama adalah dimulai dengan Al-Qari, yang tercantum dalam kitab Mirqatul Mafatih.
Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwasannya Al-Qari adalah sebagai berikut:
أَيْ حَاسَبَ أَعْمَالَهَا وَأَحْوَالَهَا وَأَقْوَالَهَا فِي الدُّنْيَا فَإنْ كَانَتْ خَيْرًا حَمِدَ اللهَ تَعَالى وَإنْ كَانَتْ شَرًّا تَابَ مِنْهَا وَاسْتَدْرَكَ مَا فَاتَهاَ قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ فِي اْلعُقْبَى
Artinya, “Dia mengevaluasi perbuatan, kondisi, keadaan dan perkataannya di dunia. Jika baik maka dia memuji Allah, dan jika buruk maka mestinya dia bertobat, kemudian mengejar sesuatu yang yang telah luput darinya, sebelum dirinya dievaluasi di akhirat kelak.”
ADVERTISEMENT
Hadirin Jamaah solat Jumat yang berbahagia, dalam penjelasan Syekh Mula Al-Qari, bermuhasabah bukanlah sebuah kegiatan yang hanya mengingat perbuatan-perbuatan tidak baik yang sudah kita lakukan. Tidak pula hanya membayangkan kesalahan-kesalahan di masa lalu.
Tetapi bermuhasabah memiliki makna yang lebih dari itu. Bermuhasabah diri harus diwujudkan dalam sebuah tindakan yang nyata supaya dosa-soda kita selama hidu mendapatkan ampunan dari Allah Swt.
Caranya adalah dengan melakukan taubat nasuha. Taubat yang sungguh-sungguh.
Taubat yang sebenarnya, yang mana kita beristighfar, berhenti melakukan perbuatan maksiat, menyesali segala dosa-dosa yang telah diperbuat dari hati yang paling dalam, serta bertekad kuat untuk tidak mengulanginya kembali.
Begitupun jika ada yang menyangkut dengan hak-hak manusia harus segera diselesaikan dengan baik.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa muhasabah itu tak hanya sekedar seremoni di akhir atau awal tahun saja, tetapi menjadi langkah yang berkelanjutan untuk terus memperbaiki diri supaya bisa menjadi hamba yang lebih bertaqwa dan taat kepada Allah Swt.
Dalam kitab yang berjudul Tuhfatul Ahwadzi juga dijelaskan makna tentang muhasabah diri secara lebih detail.
أَيْ حَاسَبَهَا وَأَذَلَّهَا وَاسْتَعْبَدَهَا وَقَهَرَهَا حَتَّى صَارَتْ مُطِيْعَةً مُنْقَادَةً
Artinya, "Yakni mengevaluasi, menghinakan, menghambakan, dan menundukkan diri, sehingga menjadi orang yang taat dan tunduk kepada Allah.”
Dijelaskan bahwa muhasabah diri memiliki konsep tiga T, di antaranya yaitu Teliti, Taubat, dan Taat.
Teliti yang berarti meneliti amal perbuatan yang pernah dilakukan, kemudian Taubat berarti taubat dari segala dosa yang dilakukan, dan yang terakhir adaah Taat yang berarti taat hingga akhir hayat.
ADVERTISEMENT
Perlu digaris bawahi bahwa terdapat satu hal penting ang perlu diwaspadai, karena dapat merusak spirit bermuhasabah, yaitu merasa bahwa kebaikan yang dilakukan lebih besar daripada keburukannya.
Dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah dijelaskan bahwa, diantara orang-orang yang tertipu adalah dia yang menduga ketaatannya lebih banyak daripada kemaksiatannya.
Banyak sekali manusia yang merasa sombong dan takabbur, tertanam rasa ujub atau bangga diri yang berlebihan.
Dirinya sibuk berzikir menyebut nama Allah, lebih fokus terhadap seberapa sering ia beribadah hingga lupa bahwa dirinya juga banyak menghabiskan waktu untuk membicarakan keburukan orang lain.
Memanfaatkan kesempatan untuk menyakiti sesama, dan melakukan perbuatan-perbuatan buruk lainnya.
Mungkin amal baiknya jauh lebih sedikit daripada amal buruknya, tetapi dia merasa bahwa seolah-olah amal baiknyalah yang lebih banyak dari kesalahannya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, dalam bermuhasabah harus benar-benar mempeerhatikan setiap hal yang kita lakukan, baik itu perbuatan maupun ucapan, baik itu besar atau kecil, baik itu secara terang-terangan atau tersembunyi.
Jangan hanya berfokus pada perbuatan baik saja dan melupakan kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan. Teruslah menilai diri sebelum datang masanya kita dinilai, dipertanyakan, dan dihisab di hadapan Allah Swt.
Khutbah 2
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَاَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَّ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَالمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللّٰهِ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
ADVERTISEMENT
Demikian adalah contoh khutbah Jumat awal tahun 20205 tentang muhasabah diri yang bisa dijadikan sebuah referensi. Semoga bermanfaat. (Nisa)