Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Hilirisasi Sawit sebagai Pilar Penting Masa Depan Ekonomi Indonesia
7 Juli 2024 14:31 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Zahlul Ikhsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Langkah Indonesia dalam membangun, mengembangkan, dan memperkuat industri hilir berbasis minyak sawit adalah langkah yang sangat strategis. Hilirisasi, yang berarti meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan lebih lanjut, menawarkan dua dampak positif utama: memperkuat pasar domestik dan memastikan keberlanjutan industri sawit dalam jangka panjang. Pendekatan ini bukan hanya tentang ekonomi, tetapi juga tentang masa depan bangsa.
ADVERTISEMENT
Dr. Tungkot Sipayung, seorang pakar ekonomi dan komoditas strategis, menekankan pentingnya hilirisasi sawit. Sebelum tahun 2010, sebagian besar hilirisasi minyak sawit Indonesia terjadi di negara-negara importir. Akibatnya, Indonesia sangat tergantung pada pasar minyak sawit dunia dan nilai tambah produk hilir dinikmati negara-negara importir. Ini menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi Indonesia, dengan sekitar USD 32,8 miliar setiap tahun nilai tambah hilir sawit dinikmati negara-negara importir.
Setelah tahun 2015, dengan integrasi kebijakan hilirisasi sawit domestik dan perdagangan internasional melalui pungutan ekspor minyak sawit, terjadi perubahan signifikan. Tujuan utama hilirisasi sawit di Indonesia adalah meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada pasar internasional, mengubah komposisi ekspor dari bahan mentah menjadi produk olahan, dan substitusi impor untuk produk-produk yang dapat digantikan oleh produk olahan dari sawit.
ADVERTISEMENT
Manfaat Ekonomi yang Signifikan
Hilirisasi sawit di dalam negeri memerlukan produk hulu yang lebih banyak, yang berarti ekspor produk hulu harus menurun. Dr. Saleh Husin, doktor ekonomi Universitas Indonesia, memperkirakan bahwa jika ekspor produk hulu sawit turun sebesar 5% dan ekspor produk hilir meningkat 15%, devisa Indonesia dapat meningkat sebesar USD 7 miliar per tahun. Ini juga akan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), indikator utama pertumbuhan ekonomi.
Hilirisasi juga dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia di tingkat perdagangan dunia. Dengan memperkecil ekspor ke negara-negara yang menjual kembali produk kelapa sawit Indonesia dan meningkatkan ekspor produk jadi, Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah yang lebih besar.
Dukungan Kebijakan dan Regulasi
Keberhasilan hilirisasi sawit juga didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang mendukung pengembangan industri sawit dari hulu ke hilir. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit di dalam negeri untuk menciptakan dampak positif yang luas bagi perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT
Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, menyatakan bahwa hilirisasi kelapa sawit telah meningkatkan penyerapan hasil produksi petani, menyediakan bahan pangan, nonpangan, dan bahan bakar terbarukan, serta membangkitkan ekonomi produktif berbasis industri pengolahan. Selain itu, hilirisasi juga meningkatkan perolehan devisa negara dari ekspor produk hilir, berkontribusi pada keuangan negara melalui penerimaan pajak, dan memenuhi kebutuhan dunia terhadap pangan dan energi.
Kemenperin menerapkan bauran kebijakan yang konsisten dalam menjalankan program hilirisasi industri kelapa sawit, seperti kebijakan fiskal tarif bea keluar progresif sesuai rantai nilai industri, serta insentif perpajakan bagi investasi baru atau perluasan sektor industri oleofood, oleochemical, dan biofuel.
Keberhasilan dan Tantangan
Hilirisasi industri kelapa sawit di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Pada tahun 2022, kapasitas pabrik pengolahan CPO meningkat tiga kali lipat dari tahun 2010. Kapasitas terpasang pabrik biodiesel dan industri oleofood serta oleokimia juga mengalami peningkatan signifikan. Kontribusi industri kelapa sawit terhadap PDB nasional mencapai 3,5%, menyerap tenaga kerja sebanyak 5,2 juta orang, dan menghidupi lebih dari 21 juta jiwa.
ADVERTISEMENT
Namun, masih ada tantangan yang harus diatasi untuk mempercepat hilirisasi CPO, seperti pembangunan infrastruktur yang berkualitas, fasilitas logistik, dan penyediaan akses jalan dari pusat produksi ke pelabuhan ekspor. Pemerintah juga harus memastikan tersedianya bahan baku untuk diolah industri hilir CPO dengan membatasi atau melarang ekspor bahan baku mentah.
Masa Depan Hilirisasi Sawit
Hilirisasi sawit juga telah mendukung pelaksanaan program mandatory biodiesel sejak tahun 2015, mulai dari B15, B20, B30, dan saat ini B35. Ke depan, Indonesia akan menerapkan B40, B50, hingga B100 dengan komposisi Biodiesel FAME dan Greenfuel, yang merupakan produk hilir tingkat lanjut dari minyak sawit untuk bahan bakar terbarukan.
Selain itu, hilirisasi sawit juga dapat mengurangi kampanye hitam terhadap sawit Indonesia yang sering dilancarkan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Dengan meningkatkan nilai tambah dan kualitas produk hilir, Indonesia dapat menunjukkan bahwa industri sawitnya lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Hilirisasi sawit adalah langkah strategis yang harus terus didorong dan didukung. Dengan meningkatkan nilai tambah produk sawit di dalam negeri, Indonesia dapat memperkuat ekonomi nasional, meningkatkan devisa, dan mengurangi ketergantungan pada pasar internasional. Dukungan kebijakan yang konsisten, investasi dalam infrastruktur, dan penyediaan bahan baku yang cukup adalah kunci untuk kesuksesan hilirisasi sawit. Dengan begitu, Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam industri sawit global dan memastikan masa depan ekonomi yang lebih cerah dan berkelanjutan.