Konten dari Pengguna

Limbah Kelapa Sawit untuk Energi Terbarukan dan Pengurangan Emisi

Zahlul Ikhsan
Dosen Universitas Andalas
5 Juli 2024 14:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahlul Ikhsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Industri kelapa sawit di Indonesia memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Selain menghasilkan minyak kelapa sawit yang digunakan dalam berbagai produk sehari-hari, industri ini juga menghasilkan sejumlah besar limbah organik, termasuk tandan kosong dan limbah cair pabrik kelapa sawit (POME).
ADVERTISEMENT
Pengelolaan limbah ini bukan hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang besar untuk menciptakan energi terbarukan dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Perkebunan kelapa sawit. Sumber: Dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Perkebunan kelapa sawit. Sumber: Dokumen pribadi

Potensi Limbah Kelapa Sawit dan Teknologi Anaerob Digester

Pabrik kelapa sawit menghasilkan biomassa dalam jumlah besar. Limbah tersebut, jika dikelola dengan benar, dapat diubah menjadi sumber energi yang berharga. Saat ini, pengelolaan limbah tandan kosong dan POME yang dilakukan di udara terbuka menyebabkan gas metana (CH4) yang dihasilkan dari fermentasi limbah tersebut terlepas ke atmosfer.
Metana adalah salah satu gas rumah kaca yang kuat, dengan potensi pemanasan global 27,9 kali lebih besar dibandingkan karbon dioksida (CO2). Untuk mengurangi dampak lingkungan ini, diperlukan teknologi yang mampu menangkap dan memanfaatkan metana.
ADVERTISEMENT
Teknologi anaerob digester adalah solusi yang efektif untuk mengolah limbah kelapa sawit. Dengan mengolah limbah tandan kosong dan POME dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen) di dalam fermenter tertutup, gas metana yang dihasilkan dapat ditangkap dan dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan.
Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah 30 ton TBS/jam dapat menghasilkan 39.600 ton tandan kosong dan 90.000 ton POME per tahun. Pengolahan limbah ini dengan teknologi anaerob digester dapat mereduksi emisi karbon sebesar 59.192 ton setara CO2 per tahun dari dekomposisi limbah tersebut, dan substitusi pemakaian bahan bakar minyak sebesar 6.337 ton setara CO2 per tahun​ (MDPI)​.
Ilustrasi pabrik penerapan teknologi dan inovasi pemanfaatan limbah kelapa sawit. Sumber: https://www.istockphoto.com

Penelitian Terbaru dan Inovasi

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ko-digestasi POME dengan bahan organik lain, seperti tandan buah kosong (EFB), dapat meningkatkan produksi metana secara signifikan. Pretreatment elektro-kimia juga terbukti efektif dalam meningkatkan efisiensi produksi metana​​. Selain itu, penggunaan reaktor Upflow Anaerobic Sludge Blanket (UASB) telah menunjukkan hasil yang memuaskan dalam mengurangi COD (Chemical Oxygen Demand) dan meningkatkan produksi biogas​.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, model pembelajaran mesin telah dikembangkan untuk memprediksi emisi metana dari POME. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi proses pencernaan anaerobik dan meningkatkan produksi biogas, termasuk metana​.

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan

Pemanfaatan metana dari POME sebagai sumber energi terbarukan menawarkan berbagai manfaat. Dari segi ekonomi, teknologi Methane Capture dapat mengurangi biaya produksi minyak kelapa sawit dengan menyediakan sumber energi alternatif yang lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil.
Selain itu, listrik yang dihasilkan dari biogas dapat digunakan untuk kebutuhan pabrik sendiri atau dijual ke jaringan listrik nasional, memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan kelapa sawit.
Dari perspektif lingkungan, teknologi ini membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Emisi metana yang ditangkap dan dimanfaatkan tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap pemanasan global, tetapi juga mendukung upaya global untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060 serta komitmen perjanjian Paris Agreement​.
ADVERTISEMENT

Tantangan dan Peluang

Meskipun teknologi Methane Capture menawarkan banyak keuntungan, tantangan masih ada. Investasi awal untuk instalasi teknologi ini cukup besar, dan kandungan energi metana lebih rendah dibandingkan gas LPG dan cangkang sawit, sehingga dalam beberapa kasus, pemanfaatannya dipandang kurang ekonomis. Namun, dengan kebijakan dan insentif yang tepat dari pemerintah, serta kolaborasi antara sektor publik dan swasta, tantangan ini dapat diatasi​.
Industri kelapa sawit di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi lebih berkelanjutan dengan mengadopsi teknologi anaerob digester untuk mengolah limbah tandan kosong dan POME. Pemanfaatan metana dari limbah ini sebagai sumber energi terbarukan tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga menawarkan keuntungan ekonomi yang signifikan.
Dengan dukungan yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan potensi ini untuk memenuhi kebutuhan energi nasional secara berkelanjutan dan berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, pengelolaan limbah kelapa sawit yang inovatif dan berkelanjutan tidak hanya memberikan solusi terhadap tantangan lingkungan, tetapi juga membuka peluang besar untuk kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab dan peluang untuk memimpin perubahan menuju industri yang lebih hijau dan berkelanjutan.