Konten dari Pengguna

Menyoal Etika Komunikasi Mahasiswa-Dosen

Zahlul Ikhsan
Dosen Universitas Andalas
29 Oktober 2023 22:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zahlul Ikhsan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi media komunikasi daring mahasiswa-dosen. Sumber: https://www.istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi media komunikasi daring mahasiswa-dosen. Sumber: https://www.istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangan teknologi dan globalisasi, komunikasi daring di dunia pendidikan tinggi telah menjadi bagian integral dari proses pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Komunikasi antara mahasiswa dan dosen tidak lagi terbatas oleh ruang fisik kelas, interaksi bisa melalui berbagai platform daring seperti chat via WhatsApp, Telegram, direct message Instagram dan aplikasi komunikasi lainnya.
Dalam menghadapi perubahan ini, penting untuk menjelajahi dinamika dan tantangan komunikasi daring, khususnya dalam hubungan antara mahasiswa dan dosen di perguruan tinggi.

Tantangan Komunikasi Daring

Meskipun komunikasi daring membuka pintu untuk keterhubungan yang lebih mudah, berbagai tantangan-tantangan juga bermunculan. Komunikasi tulis tanpa ekspresi wajah dan intonasi suara seringkali menyebabkan kesalahpahaman.
Contohnya, sebuah pertanyaan yang ditulis dengan nada yang tidak tepat bisa diartikan secara berbeda oleh penerima. Dalam hal ini, etika komunikasi menjadi penentu utama dalam memastikan pesan dapat tersampaikan dengan tepat dan pengertian yang sama antara.kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, ketika seorang mahasiswa yang mengirim pesan dengan gaya tulisan yang terlalu informal dan kurang sopan kepada dosen untuk menyampaikan ketidakpuasannya terhadap sebuah nilai. Gaya komunikasi yang tidak pantas dapat merusak hubungan dan menciptakan ketidaknyamanan.

Etika dalam Komunikasi Mahasiswa-Dosen

Ilustrasi dosen Pria. Foto: Shutter Stock
Pentingnya etika dalam komunikasi daring antara mahasiswa dan dosen menjadi semakin jelas. Mahasiswa perlu memahami bahwa penggunaan bahasa yang sopan, penghormatan terhadap waktu, dan kesadaran akan batas-batas privasi dosen adalah unsur krusial dalam membangun hubungan yang baik.
Sebaliknya, dosen juga perlu bersikap responsif kepada mahasiswa, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan menghormati sudut pandang mahasiswa.
Ilustrasi mahasiswa yang menghubungi dosen via chat whatsapp di luar jam kerja. Sumber: Dokumen pribadi
Menghubungi dosen sebaiknya hanya dilakukan di jam kerja saja. Sering terjadi, mahasiswa menghubungi dan mengirim pesan kepada dosen di malam hari. Dengan adanya keterbatasan waktu dosen untuk menjawabnya pada malam hari dapat menciptakan ketidaknyamanan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mahasiswa sebaiknya menghindari mengirimkan pesan atau pertanyaan pada hari libur, kecuali dalam situasi mendesak. Menghormati waktu pribadi ini akan menciptakan hubungan yang baik antara kehidupan akademis dan kehidupan pribadi.
Etika waktu dalam komunikasi mahasiswa-dosen adalah landasan yang penting untuk menjaga hubungan yang sehat dan saling menghormati.
Dengan memahami kapan dan bagaimana menghubungi dosen, mahasiswa dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang efektif dan memberikan pesan bahwa mereka menghargai waktu dan dedikasi dosen. Etika waktu adalah cerminan dari sikap hormat dan profesionalisme dalam komunikasi di dunia pendidikan tinggi.

Peran Keterbukaan dan Transparansi

Ilustrasi balas chat. Foto: leungchopan/Shutterstock
Keterbukaan dan transparansi memainkan peran penting dalam membentuk etika komunikasi daring di pendidikan tinggi. Dosen harus memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai tugas, penilaian, dan harapan mereka terhadap mahasiswa. Sebaliknya, mahasiswa juga perlu menyampaikan pertanyaan atau ketidakmengertian mereka secara jelas dan terbuka.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, apabila seorang dosen tidak memberikan penjelasan yang memadai mengenai perubahan dalam jadwal kuliah melalui platform daring, maka akan menciptakan kebingungan di kalangan mahasiswa. Keterbukaan yang kurang dapat menciptakan ketidakpercayaan dan ketegangan yang seharusnya dapat dihindari.

Mengelola Konflik dengan Bijak

Dalam lingkungan pendidikan tinggi, konflik tidak selalu dapat dihindari. Bagaimana cara mahasiswa dan dosen mengelola konflik adalah kuncinya. Keterampilan memberikan umpan balik yang bijak dan mencari solusi bersama dapat membantu mencegah konflik yang merugikan kedua belah pihak.
Contoh kasus, misalnya seorang mahasiswa yang merasa tidak puas dengan penilaian dari seorang dosen, memilih untuk menyuarakan ketidaksetujuannya melalui media sosial.
Dalam situasi ini, konflik menjadi konsumsi public, dan hal ini dapat merugikan reputasi kedua belah pihak. Oleh karena itu, diperlukan metode pengelolaan konflik secara lebih privat dan konstruktif.
ADVERTISEMENT

Membangun Komunitas Pembelajaran yang Inklusif

Selain etika individu, menciptakan lingkungan pembelajaran daring yang inklusif juga menjadi hal yang penting. Mahasiswa dan dosen harus mampu menghargai keragaman pendapat, menghindari tindakan diskriminatif, dan mempromosikan dialog terbuka.
Contohnya, apabila di dalam forum diskusi daring diisi dengan komentar yang merendahkan suku atau gender tertentu. Dalam hal ini, pendekatan yang tidak inklusif dapat merusak suasana belajar yang seharusnya mendukung pertukaran ide yang positif dan beragam.

Membangun Komunikasi Daring yang Etis di Pendidikan Tinggi

Dalam menghadapi perubahan komunikasi yang cepat dan global, mahasiswa dan dosen di pendidikan tinggi perlu memiliki kesadaran dan pemahaman yang mendalam akan etika komunikasi daring.
Dengan membangun fondasi etis yang kuat, lingkungan pendidikan tinggi dapat menjadi tempat yang inklusif, saling menghormati, dan mendukung tujuan pembelajaran bersama. Etika dalam komunikasi daring bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga pondasi yang memastikan interaksi dan pertukaran pengetahuan yang berkualitas.
ADVERTISEMENT