Konten dari Pengguna

Menguak Hubungan Antara Stres dan Kelemahan Iman

Intan Islami
Psychology Students at Paramadina University, Jakarta - Full Time Medical Assistant at Stephanie Sentra Medika and Kimia Farma Tiara South Tangerang
8 Juli 2024 11:49 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Islami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Stres: Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Stres: Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandangan tentang orang yang stres karena kurang iman sering kali dapat bervariasi tergantung pada perspektif dan keyakinan masing-masing individu atau kelompok. Meskipun terdapat beberapa masyarakat awam yang mengatakan orang yang stres pasti kurang iman dan kurang ibadah. Padahal sebetulnya orang yang mengalami stres tidak memandang siapa yang mengalaminya. Stres dapat dialami oleh siapapun itu termasuk seorang psikolog, tenaga medis, orang-orang yang bekerja di pemerintahan, dan sekalipun pemuka agama. Stres merupakan salah satu gejala penyakit yang akan berujung ke penyakit mental dan penyakit fisik apabila tidak ditangani dengan baik. Stres sebetulnya sama seperti penyakit fisik, contoh flu. Apabila flu tersebut hanya ditangani dengan ibadah saja tanpa ditangani oleh dokter, tentu sakit tersebut tidak sepenuhnya maksimal sembuh. Harus ditangani oleh dokter dan tenaga medis lainnya dan merupakan salah satu bentuk ikhtiar yang disukai oleh Tuhan. Kemudian tidak lupa untuk berdoa dan ibadah kepada Tuhan, serta berserah diri kepada tuhan. Hal tersebut sama juga dengan kondisi stres, apabila stres tidak kunjung membaik tentu harus dibantu tenaga profesional dan kemudian tetap melibatkan tuhan. Selain itu ada beberapa faktor seseorang mengalami stres. Terdapat beberapa yang disebabkan oleh faktor psikologis maupun faktor sosial. Pada faktor psikologis karena adanya pengaruh pola asuh yang diberikan oleh orang tuanya atau pernah mengalami masa trauma. Sedangkan pada faktor sosial karena adanya tuntutan atau tekanan sosial yang berada di lingkungannya, seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan, terkena PHK, mengalami putus cinta dalam hubungan asmara, adanya konflik dengan teman, keluarga ataupun lainnya.
Ilustrasi berdoa. Foto: Pinterest
Namun demikian, hubungan antara stres dan keteguhan iman tidak selalu sejalan secara langsung atau dapat diukur dengan cara yang sama untuk setiap individu. Faktor-faktor seperti kepercayaan individu terhadap keyakinan mereka, dukungan sosial yang mereka terima, dan bagaimana mereka merespon tantangan hidup secara pribadi memainkan peran penting dalam bagaimana hubungan ini berkembang dan berdampak pada kesejahteraan seseorang secara keseluruhan. Meskipun stres menurut saya tidak ada keterkaitan dengan lemahnya iman. Namun terkadang dengan melibatkan tuhan dapat membuat hati tenang dari yang sebelumnya merasa tertekan dan tidak nyaman. Lalu dengan memperbanyak rasa syukur membantu meningkatkan kesehatan mental juga. Namun sebetulnya bentuk penyelesaian stres, tidak hanya dilakukan dengan pendekatan agama saja tapi tentu bisa dilakukan dengan berbagai cara lain yang positif seperti konsultasi ke tenaga profesional Psikolog dan Psikiater sesuai dengan kondisi yang dialami. Penting untuk diingat bahwa pandangan ini bersifat subjektif dan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk latar belakang agama, budaya, dan pengalaman pribadi masing-masing individu. Pendekatan yang paling bermanfaat mungkin adalah melihat setiap individu secara holistik, mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi kesejahteraan mereka, termasuk aspek spiritualitas dan iman dalam konteks yang lebih luas dari kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT