Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Konten dari Pengguna
Kata Siapa Jadi Selebgram dan di-Endorse Itu Enak?
4 Oktober 2017 19:06 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Intan Kemala Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Halo, gue Intan. Banyak yang menyebut gue sebagai Selebgram atau Plus Size Influencer. Tapi gue gak self-proclaimed kalau gue adalah selebgram atau influencer, ya. Gue hanya seorang wanita yang kebetulan suka posting foto OOTD di Instagram.
ADVERTISEMENT
Anyway, banyak banget yang suka kirim DM ke gue, isinya kurang lebih begini:
"Kak, aku pengen deh kaya kakak. Sering di-endorse dapet baju big size gratis. Gimana sih caranya, bagi tipsnya dong"
"Enak ya jadi kakak udah di-endorse, dapet baju gratis pula. Envy!"
Dear netizen kids zaman now,
Pahamilah sejatinya endorse-meng-endorse atau dunia endorsement bukanlah hal sepele. Bukan sekadar elo dikasih baju, terus elo foto dan upload ke Instagram, kemudian banyak yang nge-likes dan komen sampai akhirnya elo dilirik sama online shop lainnya untuk di-endorse kembali. No, bukan seperti itu.
Bagi gue, itu adalah tanggung jawab besar. Di mana lo dipercayakan oleh online shop atau brand untuk promosiin barang mereka dan seperti ada keharusan sendiri untuk menarik followers lo agar mereka mau beli barang yang lo endorse.
ADVERTISEMENT
Dan ketahuilah, di-endorse itu gak selamanya enak. Sedikit gue ceritain ya, pengalaman gue di-endorse oleh online shop.
Kebanyakan yang endorse gue adalah brand baju-baju plus size. Awalnya seneng sih, dikasih baju dan tinggal foto. Awalnya, gue memang tidak memberikan tarif atau fee endorse karena siapalah akyu, followers-nya dulu enggak seberapa.
Dia kasih gue baju apa aja gue terima. Yang ternyata setelah dicobain, sama sekali enggak muat, terutama di bagian lengan dan lingkar ketiak. So, gue harus berkorban untuk ngerombak itu bagian lengan ke tukang jahit, biar bisa dipakai. Padahal sebelumnya, gue sudah kasih ukuran badan gue, bahkan gue lebihin 3-4cm biar enggak ngepas banget.
Satu, dua, tiga kali, gue terima endorse-nya. Tapi lama-lama mulai ngelunjak dan selalu minta diposting cepet, like I have nothing to do. lol.
Setelah itu juga, ada beberapa online shop yang juga mulai endorse gue. Beberapa di antaranya adalah online shop customized yang membebaskan kita pilih model serta nentuin ukuran sendiri. Wah, seneng dong gue. Sudah punya bayangan mau baju model apa yang dipakai dan gimana cara mix and match-nya.
ADVERTISEMENT
Eh begitu jadi, sayangnya jauh dari ekspektasi gue. Ada beberapa yang kegedean, tangannya kepanjangan, tapi mostly kekecilan atau panjangnya enggak sesuai.
Pernah gue sampai berdebat sama si online shop gara-gara model dan aslinya sedikit beda. Di foto itu adalah tunik, yang mana panjangnya selutut. Setelah jadi dan sampai ke gue, yang sampai adalah blus yang panjangnya pas banget se garis bokong. Dan kalau elo sering lihat foto gue di Instagram, hampir jarang gue pakai baju yang panjangnya se-bokong.
Si online shop ini kekeuh kalau itu panjangnya sesuai yang di foto, 70 cm. Langsung dong gue ngebacot.
"Mba, coba liat itu yang di foto kan modelnya kurus. Kamu endorse orang gendut, jadi pasti panjang baju jatuhnya beda. Di orang kurus mungkin itu selutut, tapi di aku di atas paha banget."
ADVERTISEMENT
Maksud gue, hal se-sepele itu aja masa enggak bisa ngebedain. Udah tahu kalo orang gendut lemak di perutnya lebih banyak, ya otomatis panjang baju juga ngikutin volume lemaknya. LOL.
Eh, beberapa bulan kemudian dia mau endorse lagi. Tapi jujur gue kapok.
Ada juga yang endorse baju customized. Awal pilih-pilih baju gak ada masalah, dan dia sendiri janjiin 3-5 hari selesai. Dalam hati gue, paling seminggu selesai dan sudah sampai di gue. Nyatanya? 1 bulan. Kan PHP.
Alasannya sih banyak. Kena musibah, kecelakaan, penjahit enggak ada dll. Gue langsung mikir, kalo gue yang diendorse aja di-PHP in, gimana orang lain yang mesen ke dia.
Eh bener aja dong, setelah gue posting foto baju dia, langsung banyak yang nge-DM gue begini:
ADVERTISEMENT
"Kak ngapain sih endorse olshop xxxx, bajunya jelek, jadinya lama, bahannya gak bagus"
Bahkan gak 1 2 orang yang langsung komen di IG gue, bilang gini:
"Ih baju si xxx kan jelek, kok mau sih diendorse. Kecewa deh!"
Duh, salah deh gue nge-endorse ini online shop.
Cerita lain, setelah posting baju endorse-an, banyak yang pesan bajunya ke online shop itu. Selang sebulan kemudian, banyak yang DM gue, mereka bilang dia mesen baju yang persis kayak baju gue, sudah ditransfer dan dijanjiin 2 minggu selesai. Nyatanya, sudah sebulan lebih enggak dikirim-kirim itu baju. Di WA, DM, dan LINE enggak respon.
Sampai akhirnya, gue ikut turun tangan DM olshop bersangkutan. Karena mau gak mau gimanapun juga itu masih menyangkut nama gue.
ADVERTISEMENT
OH IYA, gak sedikit juga online shop yang PHP. Sudah fix mau endorse ini dan itu, bahkan sampai bawel tanya-tanya prosedurnya, tapi habis itu hilang bak ditelan bumi.
Satu lagi gue nemu, online shop mau endorse gue, dari bulan MARET. Tapi ternyata barangnya baru dikirim SEPTEMBER. Astagah gue aja udah lupa. LOL.
Di lain sisi, gue menetapkan fee endorse untuk setiap baju yang gue pakai dan gue upload ke IG. Gak banyak, gak sampai Rp 500 ribu, masih di angka Rp 100 ribu sekian-sekian.
Dan setelah gue berdiskusi dengan banyak pihak, banyak yang bilang kalau tarif endorse gue masih standar, alias enggak terlalu mahal dan murah.
Tapi lucunya, masih banyak online shop yang menawar fee endorse gue. Sambil setengah bercanda, mereka nanya bisa enggak kalau didiskon lagi. Gue langsung tegas bilang NGGAK BISA.
ADVERTISEMENT
Kenapa?
1. Foto endorse penuh effort. Blak-blakan aja ya, gak jarang gue minta tolong adek gue atau temen gue untuk fotoin. Sebagai imbalannya, Sushi Tei atau minimal Starbucks pasti gue beliin. Bahkan pernah gue sewa 1 studio plus fotografer untuk fotoin 27 baju endorse. Coba hitung berapa biaya sewa studio plus jasa fotografer + beliin makan (yang dalam hal ini, lebih banyak gue keluar duit daripada fee untuk gue sendiri).
2. Maaf-maaf nih ya, beberapa olshop bilang setiap baju yang gue endorse dan upload ke Instagram sering sold out. Coba deh hitung, berapa keuntungan yang lo dapet dari endorse gue dan bayar fee endorse, hasilnya pasti lebih banyak keuntungannya kan?
ADVERTISEMENT
3. Oh iya, mau foto bagus yang INSTAGRAMABLE juga penuh usaha. Gak jarang gue sengaja keluar duit lebih untuk jalan ke luar ke tempat-tempat yang lucu.
4. Gue harus punya modal, kamera. Yakin deh setiap selebhraaaamm pasti pada punya kamera, minimal compact camera atau mirrorless yang tau sendiri harganya mahal. Bahkan beberapa influencer yang sering gue ketemu di acara-acara gitu pada bawa fotografer sendiri plus kameranya DSLR fixed lens. Hah, kurang bermodal apa coba? Jadi masih mau nawar?
Makanya sekarang-sekarang ini, gue lebih selektif banget dalam nerima endorse. Enggak harus banyak yang endorse, yang lebih penting buat gue adalah barang yang gue endorse sesuai dengan kepribadian dan sifat gue; simplycity, pastel colors, bubbly personality, suka makan, blak-blakan, rada galak (tapi untuk mengedukasi). Oh iya, gak jarang online shop owner malah jadi sering ngobrol dan sahabatan. Bahkan dari situ ada project-project bareng yang bisa dikerjain sama-sama. Seneng!
ADVERTISEMENT
Gue masih terima endorse makanan, karena emang gue suka makan. Gue terima endorse hijab pashmina dan nolak tegas endorse hijab segiempat karena bukan gue banget. Gue juga udah gak mau lagi endorse mukena, karena kayanya segala sesuatu yang ada urusannya sama Tuhan enggak perlu di-showing off yaa..
Anyway, segini dulu curhatan hari ini. Duh, padahal gue lagi banyak kerjaan tapi malah curhat. Yawdahlah yaaaa. See you on the next post!
Instagram: @kemalasari