Kebijakan Plastik Berbayar: Solusi atau Bisnis yang Dibayar?

Intan Larasati
Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Konten dari Pengguna
28 April 2022 11:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Larasati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : pixabay.com
ADVERTISEMENT
Fakta tentang sampah nasional sudah cukup meresahkan, yaitu bahwa Indonesia adalah peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut setelah Tiongkok. Selain itu, sampah plastik hasil dari 100 toko atau gerai anggota APRINDO selama satu tahun menghasilkan 10,95 juta sampah kantong plastik. Kebijakan pengenaan kantong plastik berbayar ini sejalan dengan amanat UU No.18 Tahun 2008 terutama pada pasal 19 dan 20.
ADVERTISEMENT
Tingginya jumlah angka plastik ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan meminimalisir penggunaan plastik karena plastik merupakan sampah yang sulit terurai bahkan hampir tidak bisa, selain itu hal ini disebabkan jenis kantong plastik yang dikumpulkan oleh pemulung tidak laku untuk didaur ulang oleh industri daur ulang.
Kesadaran masyarakat Indonesia akan kebijaksanaan menggunakan plastik masih sangat kurang. Plastik sudah seperti menjadi kebutuhan pokok, hampir semua kegiatan pasti menggunakan plastik. Untuk mengubah kebiasaan ini tentu tidak mudah, mengubah kebiasaan ini pasti diperlukan beberapa kebijakan dari pemerintah dan diperlukan proses yang tidak sebentar. Selain pemerintah, masyarakat juga menjadi aspek penting dalam mengatasi permasalahan ini. Percuma pemerintah memberikan kebijakan namun masyarakat tidak memiliki kesadaran akan hal itu. Namun, sebaliknya apabila masyarakatnya memiliki kesadaran dan kepekaan akan lingkungan sekitar yang tinggi maka kebijakan tak menjadi perubahan besar dan culture shock bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Salah satu kebijakan yang dilakukan dibeberapa daerah ialah kebijakan plastik berbayar. Kebijakan ini menjelaskan ketika kita berbelanja di tempat perbelanjaan maka kita harus membayar kantong plastik yang digunakan sebagai wadah barang belanjaan. Dengan ini diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat agar mempertimbangkan penggunaan plastik karena harus membayar. Hal ini memberikan dampak berupa kesadaran bahwa kita harus mengurangi penggunaan sampah plastik.
Harga kantong plastik tidak terlalu mahal Rp 200-Rp 500. Dengan harga tersebut sebenarnya tidak terlalu berpengaruh, karena masyarakat masih rela mengorbankan uangnya untuk membeli kantong plastik. Sebagian orang menilai bahwa kebijakan ini tidak efektif karena tidak semua tempat perbelajaan menerapkannya. Di pasar tradisional penggunaan plastik masih sangat besar, karena menilai plastik merupakan media yang mudah didapat dan harganya murah. Mengurangi penggunaan sampah plastik di pasar tradisional lebih sulit dibandingkan di pasar modern, hal ini dikarenakan konsumen pasar tradisional memiliki pemikiran yang belum berwawasan masa depan.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan dalam mewujudkan Indonesia bebas plastik sebenarnya tergantung masyarakatnya sendiri. Kesadaran adalah kunci keberhasilan untuk mewujudkannya. Dalam membangun kesadaran ini harus dilakukan melalui beberapa cara tidak hanya pemerintah, namun masyarakat juga saling mendukung satu sama lain. Kesadaran ini dapat dibangun dengan cara memberikan sosialisasi mengenai keadaan lingkungan jika kita terus-menerus menggunakan plastik yang sulit untuk terurai, bagaimana cara kita memanfaatkan sampah plastik agar lebih berguna, dan pentingnya memilah antara sampah organik dan non organik. Memilah sampah merupakan hal sederhana namun sangat besar manfaatnya, dengan dipilah sampah plastik dapat dijual ke industri daur ulang atau bahkan bisa diekspor ke luar negeri. Dengan kita memisahkan sampah plastik maka sampah plastik tersebut masih dalam keadaan bersih dan tidak tercampur dengan sampah organik yang bisa basi dan membuat plastik tersebut kotor.
ADVERTISEMENT
Di kalangan orang awam yang tidak mengetahui tujuan kebijakan ini menilai bahwa kebijakan ini hanyalah strategi bisnis untuk memperoleh keuntungan. Banyak kalangan ibu rumah tangga yang tidak setuju dengan kebijakan ini karena bisa tekor apabila belanjaannya banyak. Namun, sebenarnya hal ini dapat diatasi, apa sulitnya membawa tas sendiri dari rumah atau bisa menggunakan kardus yang sudah tidak digunakan, biasanya tempat perbelajaan menyediakan secara gratis. Jika kemalasan akan membawa tas sendiri ini terus dibiarkan maka permasalahan sampah plastik tidak dapat teratasi. Alangkah baiknya jika tempat perbelanjaan tidak usah menyediakan kantong plastik lagi.
Dengan begitu konsumen mau tidak mau membawa barang belanjanya menggunakan tas sendiri, kardus atau bahkan membawanya dengan tangan saja. Sangat disayangkan ketika membeli barangnya tidak seberapa namun menggunakan plastik. Di pasar tradisional juga demikian setiap membeli disatu tempat penjual berarti mendapatkan satu plastik padahal ketika berbelanja di pasar tradisional pasti lebih dari satu penjual yang dagangannya kita beli, artinya setiap kita belanja di pasar tradisional kita bisa menggunakan 3 plastik bahkan lebih. Itu baru satu orang dalam satu hari, bayangkan satu Indonesia seperti itu, alangkah mirisnya jika itu tetap dibiarkan menjadi tradisi bangsa ini.
ADVERTISEMENT
Mayoritas seseorang menggunakan plastik sekali pakai sehingga tidak perlu susah payah mencucinya melainkan langsung membuangnya. Kasus ini dapat kita jumpai ketika acara pertemuan, masih banyak sekali penggunaan plastik sekali pakai, contohnya penggunaan gelas plastik sekali pakai. Penggunaan gelas sekali pakai ini masih banyak sekali dan hal ini disayangkan mengapa harus menggunakan yang sekali pakai padahal yang lebih ramah lingkungan pun sudah ada. Seperti penggunaan gelas yang terbuat dari kertas. Namun, sudah banyak kedai yang memberlakukan kebijakan seperti jika membawa tempat minum sendiri mendapatkan diskon dan apabila dibawa pulang terkena pajak yang nilainya lumayan mahal. Dengan ini masyarakat terdorong untuk mengikutinya karena ia mendapatkan keuntungan dan rugi jika tetap memilih menggunakan tempat sekali pakai karena pematokan harga yang tinggi sangat menjadi pertimbangan masyarakat. Hal ini dapat mengurangi penggunaan sampah plastik setiap harinya, walaupun terlihat sederhana, namun itu sangat berdampak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, saat ini sudah ditemui beberapa toko menggunakan plastik yang ramah lingkungan. Plastik ini terbuat dari bahan bahan alami seperti plastik yang terbuat dari singkong. Inovasi ini sangat luar biasa karena kita tetap bisa menggunakan plastik namun plastik tersebut bisa diuraikan, untuk bahan bakunya sendiri pun sangat mudah didapatkan di Indonesia. Kelemahan produk ini harganya sedikit lebih mahal dari plastik sekali pakai maka hanya perusahaan menengah atas yang dapat menggunakannya, karena perusahaan menengah kebawah akan rugi apabila menggunakan kemasan yang harganya lebih mahal. Inovasi ini memberikan kontribusi dalam pengurangan penggunaan sampah plastik.
Kasus lain seperti kebijakan pemerintah di Bali yang melarang penggunaan sampah plastik, tidak menekankan pada plastik berbayar tetapi langsung melarang penggunaan plastik. Cara ini jauh lebih efektif karena dengan adanya larangan ini mau tidak mau harus mengikuti jika melanggar akan mendapatkan sanksi. Dalam menyikapi hal tersebut masyarakat Bali yang bergerak di bidang kuliner mengambil jalan dengan cara mengganti alat-alat makan yang sebelumnya menggunakan plastik sekali pakai menjadi alat reuseable seperti mengganti sedotan plastik dengan sedotan bambu. Hal serupa pun dilakukan oleh masyarakat yang berkecimpung dibidang pertokoan, mereka mengganti mengganti kantong plastik menggunakan paper bag atau tas kain.
ADVERTISEMENT
Bali sangat tegas dalam menyikapi hal ini karena Bali adalah daerah pesisir yang artinya memiliki banyak pantai sehingga sangat mengkhawatirkan apabila penggunaan sampah plastik tidak dikurangi. Apabila pengguna sampah plastik tinggi maka tidak menutup kemungkinan bila sampah tersebut akan mencemari lingkungan pesisir yang nanti akan berdampak fatal jika dibiarkan terus menerus. Dengan ini, diharapkan daerah lain bisa mencontohnya karena apabila hanya dilakukan satu daerah saja angka penurunan sampah plastik sulit untuk ditekan. Masyarakat perlu sedikit digebrak untuk melakukan suatu perubahan.
Kebijakan plastik berbayar akan tetap sia-sia jika masyarakatnya tidak memiliki pengetahuan akan hal itu. Ketika kita mengetahui dengan benar apa sebenarnya maksud dari kebijakan itu pasti kita akan memahami dan mematuhi kebijakan tersebut. Penerapan kebijakan plastik berbayar dinilai kurang efektif, Kementrian Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK), mengedepankan pengurangan plastik sekali pakai bukan terminologi plastik berbayar. Konsep ini bisa dianggap hanya sebatas bisnis karena pengurangan plastik ini menerapkan prinsip pengurangan beban sampah yang dibuang ke lingkungan tersebut, maka pembuangan kantong plastik berbayar pada tahun 2016 tidak diteruskan.
ADVERTISEMENT
KLHK saat ini sedang menyusun rancangan peraturan menteri LHK terkait dengan pengurangan sampah plastik dari kantong belanja plastik sekali pakai. Konsep yang dibuat adalah pembatasan penggunaan kantong belanja namun yang mudah terurai ke lingkungan seperti yang berasal dari nabati dan harganya tetap terjangkau sehingga semua kalangan dapat menggunakannya. Wakil Ketus Umum Asosiasi Industri, Aromatika, Olefin dan Plastik (Inaplas) menyebut bahwa permasalahan limbah plastik terletak pada pengolahannya bukan penggunaannya. Seharusnya kita lebih berfokus kepengalaan pengolahan sampah. Seperti Amerika dan Jerman mereka merupakan penghasil sampah plastik dengan jumlah besar karena jumlah penduduknya pun juga besar tetapi sampah plastik tidak menjadi permasalah besar. Hal ini terjadi karena mereka mengetahui cara pengolahan samplah plastik yang benar sehingga sampah plastik tersebut bisa diubah menjadi hal yang lebih bernilai lagi. Dengan demikian, pelaku-pelaku ekonomi yang bergerak dibidang industri plastik tetap tidak dirugikan
ADVERTISEMENT
Dalam hal pengolahan sampah plastik kita bisa melihat dari beberapa negara yang sukses dalam mengatasi permasalah pengolahan sampah plastik. Pertama ialah negara Jerman. Jerman adalah negara dengan tingkat daur ulang sampah terbaik di dunia berdasar data dari Eunomia, yang dikutip oleh World Economic Forum. Di Jerman, presentase sampah yang diolah kembali sudah di atas 50%. Sistem pengolahan dan pemilahan yang dilakukan Jerman sederhana namun mendetail. Kotak pembuangan sampah ‘warna-warni’ yang ada di sekitar daerah tempat tinggal, mendorong pemilahan dilakukan oleh tiap-tiap individu atau setidaknya dari rumah masing-masing.
Pengolahan sampah dan pembuangan limbah di Jerman dimulai dari lingkungan tempat tinggal, perkantoran, perusahaan dan pertokoan. Dari titik awal produksi sampah, sampah diklasifikasikan menurut jenisnya. Setiap bangunan tempat tinggal, toko, kantor, restoran, supermarket dan industri di Jerman harus memiliki setidaknya dua jenis tempat sampah yang disediakan oleh dinas kesehatan kota setempat. Ada empat jenis sampah yang dipilah di Jerman. Mereka membuang sampah ke dalam 4 tong sampah yang memiliki 4 warna biru, hitam, kuning dan coklat. Selain itu, terdapat 3 jenis limbah lainnya yaitu limbah pakaian bekas, limbah gelas dan limbah botol plastik.
ADVERTISEMENT
Kedua adalah negara Jepang. Pengelolaan sampah plastik di Jepang sudah sangat maju. Budaya pengelolaan sampah plastik di Jepang sudah sangat maju bila dibandingkan Dengan Indonesia. Kondisi di Jepang plastik masih dibagikan secara gratis. Dalam pengelolaan sampah ini Jepang menggolongkan 8 jenis sampah plastik yang berbeda. Pengkategorian ini mempermudah me-recycle sampah plastik yang dibuang masyarakat. Untuk satu botol minum saja, ada 3 bagian sampah yang dimasukkan ke kantong yang berbeda. Tutupnya dibuang sendiri, label plastiknya dibuang sendiri dan terakhir botolnya dibuang di tempat sendiri. Membuang sampah plastik sesuai dengan kategorinya ini bukanlah tugas petugas kebersihan, melainkan dari kesadaran kita sendiri agar proses daur ulang menjadi lebih mudah.
Dalam proses pengambilan sampah Jepang juga memiliki beberapa peraturan yang harus ditepati oleh masyarakat. Peraturan tersebut antara lain, setiap pagi harus menaruh sampah di depan rumah, sampah sudah harus dipisahkan sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan, dan pengambilan sampah memiliki jadwal berdasarkan jenis sampahnya. Apabila masyarakat tidak memenuhi salah satu aturan tersebut maka akan mendapatkan konsekuensi seperti sampah akan menumpuk dan sampah dikembalikan petugas apabila belum dipisahkan sesuai kategori dan apabila tidak sesuai hari jadwal maka sampah yang salah juga akan dikembalikan. Dengan cara seperti ini masyarakat bisa disiplin dalam membuang sampah. Karena jika tidak mematuhi aturan mereka yang menerima kerugian itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Pengolahan sampah plastik di Jepang yang sangat luar biasa baru-baru ini dilaksanakan, hal ini tampak dalam pelaksanaan Tokyo Olympic 2020. Hal ini tampak pada beberapa peralatan yang digunakan antara lain medali yang digunakan merupakan proses daur ulang dari barang-barang elektronik yang sudah tidak digunakan. Hal lain terlihat dari tempat tidur yang digunkan para atlet yang terbuat dari kardus. Hal ini merupakan implementasi dari penggabungan IPTEK dengan pengolahan sampah. Cara tersebut dapat menjadi contoh untuk negara-negara lain yang masih menjadikan sampah plastik sebuah masalah. Termasuk Indonesia harus membangun inovasi-inovasi seperti itu, untuk mengatasi tingkat sampah plastik yang semakin tinggi.
Di Indonesia mulai melakukan hal serupa seperti penggunaan ilmu teknologi pangan dalam mengatasi permasalahan ini. Muncul inovasi kemasan bumbu mie instan ketika disiram air panas plastik tersebut akan larut ketika terkena air panas. Inovasi ini harus terus dikembangkan dan digunakan untuk menggantikan plastik sekali pakai. Dengan langkah kecil ini dapat membawa dampak besar apabila kita telaten menekuni. Upaya lain yang juga dilakukan Pemerintah Indonesia adalah dengan menggalangkan kampanye perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat. Kampanye tersebut bertujuan untuk menyadarkan mengenai pentingnya memilih barang yang akan dipakai agar tidak menjadi sampah baru. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang 70% wilayahnya adalah laut, Indonesia menjadi negara yang fokus dan berkomitmen untuk mengatasi persoalan sampah plastik. Terlebih, pada 2028 mendatang Pemerintah Indonesia menargetkan sampah bisa berkurang hingga 30%.
ADVERTISEMENT
Mengingat pentingnya pengelolaan dan pengurangan sampah, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menerapkan semua regulasi yang sudah dibuat berkaitan dengan program tersebut. Kemudian, kontribusi pihak swasta dalam program tersebut akan terus dilibatkan dan dipantau. Dalam upaya penanganan sampah, Presiden Joko Widodo sudah mengeluarkan langkah strategis seperti Peraturan Presiden No.97/2017 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Upaya penanganan sampah agar bisa lebih baik, juga dilakukan dimulai dari rumah. Hal itu dilakukan dengan menanamkan pola pikir yang cerdas kepada seluruh anggota keluarga, terutama generasi muda yang ada.
Setelah melihat gambaran kasus peningkatan jumlah sampah plastik di Indonesia kita dapat mengetahui pada kondisi ini tidak bisa dianggap remeh lagi. Melihat beberapa cara negara yang berhasil mengolah sampah plastik secara maksimal. Kunci keberhasilan terletak pada masyarakatnya sendiri dan ketegasan pemerintah dalam mengatur rakyatnya. Kedua unsur tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Kelembagaan pengelola sampah di Indonesia belum jelas antara regulator dan operator. Indonesia masih menghadapi kendala terbatasnya sumber pendanaan baik untuk investasi, operasi dan pemeliharaan yang mengakibatkan pengelolaan sampah kurang optimal.
ADVERTISEMENT
Peraturan terkait persampahan Indonesia masih terbatas, baik secara nasional maupun peraturan daerah, penegakan hukum masih lemah seperti kurangnya ketegasan hukum ketika terdapat seseorang yang membuang sampah sembarangan. Di Indonesia kesadaran masyarakat untuk ikut serta mengelola sampah plastik masih rendah. Komitmen penuh dari pemerintah, baik pemerintah, baik pemerintah pusat dan peningkatan peran serta masyarakat, swasta maupun perguruan tinggi menjadi salah satu kunci keberhasilan sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi dan ramah lingkungan di Indonesia.
Dapat disimpulkan, seharusnya langkah terkait pengenaan kantong plastik berbayar harus lebih progresif lagi, yakni menggunakan kantong plastik ber-SNI, sesuai rekomendasi oleh BSN dan KLHK, yaitu kantong plastik yang mudah terurai oleh lingkungan. Masifnya penggunaan kantong plastik memang sudah sangat memprihatinkan. Pengenaan kantong plastik berbayar sebaiknya tidak hanya menyasar retailer modern tetapi juga pasar tradisional. Selain itu, kemasan plastik untuk untuk makanan, minuman dan kosmetik salah satu sumber pencemaran lingkungan. Seiring berjalannya waktu kebijakan ini menuai berbagai kritikan karena dianggap tidak efektif. Banyak pelaku usaha yang memanfaatkan situasi ini untuk mengambil keuntungan.
ADVERTISEMENT
Tujuan awal untuk menjaga lingkungan dan Indoenesia bebas dari sampah plastik kini hanya menjadi mimpi belaka. Karena pada kenyatannya konsumen masih saja menggunakan plastik untuk membawa barang belanjannya. Parahnya banyak supermarket yang merupakan sasaran utama kebijakan tersebut malah memanfaatkan momen ini. Mereka tidak menginstruksikan lagi untuk tidak menggunakan plastik. Bahkan saat ini harga kantong plastik langsung dimasukkan ke biaya belanja. Hal ini menjadi penyelewengan karena tidak berorientasi untuk lingkungan justru menjadi orientasi untuk memperoleh keuntungan. Karena para kasir swalayan maupun supermarket tidak lagi melakukan penghimbauan untuk tidak menggunakan kantong plastik. Mereka terkesan mendukung agar konsumen menggunakan kantong plastik, karena dengan demikian mereka bisa mendapat keuntungan. Seiring berjalannya waktu kebijakan tersebut dijadikan keuntungan baru bagi produsen kantong plastik.
ADVERTISEMENT
Kantong plastik berbayar bukan lagi bertujuan untuk menekan jumlah plastik melainkan sudah menjadi modus baru untuk meraup keuntungan. Para pelaku ekonomi yang diharapkan untuk bisa mensosialisasikan Indonesia tanpa kantong plastik ternyata layak dipertanyakan. Dapat deismpulkan bahwa kantong plastik berbayar sudah tidak efektif lagi. Harus ada acara yang lebih keras dan tegas untuk menekan angka sampah plastik yang menyebabkan banyak pencemaran lingkungan. Mayarakat merupakan bagian yang sangat kuat dalam program Indonesia bersih dari sampah plastik. Penerapan plastik berbayar bisa efektif apabila masyarakat mau mematuhi untuk tidak menggunakan plastik. Serta membawa tempat sendiri jika berbelanja. Hargan yang murah nampaknya tidak terlalu membebani masyarakat. Akibatnya plastik dijadikan bisnis baru oleh beberapa orang.
ADVERTISEMENT