Konten dari Pengguna

Rahasia dan Tips: Sains di Balik Transformasi Beras Menjadi Nasi Pulen

Intan Oktaviani
Saya dari mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa JurusanTeknologi Pangan
18 Oktober 2024 13:18 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beras merupakan makanan pokok yang sudah lama menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia bahkan di negara Asia. Sebagai makanan pokok, nasi yang pulen, lembut, dan lezat selalu menjadi dambaan banyak orang saat menyantap hidangan. Di balik tekstur nasi pulen yang kita nikmati sehari-hari, terdapat proses ilmiah yang menarik dan kompleks. Pemilihan jenis beras, kandungan amilosa dan amilopektin, hingga teknik memasak memainkan peran penting dalam menciptakan nasi yang sempurna. Artikel ini akan mengungkap rahasia sains di balik transformasi beras menjadi nasi pulen yang tidak hanya meningkatkan pengalaman makan, tetapi juga menggugah minat kita terhadap sains di dapur. Mari kita telusuri bagaimana ilmu pengetahuan dapat memperkaya setiap butir nasi yang tersaji di meja makan kita.
ADVERTISEMENT
Rahasia utama dalam menentukan apakah nasi akan menjadi pulen atau tidak terletak pada kandungan pati dalam beras, yaitu amilosa dan amilopektin. Keduanya adalah komponen utama pati yang mempengaruhi tekstur nasi. Amilosa merupakan jenis pati yang lurus dan tidak mudah mengembang ketika dipanaskan. Beras dengan kadar amilosa tinggi, seperti pada beras biasa yang sering digunakan untuk membuat nasi goreng akan menghasilkan nasi yang cenderung keras dan tidak lengket. Sedangkan Amilopektin adalah jenis pati bercabang yang dapat mengembang lebih baik ketika dipanaskan, menjadikannya lebih lengket. Beras dengan kadar amilopektin tinggi, contohnya seperti pada beras ketan yang cenderung menghasilkan nasi lebih lembut dan pulen. Jadi, Jenis beras yang ideal untuk nasi pulen biasanya mengandung kadar amilosa yang sedang. jenis beras seperti beras Japonica yang sering digunakan dalam masakan Jepang dan Korea. Beras tersebut dikenal memiliki tekstur pulen karena keseimbangan amilosa dan amilopektin yang sempurna.
ADVERTISEMENT
Dalam pemasakan beras menjadi nasi yang pulen terjadi proses yang disebut dengan proses gelatinisasi. Gelatinisasi pati adalah proses di mana pati mengalami perubahan struktural dan berubah menjadi substansi yang menyerupai gelatin. Proses ini terjadi ketika pati dipanaskan dalam air atau larutan yang cukup, sehingga butiran-butiran pati membengkak dan melepaskan amilosa serta amilopektinnya ke dalam air. Akibatnya, larutan pati menjadi lebih kental, lengket, dan memiliki tekstur yang lebih kenyal daripada pati dalam bentuk butiran kering. Proses gelatinisasi pati penting dalam berbagai aplikasi pangan dan masakan. Ketika pati mengalami gelatinisasi, hal ini dapat membantu dalam pembentukan tekstur, viskositas, dan kemampatan dalam makanan. Proses gelatinisasi juga dapat mempengaruhi rasa dan sifat aliran bahan pangan. Kemampuan pati untuk mengalami gelatinisasi bervariasi tergantung pada jenis pati dan kondisi pemanasan. Sebagian besar jenis pati akan mengalami gelatinisasi pada suhu tertentu, dan tingkat gelatinisasi dapat dikontrol oleh suhu, waktu pemanasan, dan komposisi larutan (Kusnandar, 2019).
ADVERTISEMENT
Setelah terjadi proses gelatinisasi, beras yang awalnya keras dan kering akan berubah menjadi nasi yang pulen dan lembut
Selain pada kandungan amilosa dan amilopektin, proses memasak beras dengan benar juga menjadi penentu penting dalam mendapatkan nasi yang pulen. Salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan adalah perbandingan air dan beras. Jumlah air yang tepat sangat krusial karena air membantu pati dalam beras untuk terurai dan mengembang dengan sempurna. Jika air terlalu sedikit, nasi akan menjadi kering dan keras, sedangkan jika terlalu banyak, nasi akan berubah lembek dan lengket. Secara umum, perbandingan 1:1,5 atau 1:2 antara beras dan air sering digunakan, tergantung pada jenis beras yang dimasak. Selain itu, suhu dan waktu memasak juga memainkan peran penting. Beras dimasak pada suhu tinggi hingga air mendidih, kemudian disusutkan pada suhu rendah untuk memberikan waktu kepada molekul pati, khususnya amilopektin agar bisa mengembang dan menciptakan tekstur nasi yang lembut. Setelah beras matang, penting untuk memberikan waktu pada nasi untuk mengalami penguapan. Nasi sebaiknya didiamkan selama beberapa menit dengan tutup panci tetap tertutup, sehingga uap yang terperangkap dapat menyerap kembali ke dalam butiran nasi, sehingga menghasilkan nasi yang lebih merata dan pulen.
ADVERTISEMENT
Nasi pulen yang sempurna bukan sekadar hasil dari teknik memasak yang baik, tetapi juga hasil dari pemahaman akan sains di balik prosesnya. Pemilihan beras yang tepat, hingga pengaturan perbandingan air dan waktu memasak, semuanya berperan dalam menciptakan nasi yang lezat dan lembut di lidah. Dengan mengetahui rahasia sains ini, kita dapat lebih menghargai setiap proses di balik sepiring nasi yang kita nikmati setiap hari. Nasi yang mungkin terlihat sederhana, ternyata menyimpan keajaiban ilmiah yang menghubungkan tradisi kuliner dan inovasi teknologi. Sehingga, setiap kali kita menyantap nasi pulen, ingatlah bahwa ada ilmu pengetahuan yang bekerja di balik setiap butirannya.
Referensi:
Kusnandar, F. 2019. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: PT Bumi Aksara.
ADVERTISEMENT