Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Catatan Perjalanan Pulang ke Dompu dengan tiket.com
14 Januari 2018 5:39 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
Tulisan dari Intan Putriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian memantau harga tiket untuk ke suatu tempat selama berbulan-bulan sebelum perjalanan dilakukan? Lalu kalian membuat itinerary, namun belum tahu kapan perjalanan itu akan benar-benar dilakukan?
ADVERTISEMENT
Tahun 2014 lalu, saya masih sebagai mahasiswi tahun kedua di salah satu universitas swasta di Jakarta. Saya berasal dari Dompu Nusa Tenggara Barat. Sejak kuliah saya belum pernah pulang kampung. Alasannya karena pulang ke Dompu itu mahal dan jauh. Dompu merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan timur pulau Sumbawa. Keluarga besar saya tinggal di desa yang jaraknya sekitar 10 km dari pusat kabupaten.
Di Dompu tak ada bandara, tak ada pelabuhan, tak ada stasiun, yang ada hanyalah sebuah terminal kecil untuk perjalanan bis antar kota dan provinsi. Perjalanan dari Jakarta ke Dompu menggunakan bis memerlukan waktu tiga hari, tiga malam. Jika ingin menggunakan moda transportasi pesawat untuk menuju Dompu, dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui bandara yang terletak di kabupaten Bima. Kedua, melalui bandara internasional Lombok. Jika menuju Dompu menggunakan bis, harga tiket bis sama mahalnya dengan harga tiket pesawat. Bahkan kalau mau menggunakan pesawat di musim liburan, selisih harganya hanya sedikit.
ADVERTISEMENT
Tak pulang kampung bukan berarti tak rindu. Rindu bagi saya adalah sebuah dorongan untuk terus belajar dan menyibukkan diri dengan aktivitas kampus. Namun, ada hal konyol yang kadang saya lakukan di awal-awal. Kalau saya rindu rumah dan ingin pulang, saya akan segera menyusun rencana kepulangan dengan panduan #tiketkemanapun melalui situs tiket.com, lalu menuliskannya di buku catatan.
Entah mengapa harus tiket.com. Sampai saat ini saya tak menemukan alasan persis kenapa saya memilih tiket.com untuk mengecek harga #tiketkemanapun. Memang sejak di awal-awal kuliah saya sering menggunakan tiket.com untuk memesan tiket kereta api ke Jogja dan beberapa kali membantu teman yang ingin membeli tiket pesawat ke Kalimantan atau ke Sumatera. Pada saat itu, dengan memanfaatkan wifi kampus yang sangat lancar, saya mulai suka menyusun itinerary untuk pulang ke Dompu atau ke kota-kota di pulau Jawa dengan berbagai alternatif. “Rencanakan saja dulu, rejeki Tuhan yang mengatur” begitu prinsip saya.
ADVERTISEMENT
Selama dua tahun tidak pernah pulang kampung, cobaan terberat bagi saya adalah pada saat bulan puasa 2014. Saya rindu kampung halaman, rindu suasana ramadhan di kampung. Tekad saya saat itu hanya satu; pulang! Tak ada yang lain. Keinginan saya menjadi semakin besar seiring menjelang idul fitri. Bagaimana pun caranya saya harus pulang ke Dompu!
Usaha mengumpulkan uang sedikit demi sedikit saya lakukan termasuk meminjam pada teman. Sampai di H-10 lebaran, ternyata uang yang saya kumpulkan belum cukup. Tapi saya tidak menyerah untuk terus memantau harga tiket pesawat melalui tiket.com dari Jakarta menuju Bima. Namun, semakin menjelang lebaran harga semakin merangkak, uang yang saya miliki semakin tidak cukup. Perasan optimis saya juga ikut menyusut.
ADVERTISEMENT
Libur kampus biasanya di H-seminggu lebaran, jadi masih ada 2 hari lagi. Saat itu saya juga masih menjalankan aktivitas kuliah terakhir sebelum masa liburan yang panjang akan dimulai. Hingga tanpa sengaja saya membaca pengumunan yang tertera di papan pengumuman dekat lift bangunan utama kampus. "Pemenang Lomba Karya Tulis diharapkan segera ke bagian kemahasiswaan". Karena merasa sebagai salah satu pemenang lomba, saya langsung menuju ruang kemahasiswaan. Hadiah Lomba tersebut ternyata uang tunai yang sangat cukup untuk biaya kepulangan saya ke Dompu.
Pada saat itu saya bersyukur sekali, Tuhan memang menjawab setiap do’a yang saya panjatkan selama ini, bersama rindu-rindu yang saya abadikan dalam catatan perjalanan pulang yang saya susun. Namun, kenyataan lainnya yang baru saya ingat adalah ada adik laki-laki saya juga ada di Jakarta. Mengapa adik saya juga terjebak di kota ini?
ADVERTISEMENT
Begini ceritanya, sekitar dua bulan sebelum bulan puasa, saya mengurusi berkas pendaftaran beasiswa untuk enam orang anak dari desa saya. Sama seperti dii tahun sebelumnya, saya juga mendaftarkan satu orang adik kelas dari Dompu untuk mendapatkan beasiswa yang sama dengan saya. Lalu di tahun 2014 saya kembali menawarkan kesempatan yang sama kepada anak-anak di desa untuk mengikuti seleksi beasiswa di kampus saya. Saya percaya bahwa ada banyak anak-anak di desa yang juga mampu untuk kuliah kalau ada kesempatan mendapatkan beasiswa. Jadi saya mengajak enam orang anak dari desa untuk berangkat mengurus beasiswa, termasuk adik kandung saya.
Seharusnya saya tidak akan terlalu kesepian pada lebaran di tahun 2014 meskipun tidak pulang. Karena sudah ada tujuh orang anak Dompu yang menjadi keluarga kecil saya di kota ini. Namun, saya sudah sangat rindu pada Ibu, Bapak juga adik-adik saya yang lain. Saya pun juga tidak tega harus meninggalkan adik saya bersama teman-temannya di Jakarta. Sehingga uang hadiah lomba yang tadi sebenarnya cukup untuk biaya pulang menggunakan pesawat, harus saya pikirkan untuk kepulangan berdua dengan adik saya.
ADVERTISEMENT
Membuka kembali catatan perjalanan yang sudah saya buat selama ini. Saya duduk dengan laptop yang sudah tersambung dengan internet kampus. Di laptop sudah ada portal https://www.tiket.com/kereta-api yang bahkan sudah otomatis muncul pada mesin pencarian. Saya harus membuat rencana kepulangan secepatnya menggunakan transportasi darat tetapi bukan naik bis langsung ke Dompu, mengingat mahalnya tiket menjelang lebaran tak tak ada bedanya dengan biaya naik pesawat.
Saya segera mencari tiket menuju Jogja untuk dua orang. Hal yang mustahil ada saat itu, karena seminggu lagi lebaran. Alternatif lain ke Jogja adalah naik bis. Saya segera menghubungi teman yang bisa membantu memesankan tiket bis dari terminal Pulogadung ke terminal Giwangan untuk besok siangnya. Pada halaman https://www.tiket.com/kereta-api saya mengganti pencarian; stasiun asal Lempuyangan menuju stasiun Banyuwangi Baru. Tiket kereta masih tersedia dan sesegera mungkin saya melakukan pemesanan. Sebelum melakukan pembayaran, saya terlebih dahulu memastikan ketersediaan tiket bis menuju Jogja kepada teman saya tadi dan ia mengatakan ada. Saya bergegas untuk segera melakukan pembayaran tiket kereta yang sudah saya pesan.
ADVERTISEMENT
Salah satu rencana kepulangan yang sudah saya buat di dalam catatan perjalanan selama ini salah satunya adalah menggunakan kereta api. Kereta yang bisa mengantarkan sampai ke ujung timur pulau jawa, yaitu Banyuwangi. Dari Banyuwangi, harus naik kapal melalui pelabuhan Ketapang menuju ke pelabuhan Gilimanuk, Bali. Sesampai di pelabuhan Gilimanuk, harus berpindah pelabuhan menaiki angkutan umum yang tersedia di luar pelabuhan menuju terminal Denpasar. Lalu, di terminal Denpasar harus berpindah angkutan umum menuju pelabuhan Padang Bai. Dari pelabuhan Padang Bai langsung menaiki kapal menuju pelabuhan Lembar, Lombok. Dari pelabuhan Lembar harus menaiki angkutan umum menuju terminal Mandalika di kota Mataram. Di terminal Mandalika ada bis yang langsung menuju ke Dompu.
Dalam pikiran saya waktu itu, bagaimana caranya agar bisa sampai di Banyuwangi terlebih dahulu. Hingga perjalanan kami menuju Dompu di mulai dengan menggunakan bis dari terminal Pulogadung menuju terminal Giwangan, Jogja. Namun, ada sedikit kendala. Bis yang akan kami tumpangi seharusnya berangkat pada siang hari dari Pulogadung, dan baru muncul tengah malam. Sedangkan tiket keberangkatan dari stasiun Lempuyangan ke Stasiun Banyuwangi Baru sudah dibeli untuk keberangkatan besok siangnya. Saya menyadari bahwa kami tidak akan sampai esok siang di Jogja, saya segera memesan ulang tiket kereta api di https://www.tiket.com/kereta-api untuk hari berikutnya. Namun, tiket dari stasiun Lempuyangan menuju Banywangi Baru telah habis untuk hari berikutnya. Pada saat itulah saya sangat berharap tiket.com memiliki kebijakan untuk pembatalan dan rescedule tiket
ADVERTISEMENT
Saya kembali memeriksa buku catatan perjalanan untuk menemukan alternatif menuju Banyuwangi. Ternyata bisa melalui Surabaya. Saya segera mengecek tiket dari stasiun Lempuyangan menuju stasiun Surabaya Gubeng di https://www.tiket.com/kereta-api. Masih tersedia banyak tempat duduk. Meskipun sudah lewat tengah malam, saya terpaksa memesan tiket tersebut karena takut kehabisan tempat duduk. Lalu saya meminta bantuan teman untuk melakukan pembayarannya.
Setelah sampai di Jogja, kami menginap semalam di tempat teman. Lalu di hari berikutnya langsung melanjutkan perjalanan dari stasiun Lempuyangan menuju stasiun Surabaya Gubeng. Kami sampai di Surabaya sebelum tengah malam, saya sedikit mengobrol dengan tukang ojek di depan stasiun. “Dari sini bisa naik angkot atau ojek menuju terminal, nanti di terminal ada bis ke Banyuwangi” begitu kata salah satu tukang ojek yang saya tanyai.
ADVERTISEMENT
Di musim mudik seperti saat itu, stasiun tidak pernah sepi, jadi saya berdua dengan adik tidak merasa takut untuk melakukan perjalanan di malam hari. Akhirnya, kami memilih naik angkot karena kalau naik ojek akan ribet dengan barang bawaan kami. Juga ada banyak penumpang kereta yang tujuannya sama dengan kami yaitu ke terminal Purabaya. Sesampai di terminal, kami segera mencari bis menuju Banyuwangi.
Sesampai di terminal bis Ketapang di Banyuwangi, kami langsung menuju Pelabuhan dengan naik angkot. Turun dari angkot, kami segera mencari loket pembelian tiket kapal untuk ke Bali. Tak ada kendala apapun dari Banyuwangi sampai perjalanan melewati Bali dan sedang menuju Lombok. Namun, pada saat itu adalah H-2 lebaran. Sedangkan dari Lombok menuju Dompu butuh waktu semalam atau sekitar 10 jam dari Mataram.
ADVERTISEMENT
Tak ada catatan apapun yang saya tulis di buku untuk mempercepat perjalanan itu, sedangkan kami baru akan sampai di pelabuhan Lembar beberapa saat kemudian. Hingga akhirnya saya melihat sosok bis antar provinsi yang begitu saya kenali. Bis perjalanan dari Jakarta menuju Dompu dan Bima. Tanpa berpikir panjang, sebelum supir membawa keluar bis dari kapal, saya berebut naik dengan penumpang bis dan bertanya apakah masih ada kursi kosong kepada supir dan kernet bis “Tidak ada lagi dek, semua kursi penuh” jawab supir prihatin pada saya yang saat itu sangat berharap.
Saya pikir, setidaknya hanya bis tersebut yang bisa mempercepat perjalanan kami untuk sampai di rumah sehari sebelum lebaran. Saya pasrah dan jalan menjauhi bis, lalu tiba-tiba kernet bis bergegas memanggil saya “Dek, mau nggak ikut bis ini tapi duduknya di lorong bis, nanti dikasih kursi” begitu kira-kira arti bahasa Dompu yang ia ucapkan. Saya langsung mengangguk dan kami menyepakati harga untuk tumpangan menuju Dompu. Biaya yang tadinya hanya untuk membiayai kepulangan saya sendiri ternyata cukup untuk dua orang, bahkan tersisa untuk membeli oleh-oleh untuk keluarga di pelabuhan penyeberangan Lombok - Sumbawa.
Tiket.com hanyalah salah satu dari banyaknya agen travel online saat ini. Namun, hanya tiket.com yang sudah melekat di hati saya. Tiket.com sudah menjadi pilihan untuk menemukan harga tiket apapun sejak saya mulai menuliskan lembar pertama dari buku catatan perjalanan yang saya miliki. Buku catatan bisa usang dimakan waktu dan tergantikan oleh buku catatan yang baru. Kini tiket.com sudah muncul dengan tampilan terbaru, dan tak pernah usang di hati orang-orang yang sudah ia temani setiap perjalanannya. Saya buktinya! Dan pulang ke Dompu adalah salah satu kisah dimana saya menemukan kemudahan menyusun rencana perjalanan bersama tiket.com.
ADVERTISEMENT
Dengan wajah barunya, tiket.com akan selalu menemani kebutuhan #tiketkemanapun untuk setiap perjalanan saya berikutnya!