Stop Salahkan #Kidsjamanow

Konten dari Pengguna
16 November 2017 11:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Silvia Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Stop Salahkan #Kidsjamanow
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Foto: Net
ADVERTISEMENT
“Liat deh anak zaman sekarang, gitu amat ya, perasaan dulu aku gak gitu deh”
“Kebanyakan makan micin tuh anak jadinya gitu kan”
Kurang lebih dua percakapan di atas sering saya dengar akhir-akhir ini. Belum lagi, trend istilah Kids jaman now, yang menghiasi diberbagai kanal sosial media, dengan meme yang beragam. Tentu, hal ini hanya untuk hiburan semata. Tapi, coba kita telaah lagi sebenarnya siapa yang salah? Menurut sudut pandang saya tidak ada yang salah karena semuanya saling berkaitan.
Saya sendiri terkadang miris melihat kelakuan anak sekarang. Namun, apa yang mereka lakukan, terjadi juga ketika saya anak-anak. Contoh, anak sekarang sudah berani pacaran, saat SD ada juga teman saya yang pacaran. Mungkin yang menjadi pembeda adalah gayanya karena saat ini semua sudah tersentuh teknologi. Kita satu frame terlebih dahulu untuk penyebutan anak dalam artikel ini. Karena sebenarnya, anak itu banyak fasenya, bahkan usia 20 tahun saja masih disebut anak. Namun, anak di sini kita kategorikan yang biasa diperbincangkan yaitu SD-SMP.
ADVERTISEMENT
Terkadang saya juga berpikir jika mereka (baca:anak-anak) melakukan apa yang dilakukan orang-orang sekitarnya. Misalnya, anak perempuan yang sudah make up, bisa saja meniru kakak atau ibunya (saya tahu ini, ketika ada berita tentang salah satu artis yang mengajarkan anaknya yang berusia 4 tahun untuk make up) atau anak laki bermain PS hingga berjam-jam, bisa juga karena ajakan sang kakak. Karena yang saya liat, ketika di rental PS itu hampir semua kalangan ada, dari mulai anak kecil sekitar umur 5 tahun hingga om-om.
Saya coba menguraikan membahas alasan yang sering digunakan untuk Anak Jaman Now.
Menyalahkan micin, apa yang salah dengan micin? Jangan sampai kita benar-benar menyalahkan micin sebagai faktor utamanya. MSG (Monosodium Glutamat) adalah bahan yang digunakan untuk menyedapkan makanan supaya terasa gurih dan lebih terasa di lidah. MSG juga kita kenal dengan sebutan vetsin atau micin. Menurut Food and Drug Administration (FDA), MSG dikategorikan sebagai zat yang cukup aman dikonsumsi. Aman disini berarti sesuai dosis yang direkomendasikan. Jika berlebihan, bisa terkena efek Chinese Restaurant Syndrome (CSR), istilah ini muncul pertama kali sekitar tahun 1968. Seperti mengutip tulisan Zulfikar Hermawan, ternyata efek pusing dan mual habis makan MSG ini bukan diakibatkan oleh MSG, tapi lebih tepatnya diakibatkan oleh glutamat. MSG itu adalah garam penyedap rasa, sementara glutamat itu asam amino non esensial yang ada dimana-mana dan enggak harus cuma terkandung dalam MSG sebagai penyedap rasa. Jadi jangan salahkan micin lagi ya.
ADVERTISEMENT
Teknologi, juga sering disalahkan. Padahal, dengan teknologi banyak sekali kemudahan yang terasa. Menurut saya, mau tidak mau kita harus menerima perkembangan ini. Dulu, televisi masih belum berwarna, permainan anak-anak masih tradisional. Sekarang, televisi sudah berwarna, belum lagi banyak pilihan channel berlangganan untuk program-progam tertentu. Di tempat saya kerja sekarang, anak-anak dari pimpinan saya hanya menonton program kartun dari channel berlangganannya. Menurut saya, ini salah satu trik agar anak tidak menonton hal-hal aneh, yang sedang marak di televisi saat inil. Entah ini adegan mesra, kekerasan, dan lain sebagainya. Untuk mengasah otak anak pun, sebenarnya bisa didapatkan lewat gadget, tergantung permainan apa yang dibutuhkan.
Didikan orang tua, meski saya belum merasakan menjadi orang tua, tapi saya yakin mendidik anak itu tidaklah mudah. Oleh karena itu, bagi saya ilmu parenting tidak hanya ditujukan untuk orang tua, tapi bisa juga untuk calon-calon orang tua mendatang. Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan didikan orang tua karena anak tidak bisa 24 jam dalam pengawasan mereka (jika sudah sekolah).
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, masih banyak alasan lain yang sering dijadikan faktor utama dari kelakuan anak zaman sekarang. Namun, hanya point di atas yang bisa saya ulas saat ini. Intinya, tidak ada yang salah, ini menjadi PR bagaimana kerjasama dari berbagai pihak untuk melahirkan generasi-generasi yang baik 