news-card-video
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Jeritan Generasi Muda yang Merasa Tak Dihargai Negeri Sendiri

Intan Siputri Zebua
Saya Merupakan Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Katolik Santo Thomas Medan
24 Maret 2025 10:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Siputri Zebua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak muda. Sumber foto: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak muda. Sumber foto: Canva
ADVERTISEMENT
#KaburAjaDulu merupakan ungkapan anak anak muda yang menunjukkan ketidakpuasan mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia. Keresahan kerena sulitnya mencari pekerjaan di negeri sendiri, protes terhadap sistem kebijakan pemerintah, krisis kesejahteraan karena kenaikan biaya hidup dengan rendahya gaji yang membuat banyak anak muda merasa tertekan. Di tengah perkembangan ekonomi yang belum merata, serta ketidakpastian masa depan, generasi muda sering kali merasa terjebak dalam rutinitas yang tak memberikan ruang untuk berkembang secara bebas.
ADVERTISEMENT
Seruan #KaburAjaDulu sebagai warning bagi Negara karena generasi muda merasa tidak dihargai di Negara sendiri. Rasa frustasi karena ketidakadilan, korupsi, dan kurangnya kesempatan kerja yang layak. Seruan ini mencerminkan sikap kritis dan sindiran terhadap pemerintah yang dianggap tidak hadir dalam menyelesaikan masalah rakyat. Rasa putus asa dan kehilangan harapan generasi muda karena merasa suara mereka tidak didengar dengan sistem yang tidak memberikan ruang bagi mereka untuk berkontribusi secara positif. Yang berakibat banyaknya generasi yang memilih “kabur” daripada berjuang untuk perubahan.
Generasi muda menjadi generasi yang tidak bertanggung jawab dan lebih memilih lari dari permasalah yang ada, mereka yang seharusnya berkontribusi pada Negara ini perlahan hilang karna kurang nya rasa sosial terhadap Negara. Berlindung di balik kata tidak dihargai di Negara sendiri menjadi pedoman mereka meninggalkan negeri ini. Seruan ini di sebarluaskan di berbagai media sebagai ajakan kepada berbagai kalangan. Generasi muda yang sudah terbiasa dengan dunia digital dan media sosial cenderung mengungkapkan perasaan dan keresahan mereka secara terbuka melalui platform tersebut. Mereka merasa bahwa #KaburAjaDulu adalah cara untuk menciptakan ruang bagi diri mereka sendiri, sekadar untuk melepaskan diri dari tekanan dan mengembalikan ketenangan dalam hidup. Namun, adakah ini bentuk dari pelarian atau refleksi nyata dari kegelisahan yang lebih mendalam?
ADVERTISEMENT
Dari sisi etika, munculnya #KaburAjaDulu dapat menimbulkan kekhawatiran mengenai pengabaian terhadap tanggung jawab pribadi maupun sosial. Dalam budaya Indonesia yang masih kental dengan nilai gotong royong, keluarga, dan masyarakat, kabur atau melarikan diri dari masalah dianggap tidak sesuai dengan norma yang dijunjung tinggi. Dianggap sebagai bentuk pelarian dari masalah, #KaburAjaDulu seolah menegaskan bahwa generasi muda lebih memilih untuk lari daripada mencari solusi atau menghadapi permasalahan yang ada.
Sebagai refleksi etika, fenomena ini mengajarkan kita bahwa pentingnya keseimbangan antara kebebasan pribadi dan kewajiban sosial. Generasi muda harus memahami bahwa meskipun kebebasan untuk mengeksplorasi diri sangat penting, namun hal tersebut tidak dapat dilakukan tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Meskipun kebebasan berpendapat dan berekspresi adalah hak setiap individu, bagaimana cara seseorang mengekspresikan dirinya, termasuk di dunia maya, juga memiliki dampak terhadap masyarakat secara luas.
ADVERTISEMENT
Namun, satu sisi positif dari kampanye ini adalah semakin terbukanya percakapan mengenai pentingnya kesehatan mental. Kebutuhan untuk "kabur" atau "melarikan diri" mungkin merupakan refleksi dari betapa banyaknya individu yang merasa tertekan dan membutuhkan waktu untuk diri sendiri. Ini menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia mulai lebih terbuka dalam membicarakan masalah mental dan emosional, yang sebelumnya sering dianggap tabu. Dalam konteks ini, #KaburAjaDulu bisa dilihat sebagai bentuk protes terhadap minimnya dukungan dan pemahaman terhadap kesehatan mental.
Di balik keinginan untuk “kabur” atau melarikan diri, penting bagi generasi muda untuk tidak melupakan tanggung jawab sosial mereka. Generasi muda adalah penerus masa depan bangsa, dan mereka memiliki peran besar dalam membentuk arah negara ini. Oleh karena itu, meskipun ada kebutuhan untuk beristirahat dan mengambil waktu untuk diri sendiri, tidak seharusnya mereka melupakan pentingnya berkontribusi dalam membangun masyarakat.
ADVERTISEMENT
Fenomena #KaburAjaDulu mencerminkan perasaan dan keresahan yang nyata dari generasi muda Indonesia. Namun, sebagai refleksi etika, kita perlu melihatnya dalam konteks yang lebih dalam—mengenali pentingnya keseimbangan antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab sosial. Melarikan diri bukanlah solusi yang dapat diandalkan dalam jangka panjang. Sebaliknya, generasi muda perlu belajar untuk mengelola stres dan tekanan kehidupan dengan cara yang lebih bijak, sambil tetap berpegang pada nilai-nilai etika yang kuat. Kesehatan mental perlu didorong, tetapi bukan dengan cara melarikan diri, melainkan dengan cara memberikan ruang untuk refleksi diri, mencari dukungan, dan menghadapi tantangan dengan lebih berani dan bertanggung jawab.
Penulis mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Santo Thomas Medan