Konten dari Pengguna

Membongkar Makna dari Bahasa Jurnalistik yang Terkadang Menyesatkan

Inti Amaliah
Halllo aku Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
2 Juni 2024 10:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inti Amaliah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar : Orang membaca berita Sumber : Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Gambar : Orang membaca berita Sumber : Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Halo, teman-teman! Pernahkah kalian membaca berita yang membuat terkejut atau emosi, tapi setelah dilihat lebih lanjut, ternyata tidak seheboh judulnya? Inilah yang sering disebut dengan bahasa jurnalistik yang menyesatkan. Mari kita pelajari lebih dalam agar kita bisa menjadi pembaca yang lebih kritis! 
ADVERTISEMENT
1. Judul Sensasional Judul berita adalah hal pertama yang kita lihat. Tak jarang, judul dibuat sangat menarik agar kita penasaran dan mengklik beritanya. Namun, sering kali judul ini dilebih-lebihkan atau bahkan tidak sesuai dengan isi berita. Misalnya, judul seperti “Selebriti X Ketahuan Melakukan Hal Mengejutkan!” mungkin membuat kita berpikir ada skandal besar, padahal mungkin hanya hal sepele. 
Tips Mengatasinya :        
2. Kata-kata Emosional Media sering menggunakan kata-kata yang bisa memancing emosi kita, seperti “heboh”, “menggemparkan”, atau “menyedihkan”. Meskipun kejadian yang dilaporkan penting, penggunaan kata-kata ini bisa membuat kita berpikir peristiwanya lebih besar dari kenyataannya. 
ADVERTISEMENT
Tips Mengatasinya :            
3. Data dan Statistik yang Menyesatkan Data dan angka bisa sangat meyakinkan, tetapi bisa juga menyesatkan jika tidak disajikan dengan benar. Misalnya, klaim bahwa “70% orang setuju” bisa menyesatkan jika kita tidak tahu jumlah total respondennya. 
Tips Mengatasinya :           
ADVERTISEMENT
4. Konteks yang Hilang Kadang-kadang, kutipan atau fakta yang disajikan bisa berubah maknanya jika dikeluarkan dari konteksnya. Misalnya, seorang politisi mungkin berkata “Kami perlu menaikkan pajak” dalam konteks diskusi kebijakan yang lebih luas, tetapi kutipan ini bisa digunakan sebagai headline yang menyesatkan. 
Tips Mengatasinya :         
5. Bias Media Setiap media punya bias atau sudut pandang tertentu, baik itu bias politik, ekonomi, atau sosial. Bias ini bisa mempengaruhi bagaimana berita dilaporkan dan informasi apa yang disorot.
ADVERTISEMENT
 Tips Mengatasinya :              
Gambar : Koran Berita Sumber : Pexels
Menjadi pembaca yang cerdas berarti kita tidak hanya menerima informasi begitu saja, tetapi juga mengevaluasinya secara kritis. Dengan mengenali trik-trik bahasa jurnalistik yang menyesatkan, kita bisa lebih memahami berita dengan objektif dan membuat keputusan yang lebih baik. Jadi, yuk, kita mulai membaca berita dengan lebih kritis dan bijak!