Berbagi Kebahagiaan di Panti Asuhan, Sudah Tepatkah Caranya?

Inung Widjaja
Former general marketing manager dari The Duck King, Hakata Ikkousha, Seorae Korean, XO Suki, Parsley Bakery, dll. Saat ini menjalani sebagai konsultan bisnis & marketing dari kuswaraga.com
Konten dari Pengguna
15 Februari 2021 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Inung Widjaja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Cleyder Duque/Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Cleyder Duque/Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Beberapa hari lalu, saya dan istri ngobrol membahas tentang amal dan kehidupan. Salah satu yang kami bahas adalah tentang berbagi rezeki dan kebahagiaan kepada yang membutuhkan. Kami sedang berpikir bagaimana caranya bisa berbagi rezeki dan kebahagiaan ke panti asuhan, namun tujuan akhirnya jelas bahwa mereka merasakan senang dan bahagia.
ADVERTISEMENT
Kami lalu ingat pada sebuah momentum ketika beberapa tahun lalu diundang seorang teman merayakan ulang tahun anaknya. Perayaan bertempat di sebuah panti asuhan. Tujuan mereka merayakan ulang tahun anaknya sebenarnya mulia, ingin mengajarkan anak berbagi dan berempati, sekaligus menghibur. Beraneka makanan dan badut dibawanya untuk meramaikan acara.
Acara berjalan. Tiup lilin, doa, dan penampilan badut; sulap, permainan, kuis, dll dilakukan. Kami kok merasa kok ada yang janggal. Mungkin hal ini tidak dirasakan oleh orang lain. Anak-anak panti itu seolah tidak merasa terhibur. Sangat terasa getarannya. Mereka seakan bertepuk tangan dengan terpaksa. Padahal di sana ada badut juga yang menurut kami cukup menghibur.
Siang itu sangat panas, belum lagi di dalam ruangan semakin terasa sumuk. Saya merasa perlu ngadem di luar, kebetulan panti asuhan itu di pedesaan, banyak pohon rindang di halamannya. Saya ngobrol basa-basi dengan pengelola panti asuhan tersebut. Kaget benar mendengar pernyataannya bahwa di hari itu ada 3 perayaan ulang tahun di sana. What! 3 perayaan ulang tahun di hari yang sama. Sempat malah 4 kali. Sungguh, hal ini sangat mengherankan.
ADVERTISEMENT
"Yang penting mereka bisa makan dan bisa bayar sekolah, Mas," katanya. Pernyataan itu saya simpulkan sebagai bentuk konfirmasi bahwa pengelola panti asuhan dan para penghuninya rela melakukan apa saja, selama tidak hal jahat, demi bisa makan.
Kami makin merasa, jangan-jangan mereka – anak-anak panti – justru yang sedang menghibur kita. Jangan-jangan mereka sama sekali tidak terhibur dengan perayaan ulang tahun ini. Bayangkan saja, sehari mereka harus merayakan ulang tahun 3 kali. Berapa banyak senyum palsu yang harus dibuat? Namun, itu hanya asumsi dari kesimpulan kami. Bisa salah, bisa juga benar. Asumsi ini sah-sah saja kami pikirkan berdasarkan informasi yang kami dapat.
Beberapa minggu kemudian, saya menemukan postingan di Facebook tentang sudut pandang anak-anak panti asuhan, perihal perayaan ulang tahun. Pembahasan di postingan itu sama sekali belum pernah terpikirkan oleh saya. Hal tersebut semakin mengkonfirmasi bahwa asumsi kami saat itu benar. Banyak anak panti asuhan yang sebenarnya tak nyaman dengan perayaan ulang tahun anak-anak di sana.
ADVERTISEMENT
Mereka—anak-anak panti asuhan—merasakan sakit hati saat melihat ada anak kecil didampingi orang tua, terlebih yang orangtuanya masih utuh. Mereka merasakan iri yang luar biasa ketika melihatnya. Di sudut pandang para penghuni panti, orang tua mereka sudah ngga ada, atau bahkan ada yang dengan sengaja dibuang oleh orangtuanya.
Pernahkah terpikir tentang bagaimana perasaan mereka ketika melihat langsung dan sering ada anak meniup lilin didampingi orang tua dan mendapatkan kecupan bahagia? Saya lalu membayangkan ketika tahu hal ini. Benar juga. Spontan saya menghela napas dan merasakan kesedihan mendalam. Masih teringat jelas bagaimana ekspresi mereka saat itu. Bisa saja kan mereka juga menginginkan bahagia bisa merayakan ulang tahun bersama orangtuanya?
Sebaiknya memang kita pertimbangkan dan pikirkan ulang ketika mau merayakan ulang tahun di panti asuhan. Benarkah kita bisa membahagiakan mereka? Menghibur mereka? Atau malah kita yang dihibur dan disenangkan mereka?
ADVERTISEMENT
Tulisan ini tidak ada sedikit pun maksud untuk melarang siapa pun untuk merayakan momentum bahagia di panti asuhan. Ini hanyalah refleksi bahwa ternyata ada sudut pandang lain yang sangat jauh berbeda dengan cara pandang kita. Sudut pandang tersebut bisa kita pakai sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan sesuatu, terlebih perayaan ulang tahun di panti asuhan.