Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Dubes Wahid dukung Mahasiswa di Rusia pelopori INA-RU dalam Sektor Energi
17 Juni 2020 6:30 WIB
Tulisan dari IPCREE Community tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pak Wahid Supriyadi (Duta Besar LBPP RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus) turut hadir dalam halalbihalal virtual yang diadakan oleh Komunitas Migas Indonesia Chapter Rusia dan Eropa Timur (KMI RET) pada senin malam (25/5/2020). Dalam pertemuan virtual itu, Dubes Wahid menyampaikan dukungannya untuk kerjasama antara Indonesia dengan Rusia di bidang energi. “Rusia dalam segi produksi minyak merupakan negara terbesar ke-3 setelah Amerika Serikat dan Arab Saudi. Rusia sangat hemat dan ekonomis dalam masalah energi, dan teknologinya sangat bagus dan murah. Kerjasama antara Pertamina dengan Rosneft untuk membangun kilang minyak Tuban saat ini juga masih berjalan.” jelas Pak Wahid.
ADVERTISEMENT
Mengenai nuklir, Dubes Wahid menambahkan, ROSATOM sangat ingin membantu untuk membangun PLTN di Indonesia, namun Indonesia masih belum mendapatkan izin pembangunan PLTN hingga saat ini. Maka dari itu diharapkan KMI RET juga dapat membantu mengubah stigma negatif yang ada pada masyarakat Indonesia akan nuklir.
Dubes Wahid juga mengatakan bahwa kendala yang sering dijumpai adalah bahasa. Tetapi dengan adanya pendekatan dan komunikasi yang baik, perusahaan-perusahaan di Rusia sangat merespon positif pengajuan kerjasama. Oleh karena itu, pihak KBRI sangat terbuka dan siap untuk membantu memfasilitasi pelaku bisnis termasuk dalam bidang energi yang ingin mengadakan kerjasama. Secara politis dan geopolitis, Indonesia tidak pernah ada masalah dengan Rusia. Maka dari itu, dengan dibentuknya KMI RET, diharapkan dapat menjembatani kerjasama bilateral Indonesia dengan Rusia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, merespon Prof Mukhtasor (Guru Besar ITS) terkait kondisi geopolitik energi dan potensi kerjasama Indonesia-Rusia, Dubes wahid menyampaikan bahwa Rusia juga terpukul akibat keadaan geopolitik energy saat ini, karena ekspor Rusia 60% dari migas. Menteri Energi Rusia mengatakan bahwa Rusia bisa bertahan pada harga 20 dolar per barel. Dari data perdagangan, antara Rusia dan Indonesia ini saling membutuhkan satu sama lain. Misalnya untuk 2-3 tahun terakhir, Indonesia banyak mengimpor gandum, Karena pada saat ini Rusia merupakan penghasil gandum terbesar di dunia. Ini sudah mengalahkan produksi ketika masih pada zaman Uni Soviet. Rusia sendiri banyak mengimpor minyak kelapa sawit (palm oil) dari Indonesia dan juga produk high-tech, seperti speedboat berbahan komposit yang dipakai oleh pasukan khusus Rusia. Permasalahan yang cukup berat yaitu kita belum menandatangani State Trading Enterprise (STE) dengan Eurasian Economic Union (EEU), tetapi sudah menandatangai Memorandum of Cooperation (MoC) dengan EEU. Ini menjadi langkah awal untuk menuju STE.
ADVERTISEMENT
Dubes Wahid yakin masalah kedepan ini ialah masalah energy security. Beliau berharap bahwa “Forum Bisnis” sebagai bagian “Festival Indonesia” yang telah berjalan 4 tahun berturut-turut di Rusia bisa menjadi program tahunan, karena sangat berpotensi mendukung kerjasama perdagangan termasuk energy. Dengan adanya forum ini, landasan Indonesia akan semakin kuat. Tinggal menunggu kapan Pak Jokowi bertemu Pak Putin.
Selebihnya, Dubes Wahid mendukung dan mengapresiasi keterlibatan Mahasiswa Energi Indonesia di Rusia dan Eropa Timur untuk berkontribusi sekaligus menjembut peluang kerjasama kedua negara.
Penyusun: Naba Adila Fath