Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Tekan impor ke 0, Sekjen DEN mengajak semua pihak mewujudkan kemandirian energi
17 Juni 2020 6:35 WIB
Tulisan dari IPCREE Community tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam halalbihalal virtual yang diadakan pada Senin (25/5/2020) oleh Komunitas Migas Indonesia Chapter Rusia dan Eropa Timur (KMI RET) turut hadir Pak Djoko Siswanto (Sekjen Dewan Energi Nasional), Pak Wahid Supriyadi (Dubes LBBP RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus), Pak Herry Putranto (Ketua Umum KMI Pusat), Pak Daniel Purba (SVP Corporate Strategic Growth Pertamina), para akademisi, professional, praktisi migas, serta pemangku kepentingan lainnya. Hadir juga dari kalangan milenial, Muhammad Iksan Kiat (Ketua 1 KMI RET) dan Francesco Redy Karo-Karo (Ketua Komisi Energi PPI Dunia).
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan ini, Pak Djoko Siswanto (Djoksis) menyampaikan bahwa kebijakan energi nasional sudah tertuang dalam PP dan Perpres mengenai RUEN dan sekarang sedang dalam tahap pembuatan RUET di beberapa daerah. Kedepannya, Indonesia akan menggunakan kebijakan kemandirian energi berbasis kearifan lokal untuk meminimalisasi impor minyak sampai 0. Indonesia juga perlu membangun infrastruktur untuk menyimpan minyak mentah, bensin dan LPG dengan usulan cadangan energi 30 hari untuk meminimalisr dampak ketidastabilan pasar dan permintaan minyak berlebih. Disamping itu, dengan adanya EBT, Indonesia sudah tidak lagi impor solar dan avtur. Dalam Perpres RUEN target energi mix untuk EBT adalah 23% di tahun 2025 mendatang, sedangkan pada tahun 2019 baru 9.15% yang tercapai. Hal ini dikarenakan EBT tertekan dengan produksi batu bara yang cukup tinggi.
ADVERTISEMENT
“RUEN sebentar lagi akan direvisi, dan DEN sudah mengusulkan untuk produksi batu bara akan diturunkan, agar harga batubara di pasar internasional dan dalam negeri menurun dan EBT bisa berkembang. Jangan lupa bahwa minyak yang ditemukan masih ada didalam reservoir. Maka, kami menuntut para peneliti, dosen, serta para praktisi lainnya mencari cara untuk produksi minyak reservoir tersebut (EOR, Tradisional, Drilling, dll). Indonesia juga akan terus menggunakan CPO untuk menjadi greenfuel.” jelas Pak Djoksis. Ia juga menambahkan bahwa DEN berharap teknologi indonesia sendiri bisa digunakan untuk membangun kilang berbahan baku CPO, karena jika menggunakan teknologi asing masih banyak ditentang oleh masyarakat. Indonesia kedepannya harus mandiri energi, membangun infrastruktur, mengurangi impor, dan menciptakan tendor baru untuk memproduksi minyak dan gas bumi.
ADVERTISEMENT
Merespon Prof. Oki Mureza (King Fahd Petroleum University) terkait rekomendasi blending minyak dan stimulus untuk kompor listrik/biomass, Pak Djoksis mengatakan “Untuk fasilitas blending terkait dengan impor bensin, pemerintah memang pernah menganggarkan subsidi untuk etanol tetapi tidak berjalan, karena kebijakan saat ini sudah berubah bahwa premium sudah tidak lagi bersubsidi namun harganya masih ditetapkan pemerintah. Apabila harga yang ditetapkan pemerintah lebih rendah dari harga pasar, dan apabila setelah di audit oleh BPK kemudian kementrian keuangan mempunyai anggaran, maka selisihnya akan dibayar juga. Untuk mengganti ini yang pertama adalah keberadaan listrik, yang kedua adalah greenfield yang berasal dari cpo, dan yang ketiga adalah pencampuran antara bensin dengan etanol. Di Indonesia sendiri terdapat pabrik etanol, namun kapasitasnya belum banyak sekitar 10,000 barel. Usulan untuk pelet tersebut dapat dicanangkan ke energi umum daerah karena ingin memanfaatkan energi yang ada didaerah masing-masing. Sementara subsidinya belum ada untuk yang pelet. Kalau ada teknologi yang membuat pelet atau energi listrik ini lebih murah, akan akan sangat baik. Mandiri secara daerah yang ujungnya dapat mandiri secara nasional.”
ADVERTISEMENT
Diakhir kalimat Pak Djoksis mengajak kepada seluruh peserta yang hadir untuk memberi dukungan dan bantuan agar pemerintah dapat menuju kemandirian energi ini, dan mengurangi impor migas, khususnya minyak mentah, bensin dan LPG, sampai dengan 0.
Penyusun: Clarinta Mourenza