Konten dari Pengguna

Perempuan Merdeka Terbebas dari Belenggu

Iputu risa liani
Mahasiswi Universitas Pamulang
21 Oktober 2022 13:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iputu risa liani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.pexels.com/id-id/foto/siluet-4-wanita-dengan-latar-belakang-burung-yang-terbang-di-bawah-langit-kuning-dan-abu-abu-53364/
zoom-in-whitePerbesar
https://www.pexels.com/id-id/foto/siluet-4-wanita-dengan-latar-belakang-burung-yang-terbang-di-bawah-langit-kuning-dan-abu-abu-53364/
ADVERTISEMENT
Perempuan, salah satu ciptaan Tuhan dan salah satu yang paling menarik dan indah untuk dilihat, tetapi hak mereka atas kebebasan berekspresi selalu dibatasi. Ada banyak aturan bahwa perempuan tidak boleh memiliki hobi yang sama dengan laki-laki.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, perempuan dianggap sebagai makhluk yang mulia dan memiliki derajat yang tinggi menurut ajaran agama, tetapi terikat oleh batasan-batasan yang menghalangi mereka untuk mencapai kemerdekaan penuh. bertentangan dengan diri mereka sendiri.
Perempuan telah dijajah oleh ideologi, stigma dan harapan ideal yang kebanyakan ilusi. Sebagai seorang perempuan, saya memilih untuk perlahan tapi pasti membebaskan diri dari hal-hal tersebut. Budaya patriarki yang mengatur negara ini telah diwariskan sejak berdirinya negara hingga saat ini.
Budaya patriarki yang menempatkan laki-laki pada posisi kelas satu dibandingkan dengan perempuan. Itulah mengapa perempuan selalu digambarkan sebagai nomor dua di berbagai bidang.
Implikasi dari mempertahankan budaya patriarki ini membuat perempuan sebagai satu kesatuan masyarakat seringkali dipandang sebelah mata, sehingga semakin sulit untuk bergerak.
ADVERTISEMENT
Latar belakang sejarah Indonesia menunjukkan bahwa perempuan adalah jenis kelamin kedua dalam masyarakat dan hanya memiliki peran 'dapur, air mancur, kasur'.
Sejarah ini telah merebut ruang gerak perempuan dan menimbulkan stigma di masyarakat bahwa perempuan tidak setara dan setara dengan laki-laki, dipandang tidak mampu menjadi pemimpin negara bahkan menduduki shift kedua di bawah kendali laki-laki.
Ungkapan yang merendahkan perempuan adalah mereka dipandang sebagai sumber fitnah. Ini tidak lain adalah memburu perempuan yang menjadi sasaran hinaan, pelecehan, seksualitas bahkan amoralitas laki-laki yang biasa seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), Kekerasan Dalam Pacaran (KDP) dan Kekerasan Seksual. Perempuan tidak lagi dipandang sebagai manusia yang utuh, mandiri dan otonom.
Kemerdekaan dapat dipahami sebagai kebebasan untuk semua. Perempuan dan laki-laki harus dibebaskan dari segala bentuk penindasan dan penjajahan.
ADVERTISEMENT
Kemerdekaan juga berarti bahwa setiap individu harus merasa bebas untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri, tanpa adanya intimidasi dan kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan untuk mengekspresikan diri di bawah perlindungan UUD 1945.
Inilah makna kemerdekaan yang sebenarnya sebagaimana didefinisikan oleh Bun Hatta, sejak Indonesia lahir kemerdekaan. Tentang kemerdekaan ini, ada yang mengatakan bahwa kemerdekaan dan kebebasan yang diinginkan perempuan terkadang berlebihan.
Sebagian orang masih menganggap bahwa perempuan modern telah mengutamakan egoisme dan telah melupakan kodrat sejatinya sebagai perempuan. Betulkah? Jadi bagaimana Anda bisa menjadi perempuan mandiri tanpa melepaskan sifat sejati Anda sebagai seorang perempuan?
Seorang perempuan bebas harus tahu apa yang dia inginkan. Perempuan perlu mengetahui potensi mereka. Jika Anda sudah tahu apa kemungkinannya, raihlah kapan pun Anda bisa. Percaya pada apa yang Anda miliki.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, dia tetap seorang perempuan yang tidak mengecualikan pendapat dan nasihat orang lain. Jadilah perempuan yang memiliki pendapat yang kuat tetapi bertanggung jawab. Menjadi yang Anda inginkan pada dasarnya adalah hal yang sangat baik. Namun perlu diingat bahwa perempuan juga memiliki batasan-batasan tertentu.
Seorang perempuan mandiri, setara dengan pria, tetapi tanpa mengabaikan sifat feminin Anda. Bahkan jika Anda bisa melakukan semuanya sendiri, jangan lupakan kehadiran laki-laki. Perempuan dan pria berbeda, tapi itu tidak baik atau buruk. Keduanya harus saling melengkapi untuk mencapai kebaikan yang lebih mengesankan.
Seorang perempuan bebas perlu tahu apa yang baik dan buruk untuknya. Dari pengamatan saya, ada tiga hal yang menunjukkan bahwa perempuan Indonesia belum sepenuhnya mandiri.
ADVERTISEMENT
Pertama, perempuan Indonesia belum mandiri dari tubuhnya. Jelas sampai hari ini bahwa tubuh perempuan tetap menjadi sasaran eksploitasi dan kekerasan. Hal ini terlihat jelas dengan meningkatnya jumlah kasus pelecehan dan pemerkosaan sosial, serta stereotip negatif yang kuat tentang tubuh perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga.
Kasus kekerasan seksual menunjukkan masih kuatnya keyakinan bahwa tubuh perempuan hanyalah alat untuk memuaskan dominasi laki-laki. Perspektif ini erat kaitannya dengan budaya patriarki. Belum lagi stereotip yang dikonstruksi masyarakat yang merugikan perempuan.
Misalnya, kasus kekerasan dan pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotip ini, karena labelnya dimulai dengan premis bahwa perempuan berdandan untuk menarik perhatian lawan jenis.
Masyarakat berpandangan bahwa tugas utama seorang perempuan adalah mengabdi kepada suaminya, sehingga tidak heran jika perempuan yang berpendidikan menengah masih belum memiliki kebebasan untuk mewujudkan dirinya sebagai perempuan yang setara.
ADVERTISEMENT
Kedua, perempuan terus mengalami diskriminasi dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk masalah ekonomi, politik, sosial dan budaya. Sudah banyak perempuan pengusaha sukses dalam bisnis.
Namun, perempuan Indonesia masih kesulitan untuk berpartisipasi dalam persalinan dan menjaga hubungan yang setara dengan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak perempuan harus bekerja keras dan berjam-jam untuk mengurus pekerjaan rumah tangga dan pembantu rumah tangga. Dalam keluarga miskin, perempuan sendiri menanggung beban yang sangat berat ini.
Bahkan di arena politik, partisipasi perempuan masih sangat rendah. Perempuan yang memasuki arena politik adalah minoritas dalam politik dan tidak mampu mengartikulasikan kepentingan dan aspirasi kelompoknya sendiri.
Dalam sejarah politik Indonesia ini, jumlah perempuan di lembaga politik formal telah mencapai angka strategis yang memungkinkan suara perempuan didengar, bahkan dirasakan, dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan politik.
ADVERTISEMENT
Di bidang sosial budaya, langkah perempuan take to leave home masih sering dipandang negatif, terutama ketika mereka meninggalkan rumah pada malam hari. Perempuan sangat kurang terwakili dalam lingkungan sosial seperti pertemuan komunitas.
Ketiga, perempuan Indonesia belum bebas mengembangkan potensi kemanusiaannya. mengapa demikian? Karena terlalu banyak kendala untuk memastikan perempuan mendapat kecukupan gizi, kesehatan, pendidikan bahkan kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri. Persoalannya, struktur politik dan ekonomi perempuan membuat mereka sulit memperoleh pendidikan dan kesehatan.
Untuk menjawab permasalahan perempuan yang ada, kita harus mulai dari diri kita sendiri. Mengakui diri sendiri sebagai subjek yang layak dan layak adalah langkah pertama yang harus diambil sebagai perempuan yang menentang dan mandiri.
Kita harus mengakui bahwa kita adalah agen moral, mampu berpikir secara independen dari kemampuan kita untuk berpartisipasi dalam ruang publik, dan memiliki integritas dan prinsip hidup.
ADVERTISEMENT
Sudah waktunya bagi perempuan untuk menyadari bahwa tubuh mereka memiliki banyak potensi yang setara dengan laki-laki. Dia diciptakan untuk memiliki otak, kemampuan berpikir, hati nurani, dan tingkat kecerdasan yang setara dengan manusia.
Tentunya hal ini harus diimplementasikan di berbagai bidang yang ada seperti pendidikan, kemasyarakatan, budaya dan ekonomi untuk peradaban yang lebih baik.