Kepemimpinan Inklusif, Kunci Sebuah Organisasi Berjalan Efektif

Muhammad Iqbal Awaludien
Berbagi informasi dan gagasan. Semoga suka, semoga menginspirasi.
Konten dari Pengguna
18 Mei 2022 17:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Iqbal Awaludien tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: www.chieflearningofficer.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: www.chieflearningofficer.com
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan organisasi apa pun. Institusi pendidikan, entitas ekonomi, lembaga sosial, baik dalam lingkup kecil maupun besar takkan bisa berjalan efektif tanpa kepemimpinan yang mumpuni.
ADVERTISEMENT
Di era 4.0 bahkan menurut para pakar sudah menjelang 5.0, metode kepemimpinan pun wajib beradaptasi seiring tuntutan zaman. Tekonologi digital yang mengaburkan batas-batas geografis bukan lagi tempat yang cocok untuk gaya kepemimpinan gaya lama. Sebut saja hubungan atasan dan bawahan yang termanifestasikan dengan bawahan hanya melakukan instruski atau perintah.
Di dunia yang bergerak cepat, saat tingkat kecerdasan rata-rata orang sudah meningkat, juga penetrasi informasi yang semakin mudah didapat, sebuah organisasi memerlukan gaya kepemimpinan baru. Juliet Bourke and Andrea Titus menulis di Harvard Business Review bahwa kepemimpinan inklusif merupakan solusi agar sebuah organisasi berjalan efektif.
Apa itu kepemimpinan inklusif?
Sumber gambar: trainingindustry.com
Sounders (2005) mendefiniskan kepemimpinan inklusif adalah suatu mekanisme untuk memberikan hak berbicara pada suatu sistem (baca: setiap orang dalam organisasi) untuk pengambilan keputusan melalui konsensus. Kemudian mengutip dari resources.workable via Good News From Indonesia, jenis kepemimpinan ini fokus pada kemampuan dalam mengelola sekelompok orang yang heterogen. Kepemimpinan inklusif termasuk dalam kepemimpinan otentik, lantaran memandang istimewa tiap anggota kelompok, tanpa memikirkan perbedaan warna kulit, ras, dan budaya.
ADVERTISEMENT
Menerapkan Gaya Kepemimpinan Inklusif
Sejatinya, jiwa kepemimpinan dapat ditumbuhkan. Ya, memang ada orang-orang lahir dengan bakat pemimpin. Namun, apakah ia akan menjadi pemimpin yang baik itu lain soal. Kepemimpinan itu tak lain terkait dengan skill, dan skill bisa dilatih sampai mahir. Sama halnya dengan kepemimpinan inklusif. Juliet Bourke and Andrea Titus dalam artikel "The Key to Inclusive Leadership", setidaknya kepemimpinan inklusif dapat dikenali melalui ciri-ciri berikut ini.
Komitmen yang Kuat
Sumber gambar: www.characterlives.org
Keberagaman dalam lingkungan kerja itu suatu keniscayaan. Pemimpin inklusif harus melatih komitmennya untuk bisa memimpin orang-orang dari berbagai latar belakang, menerima perbedaan pendapat, dan menegaskan pentingnya kolaborasi. Apabila kamu seorang CEO, manajer, atau pun pemilik usaha yang punya anak buah, perlihatkan kalau kamu punya komitmen yang kuat menghargai masukan setiap orang dalam tim. Paling penting, berikan kesempatan bagi mereka untuk berkontribusi terhadap kemajuan organisasi.
ADVERTISEMENT
Rendah Hati
Sumber gambar: ioanapatale.com
Ini bukan zaman one man show atau pemimpin itu harus selalu yang paling cerdas dan tak punya kesalahan. Kepemipinan inklusif malah wajib menjadi manusiawi dengan meminta maaf saat ia melakukan kesalahan. Punya kebesaran hati untuk mengakui apabila ada di antara anggota tim punya skill lebih daripada dirinya. Sikap ini penting dipupuk mengingat tak ada seorang pun yang akan betah dengan pemimpin otoriter yang mengharamkan argumentasi. Selain itu, sikap rendah hati dan terbuka juga berpeluang besar membuat hubungan antara “bawahan” dan “atasan” lebih sehat.
Rasa Ingin Tahu Tinggi
Sumber gambar: www.success.com
Rasa ingin tahu di zaman ini sering diidentikkan dengan kepo dan cukup berkonotasi negatif. Padahal, curiosity adalah modal yang penting bagi seorang pemimpin inklusif. Dengan mengetahui ide-ide, aspirasi, dan perspektif anggota kelompok, seorang pemimpin inklusif bisa belajar untuk mengembangkan diri dan mengambil keputusan yang tepat untuk kemajuan bersama. Rasa ingin tahu ini juga tidak hanya berlaku untuk internal. Melainkan rasa ingin tahu terhadap hal-hal ekternal yang bisa bermanfaat untuk perkembangan organisasi.
ADVERTISEMENT
Itulah beberapa modal awal yang diperlukan untuk menerapkan kepemimpinan inklusif. Fakta bahwa sebuah organisasi terdiri atas orang-orang dengan latar belakang berbeda, dan juga organisasi itu sendiri hidup di dunia yang beragam, membuat gaya kepimpinnan ini krusial diterapkan agar sebuah organisasi semakin berdaya dan efektif.