Konten dari Pengguna

Becak Listrik Ringankan Biaya, Dukung Udara Lebih Bersih

IQBAL MUSYAFFA KAMAL -
Mahasiswa Universitas Islam Indonesia yang lebih sering ngopi daripada mengerjakan skripsi, gemar menulis berbagai topik, terutama isu-isu sosial juga pemberdayaan masyarakat
29 Maret 2025 18:15 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari IQBAL MUSYAFFA KAMAL - tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Seorang pembecak listrik tengah mengantar penumpang melintasi Jalan K.H Ahmad Dahlan Yogyakarta, Minggu (9/3/2025). Sumber : Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
(Seorang pembecak listrik tengah mengantar penumpang melintasi Jalan K.H Ahmad Dahlan Yogyakarta, Minggu (9/3/2025). Sumber : Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
Di tengah tantangan global terhadap perubahan iklim dan polusi udara, sektor transportasi menjadi salah satu kontributor utama emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan. Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Yogyakarta, kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) masih mendominasi jalanan, menyebabkan tingkat polusi yang tinggi dan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat serta kualitas udara. Selain itu, biaya operasional yang mahal untuk bahan bakar dan perawatan kendaraan tradisional seringkali menjadi beban berat bagi para pekerja di sektor transportasi, seperti tukang becak, yang menggantungkan hidupnya dari penghasilan harian
ADVERTISEMENT
Bambang Suratno (45 tahun), seorang pembecak motor di Yogyakarta, tak pernah menyangka bahwa keputusannya beralih ke becak listrik akan mengubah hidupnya. Dulu, ia harus mengeluarkan biaya operasional harian yang tinggi untuk bahan bakar dan perawatan becak motornya. Namun, sejak beralih ke becak listrik, Bambang tak hanya menghemat uang, tetapi juga berkontribusi menjaga lingkungan.
Bambang adalah salah satu dari ribuan pembecak di Yogyakarta yang menggantungkan hidupnya dari mengantar penumpang. Selama bertahun-tahun, ia menggunakan becak motor tradisional yang mengandalkan mesin berbahan bakar bensin. Namun, biaya operasional yang tinggi dan dampak buruk terhadap kesehatannya membuat Bambang mulai mencari alternatif.
"Sering gitu mas, ngehirup asap knalpot sendiri, mana bensin juga naik terus kan pernah itu duit hasil narik cuma bisa buat makan sehari habis itu ya ndak ada pegangan" ujar Bambang aksen medoknya saat ditemui di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Gondomanan, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (9/3).
ADVERTISEMENT
Saat mendengar tentang program konversi becak motor ke listrik yang digalakkan oleh pemerintah dan beberapa komunitas lokal, Bambang memutuskan untuk mencoba. Dengan bantuan subsidi dari Kementerian Perhubungan dan dukungan teknis dari PLN, ia berhasil mengubah becak motornya menjadi becak listrik.
Biaya Jauh Lebih Hemat
"Habis pake becak listrik buat narik, biaya apa apanya lebih ringan mas" "dulu, sehari bisa habis Rp 50.000 untuk bensin dan perawatan. Sekarang, cuma perlu Rp 3.000 untuk isi daya listrik, dan perawatannya juga lebih murah." tukas.
"Tambah lagi kan, kalau pake bentor tu badan pegel pegel mas, tarik tuas lah, ganti gigi motorlah, becak listrik ni beda lebih enak lah pokonya kalau dibandingin" katanya.
Tak hanya itu, Bambang merasa bangga karena bisa berkontribusi menjaga lingkungan. "Selain itu juga kan, becak listrik ni kalau ngga salah polusi yang dikeluarin ngga terlalu banyak mas, jadi saya juga ngerasa lebih nyaman juga" ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM pada tahun 2023, konsumsi energi untuk sepeda motor listrik adalah 0,033 kWh/km atau setara dengan 0,12 megajoule (MJ)/km, dengan biaya sekitar Rp 48 per kilometer. Sementara itu, untuk sepeda motor berbahan bakar bensin, konsumsinya adalah 0,033 liter/km atau 0,12 MJ/km, dengan biaya sekitar Rp 300 per kilometer.
Selain itu, menurut perhitungan dari PT PLN, biaya operasional kendaraan listrik jauh lebih ekonomis dibandingkan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM). Direktur Utama PT PLN, Darmawan Prasodjo, menyebutkan bahwa sepeda motor berbahan bakar bensin membutuhkan 1 liter BBM untuk menempuh jarak 50 km, sedangkan sepeda motor listrik hanya membutuhkan 1,5 kWh untuk jarak yang sama. Dengan asumsi tarif listrik sebesar Rp 1.699 per kWh, biaya yang dikeluarkan untuk sepeda motor listrik adalah sekitar Rp 2.500. Sebaliknya, untuk motor BBM, biaya yang diperlukan untuk menempuh jarak 50 km adalah sekitar Rp 13.000, dengan asumsi harga Pertamax per liter
ADVERTISEMENT
Dari perbandingan tersebut, jelas terlihat bahwa becak listrik jauh lebih efisien secara biaya dibandingkan becak motor BBM. Pengemudi dapat menghemat hingga Rp 10.500 untuk jarak 50 km, atau Rp 210.000 untuk jarak 1.000 km. Selain itu, becak listrik juga memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi polusi udara. Setiap unit becak listrik mampu mengurangi emisi CO₂ hingga 0,88 ton per tahun dibandingkan dengan becak motor BBM. Jika 1.000 becak motor beralih ke listrik, total pengurangan emisi CO₂ dapat mencapai 880 ton per tahun.
Peta jalan pemanfaatan kendaraan listrik di Indonesia. (Sumber : Kementerian ESDM)
Emisi Karbon Lebih Sedikit
Berdasarkan data Kementerian ESDM tahun 2017, mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar bensin menghasilkan emisi CO₂ sebesar 125 gram per kilometer. Sebagai perbandingan, mobil listrik Plug-in Hybrid (PHEV), yang menggabungkan sistem bahan bakar minyak (BBM) dengan baterai yang dapat diisi ulang, menghasilkan emisi CO₂ lebih rendah, yaitu sekitar 45 gram per kilometer. Sementara itu, mobil listrik hybrid (HEV) menghasilkan emisi CO₂ sebesar 70 gram per kilometer, masih lebih rendah dibandingkan mobil konvensional.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, mobil listrik murni atau Battery Electric Vehicle (BEV) tetap mencatatkan emisi yang rendah, meskipun sumber energinya berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Menurut Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) ini memiliki dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil, menjadikannya pilihan yang lebih ramah lingkungan dalam jangka panjang.
Program Pemerintah dan Dukungan Lainnya
Keputusan Bambang beralih ke becak listrik tidak lepas dari dukungan program pemerintah dan komunitas lokal. Kementerian Perhubungan memberikan subsidi pembelian becak listrik, sementara PLN menyediakan infrastruktur pengisian daya dengan tarif khusus.
"Sebenernya dulu masih bingung mau pindah becak listrik atau nda, biaya awalnya mahal juga kan, tapi setelah tau kalau pemerintah ikut subsidi saya jadi tambah yakin mas," kata Bambang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, komunitas seperti Becak Listrik Jogja juga memberikan pelatihan teknis dan pendampingan kepada Bambang dan rekan-rekannya. "Tambah lagi, saya sama temen temen yang lain dikasi kayak pelatihan rutin gitu mas tentang perawatan becak ini" ujarnya.
Kisah Bambang Suratno adalah contoh nyata bagaimana teknologi ramah lingkungan tidak hanya membantu mengurangi polusi, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat kecil. Dengan biaya operasional yang lebih rendah, perawatan yang mudah, dan dampak positif terhadap lingkungan, becak listrik menjadi solusi transportasi yang layak dipertimbangkan.